TwoLove | 72

1.1K 82 9
                                    

Ayana terpekur memandangi sosok Raden yang tertidur diatas tempat tidurnya. Dokter baru saja memeriksa kondisinya, dan Raden mengalami syok yang cukup berat. Ayana merasa bersalah.Kini hanya ada dia dan Raden di dalam kamar itu. Yang lain membiarkan mereka menyelesaikan urusan mereka yang belum selesai.

"Maafkan saya, Raden," gumam Ayana dengan mata berkaca-kaca. "Saya tidak sangka beban yang kamu tanggung dalam hati dan pikiran kamu begitu berat." Sempat ragu, Ayana perlahan meraih tangan Raden, menelusupkan jarinya pada jari milik Raden. Tangan Raden yang besar ia genggam, membuat tangan dari jarinya merasakan kehangatan, walau si pemilik tangan itu masih dalam kondisi tak sadarkan diri.

Ayana tak melepaskan genggamannya, kepalanya perlahan ia rebahkan tepat disebelah tubuh Raden. Ia akan menunggu Raden sampai sadarkan diri.

Dalam sunyinya keadaan kamarnya itu, Ayana berharap jika Raden berkata jujur jika memang ingin berpisah, sebab Ayana takut jika ia disakiti lagi. Tapi, melihat sorot terluka dimata suaminya, Ayana dibuat bimbang.

"Mbak Ayana."

Panggilan itu berhasil mengembalikan perhatian Ayana. Kepalanya yang semula ia rebahkan perlahan terangkat dan menoleh pada sumber suara. Ada Erin yang melangkah canggung dan hati-hati mendekatinya. Ayana berdiri. "Saya akan keluar," katanya. Ayana sudah bersiap untuk keluar, tetapi Erin meraih tangannya. "Mbak jangan kemana-mana, disini saja bersama Raden."

"Saya tidak mau menganggu kalian," balas Ayana.

Erin menghela napas. "Julukan pengganggu itu lebih pantas untuk saya, Mbak. Karena sejak awal, yang merusak pernikahan kalian adalah saya. Walau kenyataannya, saat itu saya dan Raden menjalin hubungan, tapi status seorang istri jauh lebih baik dibandingkan menjadi kekasih pria yang sudah menikah." Perasaan Erin semakin bertambah kalut. "Harusnya saya saat itu tidak melakukan itu, saya tidak meminta Raden untuk menikahi saya. Seharusnya saya mencari penggantinya, walau butuh waktu lama, tapi alangkah lebih baik sejak awal saya melakukan semua itu."

Erin tersenyum pada Ayana, meraih tangan wanita itu lalu menggenggamnya. "Tuhan telah menghukum saya, Mbak. Saya begitu menyesal telah melukai orang sebaik Mbak." Masih dengan menggenggam tangan Ayana, Erin mengalihkan pandangannya pada Raden. "Jangan tinggalkan Raden, apalagi alasannya karena kehadiran saya, Mbak. Dia sudah menerima banyak pengkhianatan yang saya lakukan selama ini. Dia pantas mendapat orang baik seperti mbak."
Ayana mengerutkan kening, masih tidak bisa mencerna pengkhianatan seperti apa yang Erin maksud.

"Raden melakukan banyak hal untuk membahagiakan saya, Mbak. Dia tidak pernah mengatakan 'tidak' untuk semua keinginan saya. Sampai, kami berdua melakukan kesalahan paling bodoh dalam hidup kami. Walau dianggap bersalah, Raden tetap saja menikahi saya, karena saat itu dia dibutakan cintanya pada saya, Mbak. Dia tidak pernah peduli bagaimana kebencian dan caci maki itu, dia ingin melindungi saya dengan cara apapun yang dia bisa."

Dada Erin kian sesak menceritakan bagaimana Raden begitu memperhatikannya. "Karena saya, Raden tidak bisa adil, Mbak. Saya terlalu mendominasi dia. Saya akui, saya dulu begitu mencintainya, tapi semakin lama, entah mengapa saya merasa cinta saya berkurang. Saya tidak nyaman menjalani kehidupan sebagai istrinya. Tanpa Raden tahu sebelumnya, jika saya menjalin hubungan dengan lelaki lain saat kami masih menjadi sepasang kekasih. Sampai puncaknya, malam itu dia memergoki saya, Mbak. Dia marah, dan menjatuhkan cerai."

Ayana tercekat. "Jadi, kamu mengkhianati dia selama kalian bersama?"

Erin mengangguk dengan wajah menyesal. "Iya, Mbak. Biang masalah kalian adalah saya, Mbak. Karena saya yang sering membohongi Raden, maka Raden harus berurusan dengan Mas Yordan. Karena saya juga, Raden tidak pernah menyadari kehadiran mbak, dan dia mencintai Mbak saat ambang waktu itu...sudah hampir terlambat."

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang