20. Closer (Last)

50 11 0
                                        

"Saya ke perpustakaan berusaha untuk tidak terlihat mencolok dari yang lain, juga supaya saya tetap sadar untuk tetap berada diposisi yang seharusnya." Jawab Tetto lugas.

Jenisa mengerutkan alis bingung saat mendengar jawaban ambigu pria di depannya. Dia yakin, pria lugu seperti pemuda di hadapannya -yang bahkan Jenisa yakini ciuman pertamanya telah tanpa sengaja dia curi- merupakan seorang yang tidak pandai merangkai kata konotasi untuk terkesan puitis di depan wanita. Gadis dengan surai bergelombang tersebut juga yakin jawaban pria di depannya ialah jawaban yang terdengar biasa saja namun entah kenapa di saat bersamaan jawaban sederhana tersebut meninggalkan kesan karena Jenisa rasa mereka seolah memiliki alasan yang hampir sama untuk menjadikan perpustakaan tempat yang nyaman sebagai tempat pelarian.

"Sebelumnya kita bahkan belum saling kenalan secara resmi. Hanya kamu yang tahu namaku." Gadis itu mengulurkan lengannya menunggu lengan lain menyambutnya. "Jenisa." katanya memperkenalkan diri.

"T-tetto......" jawab Tetto menjabat tangan kakak tingkat.

"Hanya Tetto?" tanya Jenisa.

"Hanya Jenisa?" tanya Tetto balik menggantungkan kalimatnya. "Maksudku, agak sedikit nggak adil jika harus mengenalkan nama lengkap." Lanjut Tetto dengan senyum tipis.

Jenisa yang melihat itu juga ikut tersenyum sadar bila maksud pernyataan lelaki di depannya tidak lain bertujuan untuk menyindir Jenisa yang meminta lelaki itu memperkenalkan nama lengkapnya sementara dirinya sendiri hanya menyebutkan nama panggilan. Gadis berjulukan Dangerous Woman itu sungguh tak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu dari pria yang diajaknya berkenalan, karena kebanyakan pria di luar sana justru akan dengan sukarela memperkenalkan diri dengan segala tambahan berlebihan yang bahkan tidak diperlukan. Tetto, pemuda berkacamata itu hanya menyebutkan nama panggilannya dengan alasan keadilan, tidak seperti kebanyakan lelaki di luaran yang akan dengan sukarela menyertakan alamat, nomor ponsel, bahkan memperkenalkan siapa orang tua mereka yang memang memiliki nama dan pengaruh besar untuk membuat seseorang terkesan.

"Oke, that's fair."

Sejak insiden di perpustakaan, meski kerap kali masih membuat Tetto canggung saat berinteraksi -meski itu sekedar menyapa- atau saat tidak sengaja berpapasan dengan gadis itu secara kebetulan, mereka masih berhubungan dengan baik sampai sekarang. Namun seperti semua itu tidak pernah terlalu berarti, tidak seperti Tetto yang selalu banyak berpikir mengenai insiden di perpustakaan, Jenisa tampak jauh lebih santai dan leluasa hingga membuat dirinya juga ikut melupakan kekhawatiran bilamana ia memang sudah terlalu keterlaluan karena dengan lancang mencium gadis itu hanya karena Jenisa yang memulainya duluan dengan tujuan ingin membuatnya paham. Karena itu terlepas dari semua hal rumit tersebut, hubungan mereka bisa dikatakan baik dengan Tetto yang juga masih mencoba beradaptasi untuk mengenal dunia seorang Jenisa yang terlalu jauh berbeda dengan apa yang ada dalam bayangannya.

"Jenisa." Dari arah belakang seorang wanita dengan rambut bob mendekat, dan tanpa basa-basi dan menunggu untuk dipersilakan sosok itu sudah bergabung begitu saja di meja yang sama dengan mereka.

Tetto tidak terlalu mengenal gadis tersebut, namun melihat dari bagaimana santainya interaksi antara gadis tersebut dengan Jenisa membuat sang pemuda berkacamata, yang kehadirannya tidak disadari seolah di sana ia hanyalah orang ketiga, hanya bisa tersenyum tipis melihat itu. Setidaknya melihat gadis itu bercengkerama dengan temannya membuat Tetto setidaknya bisa sedikit bernapas lega karena tahu bila Jenisa tidak benar-benar sendirian.

"Yakin mau kerjain tugas di sini? Kan bisa di kafe atau di mana sambil lihat cogan."

Samar-samar Tetto masih dapat mendengar percakapan keduanya, dan bagaimana gadis itu yang tak berhenti mengeluh karena tempat yang dipilih untuk mengerjakan tugas tidak sesuai dengan harapan. Namun bukannya menanggapi dengan keras, Jenisa justru tersenyum seolah puas melihat ekspresi sang teman yang terlihat tidak bersemangat.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang