TwoLove | 45

1.1K 97 53
                                    

Ayana agak tersentak saat melihat sosok Raden yang masuk ke rumah dalam basah kuyup bersama Erin. Ayana berlari kecil dan bersembunyi di bawah tangga.

"Yasudah, kamu masuk kamar, yah," kata Raden kepada Erin.

"Iya, kamu juga."

"Nanti aku nyusul. Aku ke dapur sebentar."

Erin berlalu, ia melepas jaket Raden dan melangkah naik. Sementara Raden dengan tubuhnya yang basah, memandangi sosok Erin dengan senyum samar.

Ayana terdiam. Sepertinya dia harus mengepel lantai nanti, agar ia tidak dimarahi Miranti besok pagi. Walau sudah ada asisten rumah tangga, Miranti tak ingin Ayana diam saja saat di rumah.

Ayana hendak kembali ke kamar, tapi hal itu urung sebab melihat Raden. Dengan tubuh kedinginan, bibir bergetar, dan salah satu tangannya memegangi dada.

"Ya Allah, Raden kenapa?", gumam Ayana khawatir.

Kekhawatiran itu tak berhenti sampai disana.

Raden melangkah dengan lemah sembari memegang dadanya. Wajahnya nampak terlihat pucat. Ayana tak tinggal diam. Ia mengikuti Raden hingga masuk ke dalam dapur.

Langkah Ayana lagi-lagi terhenti di depan dapur. Raden dengan tangan gemetar menarik salah satu kursi, dan duduk disana, masih dengan memegangi dadanya.

Entah mengapa, rasa sakit yang tengah Raden alami, Ayana turut merasakannya.

Tanpa berpikir panjang, Ayana berjalan mendekati Raden.

"Raden..," panggilnya.

Raden yang nampak memejamkan mata tak sadar jika Ayana yang datang. "Erin..."

"Bukan Erin, tapi Ayana," balas Ayana tegas.

Wajah Raden nampak pucat. Tangannya bahkan sudah mencengkeram dadanya lebih erat, napasnya bahkan sudah tersengal-sengal.

Ayana panik.

Hingga ia baru menyadari sesuatu. Hakim pernah mengatakan padanya, jika Raden memiliki penyakit asma.

Ayana segera meraih gelas dan mengisinya dengan air. Ayana berlutut di hadapan Raden. "Mana obatmu?", tanya Ayana.

Raden tak menjawab. Ia hanya bisa memandangi Ayana yang begitu khawatir. Ayana berdecak. Ia memeriksa saku baju dan celana Raden, berharap menemukan obat disana.

Ayana bisa bernapas lega, ia mengambil obat asma Raden dan menyodorkan satu pil obat itu kepada Raden. Raden meraihnya, dan meminumnya. Ayana membantunya minum air.

Perasaan Ayana belum sepenuhnya lega, walau Raden sudah meminum obatnya.

Barulah ia merasa lega, saat Raden tak memegangi dadanya, dan napasnya sudah berhembus teratur, tidak seperti sebelumnya.

"Alhamdulillah...," gumam Ayana mengusap wajahnya.

Raden yang melihat itu...langsung tersenyum samar. Sebegitu khawatirnya Ayana melihat kondisinya.

Disisi lain, Raden berpikir tentang sesuatu. Tindakan Ayana mengingatkannya pada seseorang di masa lalunya. Ayana mengingatkannya, bagaimana saat orang itu menolongnya kala asmanya kambuh, dan orang itu sering muncul dan melindungi Raden.

"Terima kasih, Kak," kata Raden menatap Ayana dengan sorot yang tak dapat diartikan.

Ayana menghela napas. "Ikut saya."

Raden terkejut kala Ayana meraih tangannya yang dingin. Raden bangkit dan mengikuti langkah Ayana.

Ayana membawa Raden masuk ke dalam kamarnya.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang