TwoLove | 12

677 42 3
                                    

Bayi Dania sudah selesai dibersihkan.

Perawat yang bertugas membersihkan tubuh bayi Dania, langsung menyerahkan bayi itu pada Dania, yang disambut Dania dengan tetesan air mata haru. "Terima kasih ya Allah...anakku lahir dengan selamat," gumam Dania mengecup kening bayi perempuannya hati-hati.

Dania memandang satu persatu orang yang berada di ruangannya. Ada Ayana, Lazuardi, Yulia, Arinda, dan Mbok Anin--asisten rumah tangga Dania.

Kehadiran mereka bahkan sudah lebih cukup bagi Dania.

"Om, Dania mau om yang mengadzankan bayi Dania," pinta Dania dengan mata berkaca-kaca.

Lazuardi terlonjak kaget. "Kenapa om? Suamimu mana?"

Perubahan raut wajah Dania begitu cepat. Semula perempuan itu menunjukkan perasaan haru yang begitu kentara, sekarang ekspresi itu hilang tak bersisa, tergantikan tatapan dingin dan tak terbaca.

Ayana sadar dengan raut Dania yang berubah. Maka karena itulah ia mendekat pada Lazuardi, meminta sang ayah untuk menuruti keinginan Dania. "Apa bedanya kalau anak Dania diadzankan sama Ayah, ayah kan sudah seperti ayahnya Dania, kakek dari anak Dania juga."

Mendengar ucapan Ayana, senyum Dania hadir. Hingga Lazuardi meraih tubuh mungil bayi perempuan Dania. Ia menatap bayi perempuan itu dengan wajah haru. Perlahan ia mendekatkan wajahnya pada telinga bayi Dania, lalu mulai mengumandangkan adzan.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar..."

Dania tersenyum tipis mendengar lantunan adzan yang dikumandangkan Lazuardi untuk putri kecilnya. Begitupun dengan Ayana. Ia membayangkan jika dimasa kecilnya, ayahnya mengumandangkan adzan saat ia terlahir di dunia.

Lazuardi tersenyum saat ia baru saja mengadzankan putri Dania. Baru saja Lazuardi ingin menyerahkan bayi perempuan itu pada Dania, Arinda langsung berceletuk. "Mas, aku mau gendong bayinya Dania. Tante boleh gendong kan, Dania?", tanyanya pada Lazuardi dan Dania secara bergantian.

Dania terkekeh pelan. "Boleh banget tante."

Dengan cepat Arinda meraih tubuh mungil bayi perempuan Dania. Senyum lebar Arinda terpancar kala melihat wajah damai bayi yang sudah digendongnya itu. Menggemaskan.

"Kamu mau gendong dia, Yul?", tanya Arinda masih dengan senyum merekahnya. Kedua mata Yulia mengerjap berkali-kali. "Memangnya boleh?"

"Ya bolehlah, tante. Tante kan juga neneknya," balas Dania.

Arinda lalu meminta Yulia menggendong bayi perempuan Dania. Yulia merasa kembali lagi ke masa lalu, saat ia melahirkan kelima anaknya.

Dan sekarang, dia sudah menjadi nenek. Bahkan Yulia baru sadar, jika anak-anak kecil yang ia lihat dulu sudah tumbuh besar dan dewasa sekarang.

Ayana yang sebentar lagi akan menikah dengan orang yang lamarannya diterima oleh Lazuardi, Ila yang baru saja menikah dengan pria pilihannya, dan Dania yang kini sudah melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik.

Ketiga anak-anak ini dulunya begitu senang bermain, berlarian, dan bertanya akan banyak hal, termasuk pada Yulia sekalipun. Hingga di masa sekarang, mereka sudah siap menghadapi seperti apa kehidupan yang sesungguhnya.

Kehidupan yang tidak selamanya indah seperti dunia anak-anak, imajinasi yang dipikirkan di masa kecil dulu.

Inilah kehidupan.

Ada keras, ada masa tenangnya. Ada sedih ada bahagianya. Ada sengsara ada pula gembiranya.

Inti kehidupan sesungguhnya ketika segalanya diciptakan seimbang.

Yulia lalu menyerahkan tubuh mungil bayi perempuan itu kembali kepada Dania. Dania yang sudah menggendong bayinya menatap diam anaknya.

Ayana yang sejak tadi memperhatikan Dania menangkap ada raut berbeda diwajah sepupunya itu.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang