TwoLove | 16

676 38 2
                                    

"Untuk apa kamu datang kemari?"

Budi bersungut dengan tatapan tajam ke arah Raden yang berdiri sembari bersedekap. Raden tersenyum kecil. "Saya ingin bertemu Om Lazuardi, dan membicarakan soal perjodohan saya dengan Kak Ayana."

Budi berdecih. "Kamu pasti tidak diundang untuk datang kemari! Sia-sia saja!"

"Apa kamu juga diundang untuk datang kemari? Tidak, kan?" Raden terkekeh. "Kamu ini berbicara seolah-olah kamu yang diterima lamarannya oleh Om Lazuardi. Seolah-olah kamu pemenangnya."

"Jangan sombong kamu!", teriak Budi kesal.

Cklek !

"Kalian?!"

Ayana terkejut bukan main kala mendapati dua pemuda yang melamarnya di hari bersamaan itu berdiri tepat didepan rumahnya.

"Ayana, saya mau ketemu sama om Lazuardi," kata Budi tak mau membuang banyak waktu lagi. Rasa penasaran itu harus ia tuntaskan hari ini juga. Dan ia berharap, Lazuardi memilihnya agar bisa segera meminang Ayana.

"Ta...tapi..."

Ucapan terbata Ayana akhirnya terhenti di ujung lidah kala Lazuardi sudah datang menghampirinya.

Seperti dugaan Ayana, ayahnya itu nampak terkejut mendapati Budi dan Raden di rumah mereka. "Kalian?"

"Om sudah tentukan keputusan soal siapa yang akan meminang Ayana?"

Lazuardi memejamkan kedua matanya, otaknya berpikir keras sekarang. Ia sampai lupa pada lamaran yang datang pada Ayana karena masih berusaha membereskan masalah Dania.

"Kalian berdua, masuklah! Kita berbicara di dalam," putus Lazuardi.

"Tapi Ayah..."

"Selesaikan dulu urusan lamaran kamu ini, nanti kita bahasa yang lain."

Ayana menundukkan kepala. Sepertinya memang sudah hati ini, rentetan takdirnya akan mulai terlihat.

Budi dan Raden sudah melangkah masuk bersama Lazuardi, dan Ayana baru menyusul. Gadis itu berdiri tepat di belakang sofa tinggal yang saat ini diduduki Lazuardi.

Menghela napas karena aura serius itu sudah memenuhi ruang tamunya, Ayana memutuskan untuk ke dapur, guna mempersiapkan minuman dan hidangan bagi para tamu itu.

Setibanya di dapur, Ayana langsung menyiapkan tiga cangkir untuk menghidangkan air minum. Gerakan Ayana nampak tak bersemangat, pikirannya melayang entah kemana. Yulia yang ada di dapur pun menatap Ayana bingung.

"Ada tamu, yah?"

"Eh, ada Mama," kata Ayana mengerjapkan mata beberapa kali. Ia baru menyadari kehadiran Yulia. "Iya, Ma, ada tamu. Raden sama Budi."

Raut wajah Yulia berubah aneh seketika, nampak gelisah. "Apa...mereka meminta kepastian soal lamaran mereka pada ayahmu?"

Ayana mengangguk kaku. "Iya, Ma."

"Apa...ayahmu sudah memutuskan dengan siapa kamu akan melanjutkan hubungan?"

Ayana tidak langsung menjawab. Ia lalu menuangkan air yang sudah ia panaskan ke dalam cangkir yang telah ia siapkan.

Tangannya mengaduk minuman itu dengan gerakan pelan. "Ayah memutuskan atau tidak, yang jelas Ayana akan tetap menjalani kehidupan dengan pemuda pilihan ayah."

Yulia nampak menggelengkan pelan kepalanya. "Nak, tolong pikirkan segalanya sekali lagi! Tanyakan pada hatimu apa kamu ingin menghabiskan waktu dengan pemuda yang dipilihkan Ayahmu. Jangan hancurkan hidup kamu dengan cara seperti ini, Mama sedih membayangkan apa yang akan kamu hadapi ke depannya."

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang