Semangat Ayana menjadi terkumpul saat bermain badminton bersama Ila, ditambah lagi kelima saudaranya menontonnya dan bersorak gembira.
"Kak Yana, Kak Ila, semangat!!!!!!"
Aris berteriak heboh. Anak itu terus saja meloncat-loncat dengan gemas. Permainan badminton Ayana dan Ila terlihat seru dan sangat menyenangkan.
Ayana dan Ila tertawa pelan. Kedua perempuan itu terus saja bermain. Ila kini kembali memberi umpan shuttlecock pada Ayana. Dengan lincah dan cepat Ayana menangkis shuttlecock yang bergerak ke arahnya. Ila pun melakukan hal yang sama.
Aksi menangkis shuttlecock itu berlangsung lumayan lama dan panjang. Ayana dan Ila sebenarnya lumayan kewalahan. Tapi, permainan ini membuat keduanya tertawa lepas.
Kini shuttlecock itu kembali bergerak ke arah Ayana. Ayana dengan semangat memberi pukulan smash pada shuttlecock. Karena tangkisan Ayana yang cukup keras itu, Ila tidak bisa menjangkaunya, membuat shuttlecock itu melayang dan bergerak di daerah belakang Ila.
Ckieeetttt!
Kedua mata Ayana membulat. Ternyata shuttlecock itu mengenai salah seorang pengendara motor yang kebetulan melintas tak jauh dari lokasi mereka bermain.
Bahkan, pengemudi motor itu sampai mengerem mendadak motor yang dikendarainya, efek karena terkejut sebuah benda kecil yang melesat dengan cepat ke arahnya, mengenai helmnya hingga menimbulkan bunyi yang sudah bisa membuatnya mengerem motornya dengan cepat.
Ila segera mendekat ke arah Ayana, takut jika orang itu akan memarahi mereka. Begitupun kelima saudara Ayana. Mereka bersembunyi dibelakang tubuh Ayana.
Ayana menghela napas pelan. Ia harus terima jika setelah ini orang itu akan mengomel panjang lebar, dan menceramahinya sebab bermain badminton tidak kenal tempat.
"Mau kemana?", cegah Ila saat Ayana melangkah maju.
Ayana menoleh sebentar. "Mau ke orang itu. Mau minta maaf."
Tanpa menghiraukan Ila, Ayana melangkah mendekat. Walau ia sendiri sudah tahu, apa tanggapan yang akan orang itu berikan.
Ayana berdiri memandangi orang itu.
Hingga orang itu turun dari motornya, ikut berdiri dihadapan Ayana. Perlahan kedua tangannya naik, dan perlahan melepas helm yang ia kenakan.
Napas Ayana tertahan kala wajah orang itu terlihat setelah melepas helmnya. Seorang pemuda yang bisa dikatakan memiliki wajah manis menawan, dengan tubuh tinggi besar yang proporsional.
Untung saja, Ayana tidak terpesona sama sekali, dan ia tidak melupakan buat awalnya untuk mendatangi pengemudi motor itu.
"Maaf, saya yang tadi main bulu tangkis, dan shuttlecocknya kena helm kamu. Saya minta maaf."
Ayana lalu sedikit berjongkok, membuat pemuda dihadapannya itu ikut berjongkok, dan meraih kedua pundak Ayana, dan membawa tubuh Ayana perlahan untuk bangkit berdiri. "Kamu tidak usah berjongkok untuk minta maaf, saya tidak masalah sama sekali."
Suara berat pemuda itu terdengar dan menyapa indra pendengarannya , dan Ayana hanya menaikkan sebelah alis. "Kamu pikir saya berjongkok untuk meminta maaf sama kamu?"
Pemuda itu mengangguk dengan wajah polos. "Memang itu kan yang akan kamu lakukan?"
Ayana tersenyum tipis. Ia kembali berjongkok dan salah satu tangannya mengambil shuttlecock. "Bukan itu. Saya cuma mau ambil shuttlecock ini, soalnya ini punya teman saya." Ayana berkata sembari memperlihatkan shuttlecock itu pada pemuda tinggi dihadapannya.
Mengetahui itu, pemuda tinggi itu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa malu sendiri karena sudah terlalu percaya diri dengan tindakan Ayana sebelumnya . "Maaf, saya terlalu gede rasa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...