TwoLove | 37

781 66 28
                                    

Ayana mengepalkan kedua tangannya kuat.

Semuanya sudah terlihat begitu jelas baginya.

Hanya ada pengkhianatan dan ia yang dimanfaatkan dengan dilaksanakannya pernikahan ini.

Ayana masih berusaha menahan diri, sekalipun ia sudah dibuat kecewa oleh lelaki yang ia sebut sebagai 'suami', yang nyatanya hanyalah seorang 'pendusta'.

"Kamu tidak serius mengatakan ini, kan?" Hakim berusaha bertanya pada Raden, hingga Raden tersenyum tipis pada sang Ayah.

"Raden serius, Ayah. Kami berdua sudah menikah, dan sah secara agama dan hukum. Orang tua Erin menjadi saksi pernikahan kami," kata Raden.

Pengakuan Raden membuat seisi rumah terkejut. Miranti hanya bisa terdiam memandang suami dan anaknya.

Erin hanya bisa menundukkan kepala, sembari membalas genggaman erat Raden. Ia merasa bersalah, tapi ia bahagia karena Raden mau membawa serta dirinya ke rumah orang tua suaminya itu.

PLAK!

Hakim menampar keras pipi Raden, hingga genggaman Erin terlepas karena begitu terkejut dengan kejadian dihadapannya.

"Keterlaluan kamu!", teriak Hakim murka. Ia menarik kerah kemeja Raden. "Kamu sudah menikahi Ayana, dan kamu menikahi dia juga?!", tunjuknya pada Erin sudah tubuhnya sudah nampak gemetar.

Hakim melepas kasar cengkeramannya pada kerah kemeja Raden.

Raden menatap sang Ayah. "Raden hanya ingin menagih janji Ayah. Kita dulu sudah membicarakan ini, kan? Raden sudah menerima semua yang Ayah ingin lakukan, sejak kecil Ayah mengatur apapun yang Raden inginkan, sampai Raden sendiri tidak bisa menentukan apa yang Raden mau." Napas Raden tiba-tiba memburu kala mengatakannya. "Sejak dulu, Raden menerima semua perlakuan Ayah, menerima segalanya walau Raden ingin memberontak. Sampai urusan hati, cinta, dan dengan siapa Raden menikah Ayah yang menentukan."

Detik itu pula, Hakim merasa tertohok dengan ucapan sang anak semata wayang.

"Raden terima semuanya, Ayah. Tapi untuk cinta dan juga semua hal yang berkaitan dengan Erin, Raden tidak mau menyerah lagi. Ayah juga sudah memberi janji, kalau Raden menikahi Kak Ayana, Ayah akan turuti semua kemauan Raden. Ayah harus tepati janji itu, karena Erin sudah menjadi menantu Ayah, dan dia akan tinggal disini."

Ayana semakin hancur mendengar pengakuan Raden.

Memang tidak salah dugaannya, Raden memanfaatkannya dalam pernikahan ini.

Ayana menghembuskan napas panjang. "Jadi, pernikahan ini dianggap sebagai alat untuk memanfaatkan posisi Ayana?"

Suara lirih Ayana berhasil menarik perhatian mereka, termasuk Raden dan Erin yang kini sudah saling melempar pandang.

"Nak...," lirih Hakim dengan wajah sendunya.

Ayana nampak tersenyum tipis, menahan segala gejolak dalam dadanya. "Dulu, Ayana sempat menguping pembicaraan antara Ayah dan Raden saat berada di ruang tamu. Awalnya, Ayana tak ada niatan untuk melakukannya, tapi mendengar jika Raden meminta janji pada Ayah karena sudah menikahi Ayana, sejak saat itu perasaan Ayana mulai tidak begitu tenang. Setiap ada celah, kekhawatiran Ayana tentang rumah tangga ini benar-benar mengusik. Ternyata hari ini sudah terbukti, Raden memiliki wanita lain, yang sudah ia jadikan sebagai seorang istri."

Tak ada air mata dipipi Ayana.

Ia tak mau menangis disini.

Ayana melangkah mundur. Berbalik badan dan melangkah gontai menaiki anak tangga.

****








Ayana duduk di tepi tempat tidurnya, mengusap wajahnya frustasi.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang