TwoLove | 61

1.1K 94 14
                                    

Ayana berbalik menatap Raden yang masih enggan berlalu. Dengan langkah cepat ia menghampiri Raden. "Jangan macam-macam, kamu! Tujuanmu apa kesini? Kamu mau menyiksa saya lebih lama lagi?!"

Raden menggeleng. "Tidak sama sekali, kak. Saya cuma mau kakak bisa melihat saya lagi, saya ingin berjuang. Demi kakak, saya akan lakukan apapun yang saya bisa."

"Saya capek dengan kelakuan kamu ini! Saya tetap ingin bercerai!", balas Ayana.

"Kak..."

"Cukup, Raden!", sela Ayana. "Kamu mau segalanya menjadi mudah?! Segera akhiri pernikahan ini."

"Tidak akan saya biarkan pernikahan ini berakhir." Kali ini Raden berkata dengan nada yang sangat tegas. "Saya sudah bilang, sampai kapanpun saya tidak akan menjatuhkan talak."

"Kalau memang seperti itu, saya yang akan tetap menggugat cerai kamu."

Kini Raden terlihat sangat frustasi. Dengan gerakan cepat ia meraih berkas dari tangan Ayana. "Saya akan lakukan apapun, agar kita tidak berpisah. Saya mencintai kakak. Kalaupun sekarang kakak sangat membenci saya, saya terima. Saya akan berusaha membuat kakak luluh."

Ayana memilih tak membalas, hingga Lazuardi menarik pelan tangan anak perempuannya itu. "Ayo, nak! Kita pergi dari sini!"

Ayana menurut. Bersama Raden ia merasa dadanya sesak. Raden sungguh mempersulitnya sekarang.





****





"Bagaimana?"

Ayana menggeleng. "Gugatan ceraiku belum kudaftarkan."

Dania mendelik. "Kenapa? Bukannya kamu sama Om Ardi sudah ke pengadilan agama?"

Ayana mengangguk. "Kamu memang benar. Akan tetapi, Raden datang kesana, dan menggagalkan usahaku mendaftarkan gugatan cerai. Dia bahkan bilang, kalau dia sudah mencintai aku."

Kedua mata Dania membulat. "Serius, dia bilang begitu?"

"Iya, dia bahkan teriak sampai semua orang yang ada disana menatap kami. Aku sangat kesal."

Dania meringis. "Maafkan aku, Yana. Tadi Raden memang datang kemari, dia mencarimu. Aku malah memberitahunya jika kamu ke pengadilan agama."

"Pantas saja dia langsung kesana...," gumam Ayana.

"Maaf yah, Yana," ringis Dania dengan wajah tidak enak.

"Iya, tak apa." Ayana terdiam, mengingat sesuatu. Sejak kemarin ia ingin memberitahu Dania soal Yordan, tapi ia tak sempat. Sekarang adalah waktunya yang tepat.

"Dania, aku ingin memberitahu sesuatu padamu, tapi aku takut kamu akan marah dan kecewa padaku."

Dania menatap Ayana tepat. "Soal apa?"

"Tentang Mas Yordan." Ayana menghembuskan napas perlahan. "Saat Mas Yordan baru saja menuju ke mobilnya kemarin, aku melihat dia berbicara dengan seorang perempuan. Aku bahkan sudah melihat perempuan itu dua kali. Aku awalnya tidak ada keinginan untuk bersikap lancang, tapi kemarin aku sempat mendengar, jika Mas Yordan merencanakan pembunuhan berencana, entah pada siapa."

Dania nampak sangat terpukul. "Astaghfirullah, Mas Yordan! Aku bahkan berusaha mempercayainya, tapi sekarang dia malah berbuat seperti ini."

Sontak Dania bangkit. "Ini tidak bisa dibiarkan, Ayana! Kita harus menemui Mas Yordan, dan jika perlu, bawa polisi saja."

Ayana menggeleng kuat. "Aku sendiri bingung, Dan. Kita bahkan tidak tahu siapa yang ingin dibunuh Mas Yordan. Tapi, untuk itu kita perlu cari tahu, kan?"

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang