TwoLove | 8

798 44 8
                                    

Ayana masih terdiam, ajakan Raden untuk mengajaknya berbicara entah mengapa membuat Ayana resah.

"Maaf, Raden. Saya nggak bisa berbicara dengan kamu saat ini, ada orang yang harus saya jaga. Permisi," pamit Ayana tanpa menunggu tanggapan Raden.

Raden tidak tinggal diam. Ia mengikuti Ayana kemanapun gadis itu melangkah.

Sementara Ayana yang tidak sadar jika Raden mengikutinya tetap berjalan saja hingga tiba dihadapan Dania. "Ini minumannya, habisin." Ayana lalu duduk disebelah Dania.

Sepupunya itu sudah meminum air yang Ayana bawakan hingga tandas, tidak bersisa.

Ayana terkekeh pelan. "Haus banget, Dan?"

Dania mengangguk polos. "Iya."

"Kak Ayana," panggil Raden yang ternyata sudah berdiri tak jauh dari tempat Ayana dan Dania duduk.

Kedua mata Ayana melebar. Ia bahkan sudah menekankan pada pemuda itu jika saat ini ia tidak bisa berbicara dengannya, lalu mengapa pemuda itu dengan santainya malah melangkah mendekat, dan mengajak Ayana berbicara tanpa mengingat kejadian kemarin?

Ayana bertanya bagaimana status kesehatan Raden sekarang.

Catat itu baik-baik.

Dania yang sejak tadi diam akhirnya merasa penasaran juga. Apalagi Ayana hanya diam memandangi sosok Raden yang seolah tidak mau pergi dari hadapannya.

"Siapa dia?", tanya Dania menunjuk Raden.

Raden tersenyum tipis. "Saya Raden, kak."

Dania mengangguk pelan. Memang dilihat dari wajahnya, sepertinya pemuda itu memang lebih muda darinya dan Ayana. Dania maklum jika Raden memanggilnya dengan embel-embel 'kak'.

"Yana!", kata Dania sembari menggoyangkan pelan Ayana yang diam sejak tadi. Entah ada apa dengan sepupunya itu. Kala Raden tiba-tiba hadir tak jauh dari mereka, suara Ayana seolah lenyap, ekspresi di wajah Ayana seolah hilang.

Ada apa memangnya dengan sosok Raden itu? Dania jadi ingin menginterogasi Ayana saja rasanya.

Kedua Ayana mengerjapkan mata. Perempuan itu menghela napas berat. "Bisa nggak kamu nggak bahas apapun disini?", tanya Ayana masih berusaha sabar.

Raden tersenyum tipis. "Tapi saya maunya ngomong sama kakak sekarang. Selagi kita ketemu disini, kenapa harus ada alasan untuk mengulur-ulur waktu agar kita bisa berbicara tentang hubungan kita ke depannya?"

Ayana memejamkan kedua matanya. Rasanya ia tak ingin menatap Raden ataupun Dania sekarang. Apalagi Dania sudah melayangkan tatapan bertanya.

"Hubungan? Kalian ada hubungan apa memangnya?", tanya Dania dengan wajah tidak tahu menahu. Ia semakin penasaran.

Raden melirik Ayana yang masih terdiam. Tak ada niatan di wajah gadis itu untuk menjawab pertanyaan Dania. Raden berdehem pelan. "Maaf kak kalau saya lancang. Saya Raden, saya yang dijodohkan sama kak Ayana."

"Hah?!", pekik Dania dengan mata membulat. "Ayana jadi dia orangnya?"

Apa perlu Ayana menjawabnya, sementara Raden sudah memberitahu?

"Kalau kamu mau membicarakan soal ini, sehabis acara ini selesai, kamu ke rumah orang tua saya. Jelaskan apa yang ingin kamu katakan disana. Kamu terima atau juga ikut menolak ini, saya akan terima dengan lapang dada. Saya permisi ke toilet dulu. Dania, kamu tunggu disini."

Ayana berlalu, menyisakan Raden dan Dania.

"Raden, kamu harus jelaskan sama saya."

Raden mengangguk pelan. Ia berjalan mendekat pada Dania dan mulai menjelaskan semuanya.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang