TwoLove | 5

1.1K 49 2
                                    

Tak banyak yang bisa Dania dan Ila lakukan untuk mengusir kesedihan yang Ayana alami.

Sejak kejadian kemarin, Ila langsung menemui Ayana hari ini di rumahnya, sementara Dania dihubungi oleh Yulia.

"Aku nggak tau persis kejadiannya, Dania. Kata Aneta, Ayana menunjukkan penolakan keras sama perjodohan yang dilakukan om Lazuardi."

Dania mendengar penjelasan Ila dengan kening berkerut. "Aku nggak habis pikir loh, Il. Om Lazuardi berani ngambil langkah drastis yang efeknya akan sangat besar buat kelangsungan hidup Ayana ke depan."

Kepala Ila mengangguk setuju dengan ucapan Dania. "Kamu benar, Dan. Om Lazuardi dulunya cuma memperkenalkan laki-laki itu pada Ayana, dengan maksud ingin melamar. Dan segala keputusan ada ditangan Ayana, mau menerima pinangan ataupun menolak pinangan. Tapi kemarin? Bahkan Om Lazuardi memutuskan untuk.menjodohkan Ayana dengan lelaki yang baru dua kali dia temui. Om Lazuardi sepertinya sudah capek memberi Ayana batas waktu untuk menjadi ' perempuan pemilih'."

"Tunggu dulu deh, Il. Kamu bilang Ayana sama lelaki itu ketemu dua kali?", tanya Dania dengan ekspresi keheranan.

"Iya, dua kali," tegas Ila. "Sebelum ketemu di rumah Ayana, Ayana dan lelaki itu sempat ketemu pas kami lagi main bulu tangkis yang lokasinya nggak jauh dari rumah, bareng lima adik Ayana yang lain. Bahkan Ayana sama dia sempat bicara, yah walaupun cuma sebentar. Eh, tau-taunya orang itu muncul di rumah Ayana. Ternyata mereka berencana dijodohkan sama om Lazuardi."

Dania tertegun beberapa saat kala Ila baru saja memberi penjelasan. Pikiran Dania berfokus pada sosok Ayana yang sejak tadi terdiam menatap ke arah luar jendela.

"Aku mengerti dengan apa yang Ayana rasakan, Il. Sebagai perempuan egoku tersentil. Kalaupun di posisi Ayana, aku mungkin memperlihatkan reaksi yang sama. Aku akan sama sedihnya. Pernikahan yang terjadi karena dijodohkan tidak selamanya berakhir bahagia. Ini kehidupan yang asli, bukan semacam cerita di buku-buku yang menampilkan sisi tidak realistis dalam hubungan karena perjodohan. Kehidupan yang kita alami bahkan lebih kejam dari yang bisa kita bayangkan."

Ila mendekat, lalu mengusap pelan kedua pundak Dania yang kini sudah terisak pelan di tempatnya. "Aku nggak bisa bayangkan bagaimana sulitnya jadi Ayana, Il. Dia orang baik, dia sepupuku yang paling baik. Dia tidak pernah berbuat jahat pada orang lain. Dia orang baik, Il.."

Ila terdiam, membiarkan Dania menumpahkan segala keluh kesahnya. Ia juga sama sedihnya dengan Dania. Ayana adalah temannya, teman terbaiknya. Walau sempat tak bertegur sapa, pada akhirnya waktu yang menyatukan segalanya.

Disisi lain, Ayana termenung dengan pandangan kosong menghadap arah luar jendela kamarnya.

Soal kejadian kemarin, Ayana selalu saja dirundung sedih, kesal, marah, perasaannya jadi campur aduk seperti ini.

Disisi lain ia benci dengan segala hal yang ayahnya lakukan untuknya, tapi disisi lain ia tidak sampai hati menyakiti ayahnya, walau sebenarnya Ayana tahu, tindakan ayahnya yang menjodohkannya tanpa seizin darinya sungguh melukai Ayana.

Ditambah lagi, pertemuan dengan pemuda bernama Raden itu, menambah perih perasaannya. Sekarang pikiran Ayana jadi bercabang. Pemuda itu akan ikut menghancurkan kehidupannya jika tetap nekat meneruskan perjodohan ini.

Tidak ada cinta.

Tidak ada pula kasih sayang yang akan terjadi di dalam hubungan semacam ini.

Raden bahkan mengatakan, jika urusan dan keputusan untuk perjodohan itu diserahkan pada Ayana. Jelas saja, Ayana menolaknya dengan keras.

Apa Raden tidak pernah berpikir, jika apa yang ia katakan saat itu akan membawa pengaruh besar di kehidupannya? Apa Raden tidak berpikir, jika Ayana bisa saja menghancurkan hidup Raden jika Ayana menerima perjodohan itu? Tidakkah Raden berpikir sejauh sampai kesana?

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang