Ayana dan Dania akhirnya tiba di tempat yang sudah mereka ingin datangi sejak kemarin.
Kantor Yordan.
"Kita harus mengecek dulu kemari, sebelum kita ke rumah Mas Yordan." Ayana berujar dengan tatapan lurus pada kantor Yordan.
Dania mengerutkan kening. "Kenapa harus ke rumahnya? Bukannya Mas Yordan selalu di kantor, yah?"
Ah, Ayana lupa jika Dania belum tahu, jika perusahaan Yordan mengalami masalah.
"Dania, sebenarnya perusahaan Mas Yordan mengalami masalah yang cukup besar."
"Masalah? Maksud kamu?", tanya Dania lagi.
Ayana meringis pelan. Ia takut memberitahu Dania sebenarnya. Apalagi, timbulnya penyebab masalah pada perusahaan Yordan disebabkan oleh Erin, sebab Yordan yang hampir melakukan pelecehan pada Erin dulu.
"Intinya perusahaan Mas Yordan sedang bermasalah. Aku pun tahu ini dari pembicaraan orang-orang." Ayana harus menutupi ini, agar Dania tak begitu emosional karena permasalahan ini.
Kedua perempuan itu melangkah masuk ke kantor Yordan. Berharap, bisa menemui lelaki itu disana.
"Permisi, Mbak," kata Ayana mendekat pada seorang pegawai perempuan yang tengah bertugas disana. "Apa boleh kami bertemu dengan Pak Yordan?"
Pegawai itu nampak kebingungan. "Pak Yordan?"
"Iya, Pak Yordan," timpal Dania. "Pak Yordan pemilik kantor ini."
Beberapa saat wajah pegawai itu menunjukkan raut berpikir, hingga akhirnya ia nampak mengangguk pelan. "Ah, saya ingat, Bu. Pak Yordan itu adalah pemilik kantor ini sebelumnya, tapi sekarang bukan lagi. Saya pun baru bekerja disini." Pegawai itu nampak tersenyum tipis. "Kantor ini sudah menjadi milik Bapak Sucipto."
Dania terkejut. Ayana mengatakan hal yang benar. Dania penasaran, apa yang menimpa perusahaan mantan suaminya itu, sampai-sampai masalah sebesar itu hadir. "Apa Mbak tahu sesuatu tentang masalah yang menimpa perusahaan yang sebelumnya dikelola Pak Yordan?"
Walau sudah bercerai, Dania berusaha sedikit peduli. Sebab Yordan adalah ayah dari Davida, putri yang ia lahirkan.
"Saya tidak tahu detailnya, Bu. Tapi perusahaan ini mengalami penurunan yang menyebabkan Pak Yordan terlilit banyak utang, banyak rekan bisnis beliau yang memutus kontrak kerja sama, dan pegawai yang dulu ada di kantor ini tak sedikit yang melakukan tindakan korupsi. Jadilah perusahaan ini diambil alih oleh Pak Sucipto."
Baik Ayana dan Dania kini tak bisa menyembunyikan betapa terkejutnya mereka dengan fakta ini. Apalagi Ayana. Ternyata selain ayahnya dan keluarga Raden, kuasa yang dimiliki keluarga Erin cukup dominan di dunia bisnis ini.
"Terima kasih atas informasinya, Mbak. Mohon maaf karena kamu menganggu."
"Kami pamit, Mbak."
Dengan langkah lesu, Dania dan Ayana berjalan keluar dari kantor itu. Sesekali berbalik dan memandangi kantor yang akan mereka tinggalkan.
"Tidak ada pilihan lain, kita memang harus ke rumahnya Mas Yordan." Ayana berujar, dan Dania mengangguk setuju.
Keduanya baru hendak mencari taksi, tapi perhatian Ayana sudah tertuju pada seorang pria dengan setelan jas kantornya, dan kini bergerak melepas kacamatanya sembari memijit pangkal hidungnya dengan gestur tidak tenang. Seorang pria dibelakangnya pun mengikutinya, dan nampak berusaha menenangkannya.
Raden, dan seorang pria yang Ayana yakini sebagai orang kepercayaannya. Keduanya sama-sana menunjukkan raut serius.
Ayana jadi berpikir, apa tujuan mereka datang ke kantor yang dulunya merupakan milik Yordan? Apakah ada urusan antara Raden dan Yordan dalam hal bisnis? Atau justru ini tentang Erin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
Roman d'amourTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...