Hari ini aku double upGimana? Senang, nggak? Wkwkwkwk
Selamat membaca
"Ayo!"
Lazuardi memaksa Ayana masuk ke dalam mobil. Ayana nampak enggan memasuki mobil, membuat Lazuardi semakin marah.
"Apa-apaan kamu ini?! Cepat masuk!", bentak Lazuardi.
"Ayana tidak akan kemana-mana, Ayah. Ayana akan disini, di rumah suami Ayana."
"Suami apa maksud kamu?! Kamu lihat, Raden yang kamu sebut suami itu tidak ada disini! Dia sama sekali tidak peduli denganmu. Apa untungnya kamu menjadi istri yang tidak dihargai oleh suamimu sendiri? Kalau dia masih menghargai kamu sebagai istri, walau itu hanya sedikit, dia akan keluar dan mencegah kamu. Tapi kalau dasarnya memang sudah tidak cinta, hal itu terlalu mustahil, Nak. Jadi kamu pulang sama Ayah!"
Kepala Ayana menggeleng. "Ayah memang benar, Raden tidak mencintai Ayana. Tapi, apa Ayah tahu kenapa Ayana masih disini? Ayana masih disini demi Ayah mertua."
Lazuardi menoleh cepat ke arah Hakim. Hakim sampai menghela napas karena pengakuan Ayana. Ia semakin merasa bersalah.
"Beberapa hari lalu, Ayah mertua dilarikan ke rumah sakit karena terkena serangan jantung. Ayah mertua sama kagetnya dengan Ayana. Ayah mertua juga tidak tahu mengenai perbuatan yang dilakukan Raden."
Lazuardi tersentak. Ia sama sekali tidak tahu jika penyakit Hakim kembali kambuh setelah sekian lama.
Hingga Lazuardi menggeleng perlahan. Ia tetap bersikeras membawa Ayana pulang. "Ayah akan membicarakan ini dengan Hakim nanti. Sekarang kamu tetap ikut Ayah untuk pulang!"
Yulia yang melihat itu akhirnya tidak bisa tinggal diam. Dia mendekati Ayana dan Lazuardi. "Biarkan Ayana disini, Mas. Permasalahan ini tidak bisa kita tangani secara terburu-buru. Kita harus membicarakan semua ini di rumah. Jangan gegabah, Mas," peringat Yulia.
Lazuardi mendengus. Ia membenarkan ucapan Yulia. Ia memalingkan wajah dan masuk ke dalam mobil lebih dulu.
"Mas Hakim, kami pamit pulang," kata Yulia yang diangguki Hakim.
Yulia merangkul Arinda dan berjalan masuk ke dalam mobil. Tapi sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil, Arinda menghampiri Ayana, dan memeluk anak perempuannya itu.
"Insya Allah, Nak, kamu kuat. Ibu yakin. Kalau kamu memang sudah memikirkan keputusan tepat, segera beritahu Ibu," kata Arinda mengusap lembut kepala Ayana.
"Iya, Bu. Terima kasih karena Ibu selalu mendukung Ayana."
Pelukan itu terlepas. Arinda dan Yulia ikut masuk ke dalam mobil. Tak lama berselang, mobil milik Lazuardi bergerak meninggalkan rumah Hakim.
****
Jam dinding telah menunjukkan pukul satu dinihari, tapi kedua mata Ayana seolah enggan terpejam. Ia hanya bisa memandangi Davida yang tertidur dengan sangat lelap. Hampir satu hari ini, Davida ia titipkan pada asisten rumah tangga.
Ayana tiba-tiba merasa sangat haus. Ia berdiri dan berjalan keluar kamar.
Tangannya mengucek matanya, suasana rumah sudah sangat gelap. Ayana tak berani menyalakan lampu, takut jika anggota keluarga lain terganggu.
Dengan bantuan cahaya yang remang, Ayana melangkah menuju dapur. Ia melangkah dengan hati-hati, dengan meraba-raba benda di sekitarnya.
Ketika sampai di dapur, Ayana segera berjalan ke arah meja dan hendak mengambil gelas untuk minum.
Setelah mendapatkan gelas, Ayana hendak mengambil air.
Tuk!
Ayana agak terlonjak kala lampu dapur telah dinyalakan oleh seseorang. Ayana perlahan menolehkan kepala dan terkejut mendapati sosok Raden yang berjalan memasuki dapur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...