TwoLove | 66

988 72 8
                                    

Ayana menghela napas.

Bahkan sampai sekarang dia masih saja memikirkan tentang keberadaan Yordan.

Sudah sejak kemarin Ayana berharap agar Yordan datang berkunjung. Tapi hingga hari sudah menjelang sore seperti ini, lelaki itu tak lagi muncul, walau untuk sekadar menjenguk anak perempuannya.

Ayana meletakkan alat penyiram bunga itu diatas tanah, lalu duduk diatas batu besar yang ada di halaman rumahnya, dengan kepala menunduk.

Bersamaan dengan itu, suara derum mobil menarik perhatian Ayana. Ia menoleh sebentar, dan ternyata Raden kembali datang ke rumah.

Ayana tak begitu peduli. Ia malah semakin menundukkan kepala.

Raden keluar dari mobil, berjalan mendekat ke arah Ayana yang sedang duduk di atas batu besar. Ia berjongkok, agar bisa menatap wajah Ayana lebih leluasa. "Kakak kenapa?", tanyanya.

Ayana memandang Raden. Dengan tatapan yang sulit Raden artikan. "Apa yang kamu sembunyikan?"

Senyum Raden hadir. "Tidak ada, kak."

"Bohong," gumam Ayana. "Saya masih ingat soal kemarin, dan saya meminta penjelasan kamu sekarang."

Raden tersentak. "Soal saya yang ada di kantor Yordan kemarin?"

"Iya."

"Astaga, kak, saya tidak menyembunyikan apapun dari kakak."

Ayana bangkit dari duduknya. Ia hendak pergi, tapi Raden malah mengikutinya.

"Kakak mau tahu alasan saya ke kantor Yordan kemarin?"

Ayana berbalik cepat, menatap Raden. Setelahnya mengangguk cepat. Raden meraih tangan Ayana, dan membawa Ayana duduk di teras depan rumahnya. "Saya kesana untuk menyelidiki dia, kak."

"Menyelidiki...Mas Yordan?", tanya Ayana dengan ekspresi kaget yang kentara.

"Iya, kak. Saya curiga kalau dia yang meneror saya dan Erin dulu. Walau sekarang tidak ada teror lagi darinya, tapi waktu itu dia berhasil membuat Erin sangat syok." Raden menghela napas. "Kalau terbukti dia pelakunya, saya akan melaporkan dia pada polisi, dengan pasal perbuatan tidak menyenangkan. Dia memang tidak menyakiti secara fisik, tapi benar-benar menganggu."

Ayana menggigit bibir. Rupanya Raden hanya tahu sebatas teror itu saja, sementara Ayana sendiri sudah tahu, jika akan ada pembunuhan rencana yang terjadi. Ia ingin memberitahu Raden, tapi ia urung. Akan menjadi lebih kacau dan tak terkendali jika ia nekat memberitahu.

Saat tinggal di rumah Raden dulu, Ayana sempat menerima paket berisikan foto Raden yang dicoret dengan tanda merah, dengan indikasi jika yang melakukan ini, memang mengincar Raden sebagai korbannya.

Ayana pun sudah mendapat titik terang, jika Yordan adalah orang yang memang meneror dan merencanakan pembunuhan ini.

Seumur-umur, Ayana yang hanya tahu tentang kasus pembunuhan berencana seperti itu dari pemberitaan diluar sana, sekarang harus turut campur menghentikan aksi ini. Apalagi ini memang direncanakan untuk mencelakai Raden, yang notabene masih berstatus sebagai suami sahnya.

Walau merasa sakit hati karena perlakuan Raden yang begitu mudah mengabaikannya, tetapi Ayana tak mau Raden celaka. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat ia turut merasakan sakit jika Raden merasa kesakitan.

Semacam ikatan yang memang tercipta antara dua orang yang terhubung satu sama lain.

"Saya dukung apapun yang kamu lakukan," kata Ayana pelan. "Lagipula, sudah seharusnya kamu melindungi diri kamu. Ayah saya pernah bilang, dunia bisnis itu memang sangat kejam. Ada beberapa orang yang melakukan permainan kotor di dalamnya."

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang