Ayana bingung harus melakukan apapun sekarang, padahal ia berada di dalam kamarnya sendiri. Raden tidak berkata apapun sejak tadi. Pria itu hanya duduk diam dan tenang di sofa kamar. Sementara Ayana sendiri hanya memandang arah jendela kamarnya yang dalam keadaan setengah terbuka.
"Maaf karena sudah buat Kakak tidak nyaman."
Ayana mengerjapkan kedua matanya, perlahan ia berbalik dan sosok Raden pun kini tengah menatapnya dengan seulas senyum tipis. "Kenapa minta maaf?"
"Sejak tadi saya lihat Kakak tidak begitu nyaman. Saya mengerti karena ini kali pertama Kakak berada dalam satu tempat bersama lelaki dalam kurung waktu yang cukup lama."
Ayana menatap Raden dengan tatapan bersalah. "Seharusnya saya yang minta maaf sama kamu. Karena kamu sampai bisa merasakan jika saya kurang nyaman di situasi ini. Tapi saya akan berusaha adaptasi dengan kehidupan baru ini, bersama kamu."
Raden tertegun, tidak membalas perkataan Ayana.
Tok, Tok
Raden melirik ke arah pintu. Ia memilih bangkit dan membukakan pintu. Sosok Arinda rupanya sudah berdiri disana, dengan senyum kecilnya.
"Raden, Ayana, ayo makan malam!", ajak Arinda dengan wajah berseri-seri.
"Iya, Bu." Raden menjawab lembut.
"Kami tunggu di meja makan." Usai mengatakan itu, Arinda memilih berlalu.
"Kak Ayana, ayo!", ajak Raden dengan suara lembut. Ayana mengangguk pelan. Perempuan itu bangkit dan melangkah dengan canggung.
Sesampainya disebelah Raden, Ayana melirik kecil.
"Kenapa, Kak?", tanya Raden hingga Ayana tersentak kecil.
"Tidak papa." Ayana menjawab gugup.
Raden meminta Ayana berjalan lebih dulu, lalu setelahnya barulah Raden mengikut dan ikut berjalan disebelahnya.
Perjalanan ke meja makan entah mengapa menjadi sangat lama. Apalagi Ayana sering melirik Raden yang ternyata lebih dari yang ia pikirkan.
Disebelah Raden, Ayana menyadari jika suaminya itu jauh lebih tampan, dan juga sangat tinggi. Tinggi Ayana hanya sebatas pundak Raden saja.
"Kak Ayana,"
"Eh?", jengit Ayana kala Raden memegang sebelah tangannya. Pria itu sedikit menunduk, tangannya bergerak perlahan memperbaiki letak gelang kayu yang tersemat di pergelangan tangan Ayana.
"Gelang Kak Ayana hampir terlepas, jadi saya perbaiki," jelas Raden tersenyum kecil.
"Terima kasih," balas Ayana membuang wajah.
Keduanya kembali melangkah menuju ke arah meja makan.
*****
Raden dan Ayana duduk bersebelahan di meja makan.
Hal itu membuat Arinda tak henti tersenyum, begitupun dengan Lazuardi. Sebagai orang tua, mereka bisa merasa lega, menikahkan Ayana dengan pemuda yang mereka anggap baik dan tepat.
Tapi lain halnya dengan Yulia. Sejak berada di meja makan, wanita itu hanya diam dan menyantap makanannya dengan raut muram.
"Kalian akan menginap tiga hari disini, sebelum kalian pindah ke rumah keluarga Raden," ujar Lazuardi. Baik Raden dan Ayana tidak keberatan dengan itu.
"Iya, Ayah. Rumah yang Raden bangun sendiri belum selesai dirampungkan, untuk itulah saya dan Kak Ayana akan tinggal di rumah Ayah dan Ibu dulu. Setelah rampung, kami baru akan kesana." Raden menjelaskan dengan sangat tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...