TwoLove | 1

3K 125 18
                                    

"Sudah berapa banyak laki-laki yang kamu tolak?"

Lazuardi menatap putri sematawayangnya, Ayana, dengan tatapan tidak habis pikir. Lazuardi tidak pernah mengerti, apa yang Ayana inginkan.

Ayana menatap ayahnya dengan raut bersalah. "Maafin Ayana, Yah. Bagi Ayana pernikahan bukan perkara mudah, bukan cuma asal cocok atau tidak, cinta atau tidak, masih banyak hal lain yang perlu Ayana pertimbangkan."

Sifat tegas Ayana itu sudah sangat dipahami oleh Lazuardi. Tapi sepertinya, lelaki paruh baya itu sudah habis kesabaran. Ia hanya ingin melihat Ayana menikah, sebab Ayana satu-satunya putri yang ia miliki dari Arinda, istri pertamanya. Sebab, kebanyakan saudara Ayana yang lain tidak dapat bertahan hidup lebih lama. Saudara Ayana yang dulunya ada empat orang, semuanya meninggal di usia belia. Jadi, hanya ada Ayana. Lazuardi tidak akan membiarkan Ayana menderita. Segalanya akan Lazuardi berikan, segalanya akan ia korbankan. Demi Ayana.

"Apa yang kamu mau, Ayana?" Lazuardi sudah tidak ingin melakukan tawar menawar dulu dengan sang putri. Ia hanya ingin jawaban sederhana untuk pertanyaannya yang sederhana pula.

"Yang Ayana mau cuma satu, Yah. Jangan pernah suruh Ayana menerima pinangan laki-laki yang datang melamar Ayana. Ayana mau fokus memperbaiki hidup Ayana dulu." Tanpa mengatakan hal lain pada sang Ayah, Ayana bangkit dan berjalan ke kamarnya.

"Ayana! Ayah belum selesai bicara!", teriak Lazuardi, tapi Ayana mengabaikannya.

Pria paruh baya itu menatap punggung Ayana yang sudah menghilang dipandangannya. Arinda yang sejak tadi menyaksikan perdebatan antara anak perempuan dan ayahnya itu perlahan mendekati Lazuardi. "Sudah berapa kali saya bilang ke Mas, kalau Ayana tipikal gadis keras kepala. Sampai kapan Mas mau memaksa Ayana menikah? Apa Mas mau bertanggung jawab atas kesedihan yang akan Ayana pikul, atas dasar pernikahan yang digelar terburu-buru?"

Lazuardi terdiam mendengar ucapan Arinda, istri pertamanya. Napas Arinda memburu, menatap tajam suaminya. "Mas masih ingat kan dengan apa yang saya rasakan saat memutuskan menjadi istri Mas Lazuardi?"

Tubuh Lazuardi membeku, ia menatap Arinda sepenuhnya.

"Saat itu, saya juga dijodohkan oleh orang tua saya kepada Mas. Awalnya, saya pikir ketika dua orang menikah dan terikat hubungan yang sah, tidak akan ada yang namanya upaya untuk saling menyakiti. Karena, baik dari pihak laki-laki ataupun perempuan, punya tanggung jawab membahagiakan pasangan. Tapi, apa yang Mas lakukan?"

"Cukup, Arinda!" Lazuardi mengangkat sebelah tangannya agar istri pertamanya itu berhenti mengungkit masa lalu yang membuat hubungan mereka hampir saja berakhir di meja hijau.

Kepala Arinda menggeleng tegas. "Tidak bisa, Mas. Saya bersikap seperti ini juga gara-gara perlakuan Mas kepada anak saya. Kenapa kesannya Mas pilih kasih? Selalu mendesak Ayana untuk menikah! Dulu, saat saya baru beberapa bulan menjadi istri Mas, Mas mengambil keputusan besar menikahi Yulia, itupun tanpa sepengetahuan saya. Iya, saat itu memang kita belum saling mencintai, tapi tindakan Mas yang seperti itu yang buat saya sakit hati. Seandainya Mas sejak awal mengatakannya, saya tidak akan sesakit ini, Mas."

"Sudah puas kamu memojokkan saya, Arinda?!"

"Saya tidak pernah mau melakukan hal seperti ini, Mas. Tapi Mas benar-benar sudah keterlaluan. Yang Mas cintai memang Yulia, bukan saya. Itulah sebabnya Mas tidak pernah bersikap adil pada Ayana."

Mata Arinda berkaca-kaca kala meluapkan keluh kesahnya untuk ke sekian kalinya. Lazuardi yang semula ingin menyela, diam membisu. Ia merenungi sikapnya saat ia memutuskan menduakan Arinda, dan menikahi Yulia, istri keduanya saat ini.

"Yulia yang Mas cintai, dia memberikan banyak anak pada Mas, dua anak laki-laki dan tiga anak perempuan yang sehat dan juga pandai. Sedangkan saya? Saya hanya memiliki Ayana. Dulu saya memang punya anak lain, tapi mereka semua meninggal diusia belia. Hanya ada Ayana. Lalu mengapa Mas jadi kejam sekali? Mas sama sekali tak pernah memaksa anak Mas dari Yulia untuk menikah, kenapa harus Ayana?"

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang