Seperti yang Ila beritahukan padanya beberapa hari lalu, Ayana kini sudah bersiap dengan gaun berwarna putihnya yang sederhana, dengan aksen renda di bagian depannya, yang mana panjang gaun itu melewati kedua lututnya.
Tangan Ayana bergerak memperbaiki jepitan rambut mutiaranya yang sudah tersemat di helai rambutnya.
"Wah, Kak Ayana cantik banget," puji Aris yang baru saja masuk ke dalam kamar Ayana. Adik laki-lakinya yang baru saja menginjak usia sepuluh tahun itu tak henti memandang sang kakak dengan kerlipan takjub.
Mendengar pujian dari sang adik, Ayana tersenyum tipis. Ia mendekati Aris yang kini sudah nampak menggemaskan dengan celana jeans dan kemeja kotak-kotak berwarna biru langit. Rambutnya disisir rapi. Tangannya mengusap kedua pipi gembul Aris. "Kamu juga ganteng sekali. Oh iya, yang lain mana? Kok nggak kelihatan?"
"Kalau kak Aneta, Kak Alsa, sama Kak Aya masih di kamar, kak. Kalau kak Ario lagi di bawah sama Ayah."
"Kita ke bawah aja, yuk. Tungguin yang lain."
Aris mengangguk patuh. Ia segera meraih tangan Ayana. "Aris mau sama kak Ayana aja. Kak Ayana baik, nggak pernah marah-marah sama Aris. Aris janji, bakalan pegang tangan kak Ayana terus, supaya kak Ayana nggak nangis lagi."
"Iya. Ayo kita turun!", ajak Ayana. Sementara Aris mengeratkan genggaman tangannya pada sang kakak.
Ayana sempat menengok ke arah bawah, dimana Lazuardi, Ario, Arinda, dan Yulia sudah menunggu. Perlahan Ayana menuruni anak tangga, dengan masih menggenggam tangan Aris agar mengikuti langkahnya.
Setibanya di lantai bawah, Ayana dan Aris disambut dengan senyuman. Ayana balas tersenyum, lalu ia berjalan mendekat ke arah anggota keluarganya yang lain.
"Cantik sekali kamu, nak. Ayah sampai pangling," puji Lazuardi sembari membelai rambut hitam panjang Ayana. Ayana tersenyum tipis. "Terima kasih, ayah. Ayah juga terlihat ganteng sekali." Ayana balas memuji ayahnya."Oh iya, adik-adikmu yang lain mana, Yana?", tanya Arinda.
"Masih di kamarnya, Bu."
Yulia menggelengkan kepala. "Anak-anak itu kebiasaan sekali, berdandan lama. Padahal acaranya sudah mau mulai."
Kepala Ayana sedikit mendongak, menatap lantai atas guna mencari ketiga sosok saudaranya yang belum juga muncul.
Setelahnya, Ayana memunculkan senyum kecil di wajahnya, kala ketiga saudaranya sudah muncul dan perlahan menuruni tangga.
"Maaf, kami lama dandannya," kata Aneta sembari menyengir.
Alsa mengerjapkan mata kala melihat sosok Ayana yang nampak begitu cantik hari ini. "Wah, Kak Ayana cantik banget...Alsa yang dandan lama masih kala cantik aja," kata Alsa sembari mencebikkan bibir.
"Kalau muka kamu digituin kamu nggak cantik, Sa." Ario berceletuk membuat ekspresi Alsa langsung normal kembali.
"Ya sudah, kita ke rumah Ila sekarang. Sepertinya acara ijab qabulnya sudah mau mulai. Ayo!", ajak Lazuardi yang kini sudah berjalan keluar lebih dulu, lalu disusul anggota keluarga yang lain.
*****
"Dania!", panggil Ayana kala ia melihat Dania baru saja turun dari mobil hitam mewahnya bersama sang suami, Yordan.
"Ayana!!!!!", balas Dania tak kalah riuhnya. Dengan langkah pelannya ia segera menghampiri Ayana. Sementara Yordan yang baru saja memarkirkan mobil langsung menyusul sang istri yang berjalan dengan sedikit tergesa, tidak menyadari jika kini tengah berbadan dunia, dan kandungannya sudah semakin membesar.
"Aku kangen sama kamu, Yana! Suamiku, si mas Yordan sering sibuk akhir-akhir ini. Aku jadi nggak punya teman ngobrol, apalagi kandunganku udah besar begini," ucap Dania sembari mengusap perutnya yang sudah sangat membesar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...