TwoLove | 36

782 60 18
                                    

Ayana masih saja kepikiran tentang ucapan dan permohonan maaf Raden kemarin.

"Tiba-tiba dia minta maaf begitu saja, seolah dia melakukan kesalahan besar." Ayana menggumam. Ia memandangi Davida yang berada digendongannya. Senyum Ayana kembali hadir. "Sudah tidur rupanya."

Ayana kembali menidurkan tubuh Davida diatas tempat tidur bayi di kamarnya.

Ayana memandangi Davida sekali lagi, lalu setelahnya ia berjalan keluar kamar, hendak menuju ke dapur.

Setibanya di dapur, Ayana langsung mengambil dan menyiapkan bahan masakan. Meskipun ada pelayan di rumah milik keluarga Raden yang senantiasa membantu, tapi Ayana sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri.

Pekerjaan rumah tangga seperti ini sudah biasa ia lakukan di rumah keluarganya.

Ayana mengikat tinggi rambutnya, kemudian mencuci kedua tangannya. Dengan gerakan cepat, ia menyiapkan berbagai macam bahan masakan yang akan ia sajikan untuk makan siang ini.

Ayana memotong sayuran dan bahan lainnya yang akan ia masak. Gerakannya luwes dan cepat.

Tak butuh waktu lama, Ayana kemudian mulai meracik bumbu untuk masakan untuk santap siang keluarga suaminya.

"Eh, Non Ayana, biar saya saja, Non!" Seorang asisten rumah tangga di rumah keluarga Raden segera membantu pekerjaan Ayana, hendak mengambil alih pekerjaan yang Ayana lakukan, tapi Ayana segera menolaknya. "Tidak apa-apa kok, Bi. Semuanya tinggal dimasak saja."

"Kalau begitu saya bantu untuk masakan yang lain yah, Non," balas asisten rumah tangga itu.

Ayana mengangguk pelan. Ia kembali melanjutkan aktivitas memasaknya.

Iya, semula ia memang fokus pada bahan masakannya. Tapi semakin lama, Ayana malah kepikiran permohonan maaf Raden, dan permintaan pria itu untuk membukakan pintu maaf baginya jika kesalahan besar itu terjadi.

Tanpa sadar, Ayana tak sengaja memotong hari tangannya sendiri.

"Awh!", pekik Ayana yang menjatuhkan pisau yang semula ia gunakan untuk memotong wortel.

"Astaghfirullah, Non!"

Asisten rumah tangga yang membantu Ayana langsung berlari mengambil kotak obat yang berada tak jauh dari dapur.

Pandangan Ayana hanya berfokus pada jari tangannya yang sudah mengeluarkan darah. Napas Ayana memburu dengan isi pikiran yang benar-benar semrawut.

Asisten rumah tangga langsung membersihkan luka Ayana, dan perempuan itu hanya bisa meringis pelan karena rasa sakit dijarinya. Setelahnya, jadinya dibalut dengan plester obat.

"Biarkan saya saja Non yang menyajikan masakannya, Non duduk saja."

Tak ada yang bisa Ayana lakukan selain mengangguk patuh.

*****





Kali ini, Ayana tak ikut memasak makan malam. Ia hanya membantu menyajikan dan menyediakan peralatan makan, mengingat jarinya masih sedikit perih karena sayatan pisau kala menyiapkan makan siang tadi.

Ayana menyiapkan peralatan makan di meja dengan sangat hati-hati, dibantu dengan asisten rumah tangga, pekerjaan itu menjadi tidak begitu sulit dan bisa diselesaikan dan waktu yang singkat.

Hakim dan Miranti sudah berjalan ke arah meja makan. Seperti biasa, Hakim memberi senyum bahagianya kala melihat Ayana, sedangkan Miranti tak berekspresi banyak, tapi setidaknya Ibu mertuanya itu tak lagi berkata ketus padanya.

"Makanannya sudah siap, Ayah, Ibu," kata Ayana tersenyum tipis.

Dengan cekatan ia mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Hakim dan Miranti. Setelahnya, ia menuangkan air minum pada gelas kedua mertuanya itu.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang