Raden dan Ayana menjalani beberapa bulan pernikahan mereka dengan perasaan yang sangat bahagia dan tenang. Bahkan, mereka bertemu dengan Ila dan Musa yang baru saja dianugerahi seorang anak laki-laki. Mereka bahkan sempat menggelar aqiqah.
Tak hanya Ila dan Musa yang tengah berbahagia. Begitupun dengan Dania. Kedua orang tuanya datang dan menjemputnya untuk kembali. Mereka bahkan meminta maaf atas kesalahan mereka pada Dania. Tak hanya itu, mereka bahkan senang sekali melihat Davida yang sudah tumbuh dan aktif diusianya sekarang.
Ayana merasa banyak kebahagiaan yang menghampirinya saat sudah berdamai dengan rasa sakitnya. Apalagi bersama Raden, ia diperlakukan dengan sangat lembut, dan suaminya itu memang begitu perhatian. Ayana menyukainya.
Ayana suka jika Raden memainkan rambut panjangnya saat mereka belum tertidur, Ayana suka saat Raden berbaring dipangkuannya saat sedang lelah karena tugas kantor, dan Ayana senang saat Raden memintanya membuatkan nasi goreng dengan telur dadar yang diiris tipis.
Ayana melirik jam, sudah pukul sembilan malam. Ia masih menunggu Raden kembali. Ia ingin memberi hadiah pada suaminya itu. Ia memperhatikan baju rajut hangat berwarna abu-abu itu, dan sebuah kotak kecil yang terselip dibaju rajut itu.
Ia ingin lihat, apakah Raden terkejut dengan hadiah yang ia berikan.
Ayana mengembangkan senyumnya, saat Raden baru saja pulang. Lelaki itu tersenyum padanya. Ia meletakkan tas dan melepas jas kantornya. Ia menggulung lengan kemejanya hingga siku. Ia mendekat, dan memeluk Ayana. "Obat lelah saya adalah memeluk kakak," bisik Raden. Dengan begitu, Ayana akan mengusap kepala Raden, dan Raden akan bersandar seperti anak kecil di bahunya.
"Saya ada hadiah buat kamu," kata Ayana.
Dengan cepat, Raden menegakkan tubuhnya. "Hadiah?"
"Iya." Ayana meraih sebuah kotak yang telah ia persiapkan. "Kamu boleh buka kotaknya."
Raden tersenyum, perlahan membuka kotak itu. Sebuah pakaian rajut abu-abu memantik senyum Raden. "Jadi selama ini kakak begadang demi membuat ini?"
"Iya. Kamu punya asma, jadi dengan baju rajut ini, kamu bisa merasa nyaman. Saat kamu keluar kota, kamu bisa memakainya."
"Terima kasih, kak. Saya suka," kata Raden. Ia baru akan memakai baju rajut itu, tapi kotak berukuran kecil yang berada di dalam kotak baju rajut itu menarik perhatiannya. "Hadiah lagi?"
"Buka saja," balas Ayana.
Raden meletakkan kotak baju rajut itu diatas nakas. Ia perlahan membuka kotak itu, dan matanya membulat.
Ia meraih benda kecil itu, dan ia menatap Ayana setelahnya. "Jadi saya akan jadi seorang ayah?", tanya Raden dengan nada suara goyah, ia ingin menangis.
Melihat Raden ingin menangis, Ayana pun terbawa suasana haru. "Iya, sebentar lagi kamu akan punya anak."
"Terima kasih Ya Allah..."
Raden berlutut tepat dihadapan Ayana, mengusap pelan perut Ayana yang tertutupi pakaian. "Nak, baik-baik dalam kandungan ibumu. Jangan menyusahkan dia, cukup Ayah yang menyusahkannya."Ayana menyeka air matanya yang jatuh. Melihat Raden dengan wajah senang bercampur haru, Ayana tak bisa menahan perasaannya.
"Ini hadiah yang sangat berharga, kak. Saya tidak akan melepaskan peluang untuk menjadi seorang Ayah. Saya akan jaga anak kita baik-baik."
****
Semenjak Raden mengetahui Ayana tengah mengandung, ia menjadi lebih protektif. Contohnya saja saat Ayana hendak membalik piring saat berada di meja makan. Raden akan berdiri dari kursinya dan menuntaskan pekerjaan itu secepat mungkin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...