Ayana dan Hakim berdiri di depan rumah. Sejak sore tadi, Ayana memang sudah memberitahu Hakim jika keluarganya akan datang ke rumah. Tentu saja Hakim memerintahkan pelayan yang ada di rumah untuk memasak makanan yang enak. Semua persiapan itu Hakim lakukan dengan senang hati.
"Ayah telah sibuk sejak tadi pagi. Pasti Ayah sangat lelah. Istirahatlah sebentar, Ayah," peringat Ayana.
"Ayah tidak lelah, Nak. Keluargamu akan datang kemari, semuanya harus terlihat baik," balas Hakim dengan wajah cerahnya.
Ayana tersenyum kecil. Ia merasakan limpahan kasih sayang seorang Ayah melalui Hakim. Lazuardi memang tak ada disini, tetapi ada Hakim yang menyayanginya seperti layaknya seorang putri kandung.
"Wah, mereka sudah datang!", kata Hakim. Lelaki paruh baya itu melangkah maju, diikuti oleh Ayana dibelakangnya.
Mobil mewah berwarna hitam itu berhenti tepat di pekarangan rumah Hakim. Satu persatu anggota keluarga Ayana melangkah turun dari mobil.
"Ayah! Ibu!"
Dengan sedikit berlari, Ayana menghampiri Lazuardi dan Arinda. Memeluk orang tuanya secara bergantian. "Ayana rindu kalian. Oh iya, Mama kemana?"
Kepala Ayana sedikit miring mencari keberadaan Yulia. Ia juga tidak menemukan dua saudaranya yang lain.
"Mamamu berangkat bersama Aneta sama Alsa. Tadi mereka masih isi bensin di pom bensin." Lazuardi memberitahu.
Kepala Ayana mengangguk mengerti. "Ayo, Ayah Hakim sudah menunggu."
Mereka berjalan mendekat ke arah Hakim, yang disambut begitu baik dan hangat. Bersama-sama mereka melangkah masuk ke dalam rumah.
Ayana bisa merasakan kehangatan yang tercipta diantara mereka. Ayana sangat senang berada di tengah keluarga yang seperti ini.
"Ayo, duduk! Kita makan malam sama-sama," ajak Hakim. Ia bahkan sempat menyediakan kursi untuk Lazuardi, yang posisinya sangat dekat dengan kursi makannya. Lazuardi menepuk pelan pundak Hakim. Ternyata sikap sahabatnya sejak kecil itu tak berubah banyak.
"Entah dimana Mama, Areta, sama Alsa. Kenapa mereka lama sekali?", gumam Ayana dengan gestur tidak tenangnya.
"Tenang, Nak. Mama dan adik-adikmu akan datang kemari. Sebentar lagi mereka pasti datang," kata Lazuardi berusaha menenangkan.
"Aris lapar. Aris boleh makan?"
Keadaan yang semula hampir tegang, berubah penuh senyum dan tawa kala si kecil Aris berucap polos, membuat yang lainnya merasa gemas.
Pelayan yang ada di rumah itu langsung menghidangkan makan malam, lengkap dengan peralatan makannya.
Acara makan malam itu akan segera dilangsungkan, hingga sebuah suara klakson mobil berhasil menyita perhatian mereka yang berada di meja makan.
"Kami disini saja, Hakim. Aku yang akan keluar."
Hakim mengangguk setuju,membiarkan Lazuardi keluar.
Lazuardi bangkit lebih dulu, diikuti yang lainnya berjalan keluar rumah.
"Mereka sudah tiba," kata Lazuardi.
Ayana tersenyum kala Alsa dan Aneta sudah keluar dari mobil lebih dulu. Lalu disusul Yulia dibelakang mereka, yang nampak melangkah canggung.
"Kenapa kalian lama sekali?", tanya Lazuardi pada Aneta.
"Maaf, Ayah, kami harus mengantri tadi." Aneta menjelaskan.
"Yasudah, intinya mereka sudah sampai kesini," kata Arinda.
Ayana melirik Yulia yang sejak tadi menunduk canggung. Ia mendekati Ibu tirinya itu. "Mama kenapa? Sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...