TwoLove | 55

1.1K 111 31
                                    

Deni dan Lina baru saja tiba di rumah sakit kala Miranti menghubungi mereka melalui telepon rumah sakit.

"Kondisi Ibu Erin dalam keadaan kritis. Ibu Erin kehilangan banyak darah karena luka berat dikepala, akibat terkena benturan yang sangat keras. Jadi proses transfusi darah akan segera kami lakukan, demi menyelamatkan nyawanya."

"Lalu, bagaimana dengan kandungannya, dokter?", tanya Miranti dengan tubuh gemetar.

"Maaf, Bu. Karena benturan  yang sangat keras, janin yang ada didalam rahim Ibu Erin tidak bisa kami selamatkan, dan usia kandungan ibu Erin yang masih sangat muda begitu sangat rentan. Rahim Ibu Erin yang mengalami benturan keras menyebabkan kondisi, dimana Ibu Erin akan sulit mengandung anak, dan hanya ada kemungkinan kecil  jika Ibu Erin dapat mengandung lagi."

"Ya Allah...," gumam Miranti dengan napas memburu. Hakim berusaha membantu Miranti untuk duduk di kursi tunggu.

"Adakah dari Bapak dan Ibu yang memiliki golongan darah AB-?", tanya dokter itu.

Hakim menggeleng. "Saya dan istri saya tidak ada yang memiliki golongan darah AB-, dok, dan juga anak saya yang merupakan suami Erin."

"Lalu, Bapak dan Ibu?"

Deni menggeleng. "Saya tidak punya golongan darah yang sama dengan putri saya, dok. Saya B-."

"Lalu ibu?", tunjuk dokter pada Lina yang nampak gelisah.

"Saya sedang dalam keadaan tidak bisa mendonorkan darah, dok. Saya sedang datang bulan."

Dokter tersebut mengangguk mengerti. "Baik, saya permisi dulu, sebab saya harus mengecek stok golongan darah AB-, agar bisa melakukan proses transfusi darah."

Dokter tersebut melangkah cepat, dan memanggil salah satu perawat untuk ikut bersamanya.

Ayana yang sejak awal mendengar segalanya, semakin takut. Ia takut jika Erin mengalami kondisi yang semakin buruk. Apalagi, tepat saat pertama kali Erin terjatuh, Ayana yang pertama kali mendapatinya. Bahkan sebelumnya, ia sempat berdebat dengan Erin.

Tanpa berpikir panjang, Ayana mengikuti dokter yang merawat Erin.

"Apakah masih ada stok golongan darah AB-?"

"Mohon maaf, dok. Selama beberapa hari ini, stok AB- sudah kosong."

Ayana menggigit bibir. Ia segera masuk, membuat dokter itu tersentak. "Dokter bisa mengecek golongan darah saya. Saya dalam keadaan sehat, tidak datang bulan, dan tidak dalam kondisi mengandung."

"Baik, Bu. Mari ikut dengan saya!"

****

Ayana bisa tersenyum lega, sebab ia memiliki golongan darah yang sama dengan Erin. Untuk itulah, ia menyumbangkan darahnya dan semoga bisa membantu proses pemulihan Erin.

Usai proses mengambil darah, Ayana pun diberi segelas susu guna mengembalikan energi, sebab selama proses mendonorkan darah ini, tubuh akan menjadi lemas. Tak lupa Ayana diberikan makanan, agar mendapat lebih banyak asupan energi.

"Dokter," panggil Ayana.

"Iya, Bu? Apa Ibu masih merasa sangat lemas?"

Ayana menggeleng. "Tolong, jangan beritahu siapapun jika saya yang mendonorkan darah. Saya mohon, dok."

Dokter itu tersenyum tipis. "Sesuai dengan permintaan Ibu."

"Terima kasih banyak, dokter."

Ayana kembali meminum susu yang diberikan padanya, tak lupa dengan makanan. Sungguh, ini pertama kalinya bagi Ayana untuk mendonorkan darah. Tapi tak apa, Ayana pernah dengar jika tindakan ini memiliki dampak yang baik pada kesehatan tubuh, dan juga dapat menyelamatkan nyawa orang lain.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang