TwoLove | 10

1.1K 50 4
                                    

Ayana hanya diam menunduk memainkan jari-jarinya dengan gerakan gusar.

Dua pemuda itu--Raden dan Budi entah karena angin apa melamarnya di hari yang sama. Ayana berpikir jika dia tidaklah se-istimewa itu, untuk bisa dipinang oleh dua pemuda yang faktanya adalah para pemuda yang sudah mapan.

Lelah sekali harus memilih pilihan yang sulit seperti ini. Apalagi ini menyangkut kehidupan Ayana ke depannya. Antara Raden dan Budi, Ayana sendiri tidak tahu ayahnya akan memilih siapa. Ayana sudah pasrah. Selama kurun waktu 25 tahun ia hidup di dunia ini, ia belum pernah merasakan jatuh cinta pada pemuda manapun.

"Jadi, apa ayah sudah putuskan siapa yang akan ayah pilih?", tanya Ayana memberanikan diri mengangkat kepalanya, memandang Lazuardi lurus-lurus.

Lazuardi mengangguk pelan. "Iya, ayah sudah tentukan siapa yang jadi pilihan ayah."

Ayana bisa merasakan debaran jantungnya menggila sekarang. Siapa yang ayahnya pilih? Ya Tuhan, Ayana dilanda ketakutan sekarang.

Walaupun hati kecilnya berkata, jika dia akan mendapatkan yang terbaik. Insting seorang ayah tidak akan meleset begitu saja. Selalu ada yang terbaik menanti kehidupan Ayana setelahnya.

Arinda dan Yulia mendekati Ayana.

"Nak, selagi kedua pemuda itu belum datang lagi kemari, sebenarnya siapa yang lebih menarik hatimu? Raden atau Budi?"

Ayana menelan salivanya susah payah. Bahkan jawaban untuk pertanyaan Arinda ia tidak memilikinya. Ditanya siapa diantara kedua pemuda itu yang lebih menarik hatinya, Ayana tidak tahu.

Ayana kini menggelengkan kepalanya pelan. "Untuk jawabannya, Ayana nggak tau, Bu. Siapapun pilihan ayah, Ayana bakalan berusaha menerima."

"Kamu sudah sangat putus asa, nak?" Yulia bertanya dengan nada serius. Baik Ayana dan Arinda tersentak karena pertanyaan yang Yulia layangkan. Bahkan ibu dan anak itu saling memandang kini.

"Maksud kamu putus asa?", tanya Arinda sedikit terpancing. Yulia menghela napas. "Bukannya gimana, mbak, kenapa Ayana harus menyerahkan semua pilihan ditangan mas Lazuardi? Ayana berhak memilih."

"Ayana yang minta ayah buat..."

"Iya, Mama tau itu." Yulia menyela cepat. "Tapi, kamu pasti punya pilihan sendiri, kan? Kalau pun belum, setidak-tidaknya diantara dua pemuda itu ada yang lebih menarik, kenapa kamu meminta ayahmu yang memutuskan?"

Senyum paksa itu hadir di wajah Ayana. "Apapun yang ayah lakukan, Ayana akan hargai itu, Bu, Ma. Dibandingkan Ayana, ayah pasti lebih tau mana yang lebih baik, kan? Kalau Ayana salah pilih, kalau Ayana salah langkah, itu sama artinya Ayana menghancurkan hidup Ayana sendiri, dan itu juga sama saja menghancurkan ayah." Sesekali Ayana membasahi bibir bawahnya. "Ayana bukan orang yang pandai menilai, untuk itulah ayah yang akan turun tangan."

Arinda dan Yulia terdiam. Gadis yang kini mereka pandangi itu, kadang kala bisa membuat mereka salut dan bingung di waktu yang hampir bersamaan. Ayana yang selalu berpikir panjang, Ayana yang tidak terlalu memikirkan dirinya sendiri, Ayana yang tidak egois. Disisi lain, Ayana adalah gadis yang terlalu takut, senang memelihara pemikiran buruk.

Arinda dan Yulia tak akan pernah rela, jika gadis sebaik Ayana, yang mereka sayangi sejak gadis itu kecil hingga sekarang berakhir terluka ditangan lelaki tak punya hati.

"Bu, Ma, selama ini Yana nggak pernah minta macam-macam, kan? Jadi, sekarang Ayana mau Ibu dan Mama doain Ayana, supaya langkah yang Ayana ambil tidak salah. Kalaupun salah, semoga Ayana kuat."

Arinda dan Yulia langsung memeluk Ayana. Mengusap punggung gadis itu menyalurkan segala semangat tak kasat mata.

"Pasti, nak. Tanpa kamu minta kami selalu doakan kamu." Entah mengapa Yulia ingin menangis. Rasanya berat membiarkan Ayana tak menentukan apapun untuk dirinya sendiri.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang