Setelah beberapa hari berada di rumah sakit, Dania akhirnya diizinkan untuk pulang ke rumah. Kini Ayana tengah sibuk membantu Dania melipat pakaian dan mempersiapkan keperluan bayi perempuan Dania.
Dania merasa tidak enak hati pada Ayana. Bagaimana tidak, Ayana bahkan rela bolak balik dari rumahnya ke rumah sakit, begitupun sebaliknya, hanya untuk merawat Dania dan bayi perempuannya.
"Ayana, aku nggak tau lagi gimana jadinya kalau aku nggak punya sepupu sebaik kamu," kata Dania memeluk tubuh Ayana.
Ayana tergelak. Menepuk-nepuk pelan puncak kepala Dania. "Nggak boleh bilang gitu. Sudah kewajiban aku kan berbuat baik sama sepupuku?"
Tanpa sadar mata Dania kembali memanas, dan akhirnya perempuan itu menangis. "Ayana..."
"Eh, kok kamu nangis, sih?", tanya Ayana panik.
Dania tak menjawab, hingga pada akhirnya Ayana menghela napas. Mungkin hormon ibu setelah melahirkan memang seperti itu, pikir Ayana.
Barang-barang Dania sudah selesai dirapikan, kini tinggal tunggu Bik Atik yang sedang ke toilet sebentar.
"Hari ini aku anterin kamu pulang ke rumah," ujar Ayana.
"Aku nggak mau pulang ke rumah itu, Ayana! Rumah neraka itu nggak sudi aku datangi lagi!"
Ayana tercenung karena ucapan yang dilontarkan Dania. Ditambah lagi raut wajah sepupunya itu nampak murung dan berusaha menahan gejolak emosi dibalik kedua matanya yang perlahan mulai memerah.
"Kamu kenapa?", tanya Ayana pelan dan hati-hati. Ia tak mau perkataannya membuat Dania semakin bertambah murung.
Hingga isakan pelan Dania terdengar, membuat Ayana bergerak cepat mengusap punggung sepupunya itu. "Mas Yordan jahat sama aku, Yana."
Kedua mata Ayana mengerjap lambat. Tangannya masih mengusap pelan punggung Dania. "Dia ngelakuin apa memangnya ke kamu? Kalau kamu mau cerita aku dengerin."
Dania menangis, sesekali perempuan itu menghela napas dengan raut wajah lelahnya. "Mas Yordan selingkuh, Yana."
Usapan Ayana di punggung Dania terhenti begitu saja. Berganti dengan tangan Ayana yang sudah gemetar pelan. Ayana menelan ludah susah payah. Ayana membasahi bibir bawahnya, dan menghembuskan napas pelan. "Aku pikir, aku yang salah lihat waktu itu." Napas Ayana memburu kala mengatakan hal itu, dan Dania masih bisa mendengarnya. Perempuan yang masih berurai air mata itu menoleh dan memandangi Ayana dengan sorot tak terbaca. "Apa maksud kamu, Yana? Apa yang yang kamu tau, sementara aku sendiri tidak mengetahuinya?"
Ayana kini menatap Dania dengan perasaan bersalah. "Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu, Dania. Ada satu hal yang berkaitan dengan Yordan yang nggak aku kasih tau sama kamu."
"Soal perselingkuhannya?", balas Dania cepat.
"Aku nggak bisa bilang itu perselingkuhan atau tidak, aku nggak bisa menilai, karena aku cuma orang luar." Ayana menghembuskan napas lelah. "Waktu itu aku pernah liat Yordan ketemu dan ngomong sama perempuan di acara nikahan Musa dan Ila. Yordan bilang dia mencintai perempuan itu, tapi soal respon perempuan itu, berbanding terbalik dengan Yordan."
Dania berdecih sinis. "Nggak peduli respon perempuan itu seperti apa, yang jelas dia adalah selingkuhan suamiku. Dia menghancurkan rumah tanggaku! Demi Tuhan aku membenci perempuan itu! Aku benci dia!"
Ayana panik. Ia mendekat pada Dania dan berusaha menenangkan kembali kondisi sepupunya itu. Bagaimanapun, Dania baru saja melahirkan anak pertamanya. Dania harus fokus mengurus anaknya dengan baik. Sekalipun ia tengah bermasalah dengan Yordan, tentu saja anak mereka tak boleh menjadi korbannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
Любовные романыTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...