Ayana memandangi koper yang semula ia ingin bawa. Terlihat Miranti berdiri di hadapannya sembari melipat kedua tangannya. Tatapannya tajam pada Ayana.
"Mulai sekarang kamu tidur di kamar lantai bawah. Karena kamar ini akan ditempati oleh Raden dan Erin," jelas Miranti menunjuk kamar Raden, yang semula ditempati ia dan Raden.
Ayana mengangguk. "Baik, Bu."
Tangan Ayana bergerak meraih pegangan koper, dan berjalan menuju tangga, siap turun ke lantai bawah.
Sembari menggendong Davida, Ayana menarik perlahan koper miliknya. Ia harus melangkah hati-hati kala menuruni tangga, sebab ada Davida digendongannya.
Saat telah mencapai lantai bawah, Ayana berpapasan dengan Raden dan Erin yang baru saja masuk ke dalam rumah. Keduanya bergandengan tangan, dan tertawa, karena belum menyadari kehadiran Ayana.
Setelah sadar jika Ayana sempat memandangi mereka, tiba-tiba keduanya kompak terdiam. Mereka memandangi Ayana dengan sorot berbeda.
Ayana sesungguhnya tidak begitu peduli. Ia tetap berjalan, dan saat pandangannya bertemu dengan Erin, senyum tipis Ayana muncul. Erin yang mendapat senyum itu sontak menegakkan tubuh, tapi ia membalas senyum Ayana saat itu.
Ayana pun berlalu.
Raden yang menyaksikan itu hanya bisa bertanya-tanya. Apa yang ada dipikiran Ayana?
Menyadari Raden nampak melamun, Erin menjentikkan jari di depan wajah Raden. "Kamu kenapa?", tanyanya dengan suara pelan.
"Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit curiga dengan Kak Ayana," aku Raden jujur.
Erin mengusap pelan pundak Raden. "Aku sama sekali tidak curiga, Raden. Aku yakin, Mbak Ayana adalah orang yang sangat baik. Senyumnya tadi sangat tulus, tidak ada kemarahan dikedua matanya."
Raden mengusap puncak kepala Erin. "Kenapa kamu ini terlalu baik menilai orang? Tapi aku senang karena menikahi perempuan sebaik kamu."
Keduanya saling melempar senyum, lalu keduanya menaiki tangga.
Sesampainya di lantai atas, baik Raden maupun Erin terkejut sebab Miranti sudah berada di dalam kamar. Bahkan, kamar yang mereka masuki kini telah dihias dengan sangat bagus oleh Miranti. Ada banyak bunga, dan kamar dengan harum yang menyegarkan.
"Bagaimana? Kalian suka dengan hiasan kamarnya?"
Erin bahkan kehilangan kata-kata, ia sangat senang dengan perhatian yang Miranti berikan. "Bagus sekali, Bu. Erin sangat suka."
"Syukurlah, kalau kamu suka. Ibu sengaja membersihkan dan merapikan kamar ini, agar kalian berdua bisa menempatinya dengan nyaman. Kalian ini baru menikah, sudah seharusnya kalian menghabiskan waktu bersama."
Raden melirik ke arah pintu, mengingat saat Ayana membawa Davida menuruni tangga sembari membawa koper.
Miranti ternyata yang meminta Ayana untuk memindahkan barang-barangnya.
Raden menghela napas panjang, ia memberi senyum pada Miranti. "Terima kasih, Bu. Ibu selalu mendukung Raden dan Erin. Raden sayang Ibu." Raden mendekat dan memeluk Miranti.
Hal itu membuat Erin merasa terharu.
Betapa kuatnya kasih sayang antara Miranti dan Raden. Sudah bisa Erin pastikan, ia akan merasa bahagia jika memiliki keluarga seperti mereka.
***
Hal pertama yang Ayana pikirkan saat memasuki kamar barunya adalah ia harus segera membersihkan dan merapikannya.
"Pasti kamar ini sudah lama tidak ditempati, sedikit berdebu, dan beberapa barang yang diletakkan sembarangan. Agak berantakan." Ayana memandangi Davida digendongannya. "Tidak akan baik kalau anak sekecil ini berada di tempat yang keadaannya masuk kacau begini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
Storie d'amoreTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...