TwoLove | 17

633 36 0
                                    

Ayana keluar dari kamar Dania setelah menemani sepupunya itu mengobrol. Setelah memastikan anak Dania dan Bik Anin beristirahat dengan nyaman, barulah Ayana bergegas menemui Yulia di kamarnya.

Tangan Ayana terangkat lalu mengetuk pintu kamar Ibu tirinya itu. "Ma, ini Ayana."

Ayana memainkan jari-jari tangannya. Sedikit ragu menanyakan soal ini, tapi sebenarnya ia juga perlu mengetahui alasan-alasan lain menyangkut hidupnya ini.

Cklek

"Ayana?"

"Yana mau bicara sama Mama, empat mata."

Kedua mata Yulia mengerjap lambat, lalu setelahnya ia menuntun Ayana masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu menguncinya agar tak seorang pun bisa mendengar pembicaraan mereka.

"Mau bicarakan soal apa sama Mama?" Yulia mengusap kepala Ayana dengan lembut. Ayam selalu saja terenyuh jika diperlakukan lembut oleh Yulia.

"Yana mau minta maaf, soalnya tadi Ayana dengar pembicaraan Mama, Ayah, sama Ibu. Mama nggak mau kalau Ayana menikah sama Raden, karena Mama merasa Raden bukan lelaki yang baik. Jujur, ucapan Mama menganggu pikiran Ayana sekarang. Apa yang Mama tau soal Raden?"

Yulia terdiam. Ia mengusap wajahnya. "Hari ini Mama nggak sengaja lihat Raden sedang berduaan dengan perempuan , Yana."

Kening Ayana berkerut. "Siapa tau perempuan itu saudaranya atau kerabatnya?"

Yulia berdecak, ia semakin bertambah khawatir. "Mereka mesra sekali, Yana. Mama juga merasakan firasat tidak enak saat melihat Raden yang tetap melanjutkan perjodohan ini. Mama yakin dia punya perempuan lain yang dia cintai."

Ayana memejamkan kedua matanya. Ia tak bisa sepenuhnya menyalahkan Yulia sekarang. Perlahan Ayana bangkit. "Terima kasih Mama sudah kasih tau Yana. Yana sekarang tau apa yang harus Ayana lakukan kalau ketemu Raden. Selamat malam, Ma."

*****

Hakim tak bisa menyembunyikan senyumnya. Raden memberitahu padanya jika Lazuardi telah memilihnya. Bahkan, Lazuardi sampai menelponnya untuk mengabarkan hal yang sama. Tak sampai disitu, Lazuardi memuji sifat Raden yang menurutnya sangat baik dan bijaksana dimatanya.

"Sekarang Ayah sudah sangat lega. Kamu bisa berjodoh dengan perempuan dengan sikap baik seperti anaknya Lazuardi. Ayah terakhir ketemu Ayana sejak dia masih sangat kecil. Dulu Ayah sering sekali ke rumahnya, tetapi setelahnya Ayah tidak kesana lagi." Hakim menjelaskan panjang lebar, Miranti dan Raden kompak melempar lirikan.

Baru kali ini Hakim menunjukkan sisi lain pada dirinya, setidaknya itu bagi Raden. Tapi beda halnya dengan Miranti. Wanita itu merasa, Hakim kembali menjadi sosok yang pertama kali ia nikahi, hangat dan berkepribadian ramah seperti ini.

Diam-diam Miranti mengulas senyum lega, walau sebenarnya ia merasa tidak terima jika anak lelaki satu-satunya harus menikah dengan perempuan yang menurut Miranti tidak sepadan dengan Raden.

Miranti mendengus. "Kalau perempuannya cuma baik tidak akan cukup, Mas. Bukannya gadis itu tidak punya pendidikan yang tinggi? Hanya lulusan SMP, sedangkan Raden sarjana, dan seorang pengusaha hebat."

Hakim menatap Miranti dengan kedua alis meninggi. "Kenapa kamu bicara begitu? Seolah-olah kamu merendahkan Ayana?"

Miranti tergelak. "Loh, memangnya kesalahannya dimana, Mas? Memang gadis itu tidak berpendidikan tinggi. Tidak seperti Erin, dia lulusan sarjana sama seperti Raden, mereka jauh lebih cocok dan serasi."

Prang!

Hakim membanting sendok dan garpu yang ia gunakan untuk makan tepat diatas piringnya. "Jangan bandingkan Ayana dengan Erin anaknya Deni itu! Raden akan tetap menikah dengan Ayana, dan Erin sampai kapanpun tidak akan bisa memiliki harapan agar bisa bersama dengan Raden."

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang