Ayana...memang gadis yang terlalu bodoh.
Dania berpikir demikian, dan Ayana sendiri menyadari itu. Ayana mau saja ditindas oleh Raden, mau saja dipermalukan oleh Erin. Seolah, harga diri Ayana sudah pergi entah kemana.
Sudah dua hari Ayana di rumah orang tuanya, dan ia masih saja berpikir.
Memang benar, ia bodoh.
"Kamu mau mikir apa lagi, Yana? Gemas aku! Udah cerai aja!", gerutu Ila dengan wajah sebal.
Ila memang sengaja datang ke kediaman keluarga Ayana, apalagi saat Dania menelpon dan memberitahunya jika Ayana ada di rumah. Berhubung rumah tua Ila dekat dengan rumah orang tua Ayana, Ila memutuskan menginap beberapa hari, dan Musa setuju saja. Walau awalnya Musa khawatir, apalagi kondisi Ila sudah berbadan dua.
"Cerai nggak semudah itu," balas Ayana dengan wajah sabar.
"Yaudah, ikuti aja prosedurnya! Mau aja ditindas sama Raden, mau aja dibikin sakit hati sama kelakuan istri keduanya! Ih, sebel banget aku! Rasanya aku pengen gampar kamu, biar kamu bisa sadar sedikit!"
Menyadari jika Ila sudah sangat marah, Dania mendekat. "Udah, jangan marah-marah! Kamu ini sedang mengandung."
"Tapi Ayana nggak sadar-sadar!" Ila menangis. Ia sangat sensitif.
Tak berhenti sampai disitu, Ila kembali menumpahkan kekesalannya. "Yang bikin aku nggak habis pikir, ternyata istri kedua Raden itu, sepupunya Mas Musa!"
Tubuh Ayana menegang.
"Sepupunya Musa?", tanya Dania terkejut.
"Aku nggak habis pikir tahu, nggak?! Ternyata mereka nikah tanpa ngasih tahu keluarga Mas Musa, dan Mas Musa juga marah banget. Pas mereka resepsi pernikahan, keluarga Mas Musa diundang, tapi satupun nggak ada yang mau datang."
Kedua mata Ayana memejam. Rasanya langit-langit rumahnya akan jatuh menimpanya.
"Astaghfirullah..." Dania mendekat pada Ayana, mencengkeram kedua pundak Ayana. "Segera ceraikan suamimu!"
Tubuh Ayana membeku. Tak bisa memberikan tanggapan.
Arinda dan Yulia masuk ke kamar, dan melihat kejadian saat Dania meminta Ayana menceraikan Raden. Keduanya kompak menghela napas.
"Dania, ada seseorang yang mencarimu," kata Yulia dengan nada ragu.
"Siapa?", tanya Dania dengan suara pelan.
"Yordan."
****
"Mau apa lagi kamu kemari?! Belum puas kamu menghancurkan hidupku, Mas?!", teriak Dania. Ia bahkan sudah meraih satu vas bunga, yang hampir saja ia lemparkan tepat dikepala Yordan, jika seandainya Ayana tidak datang dan mencegahnya. Ayana meletakkan kembali vas bunga yang sempat dipegang Dania.
"Mas mau bertemu dengan anak kita," balas Yordan dengan wajah memohon.
"Jangan mimpi, kamu! Dia anakku, bukan anakmu! Mana ada seorang bapak yang meninggalkan anaknya sendiri?! Apa pantas anak yang aku lahirkan saat kamu berselingkuh, kamu sebut sebagai anakmu?"
Yordan sebetulnya merasa terpojok, tapi ia tidak bisa menyangkal kebenaran, jika dia yang menjadi pihak bersalah disini. Ia terima.
"Aku tahu, kesalahanku sampai kapanpun tidak bisa dimaafkan, tapi, untuk kali ini saja, ijinkan aku bertemu anakku."
Napas Dania memburu. Ia sudah kepalang kesal. Ia mendekati Yordan, menarik kasar tangan Yordan dan menyuruhnya keluar.
"Pergi kamu dari sini, jangan buat aku kalap dan jeblosin kamu ke penjara!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomantizmTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...