"Kamu gak bisa move on?"
Tetto benar-benar tidak tahu jika Jenisa akan menganggapi apa yang dia katakan dengan cara yang tidak biasa, hingga sukses membuat sang pengacara tanpa sadar harus menahan napas untuk beberapa saat. Apa sebegitu jelas jika dirinya yang tak bisa melupakan gadis itu hingga Jenisa bisa secara terang-terangan mengatakannya seperti barusan, seolah gadis itu bukan tengah bertanya melainkan mendeklarasikan jika tetto memang belum bisa melupakan kisah mereka di masa lalu.
Sang pengacara tak berniat memberi tanggapan atas apa yang gadis itu katakan -yang mana hanya akan berdampak semakin mempermalukan dirinya sendiri- karena Tetto tidak memiliki penyangkalan saat hatinya masih saja tertambat pada gadis itu terlebih wacana move on yang baru saja di agendakan belum benar-benar bisa dijalankan. Sebagai lelaki normal, bohong bila dirinya tidak menyukai Jenisa yang memiliki segala kriteria wanita idaman untuk dijadikan pasangan, namun akan sangat memalukan bila Tetto menyetujui apa yang gadis itu sampaikan mengenai dirinya yang belum bisa berpaling setelah lima tahun berlalu sejak hari di mana perpisahan mereka terjadi. Alhasil sang pengacara lebih memilih untuk sejenak terdiam sebelum memberikan klarifikasi mengenai apa yang sudah terjadi.
"Sudah aku bilang kan itu kesalahan." Sanggah Tetto dengan nada garamg. Melihat bagaimana gadis itu yang hanya duduk tenang dengan tidak memberikan lagi membuat Tetto penasaran apa yang tengah dipikirkan gadis itu. Karena tak tahan akan kebisuan, Tetto memilih kembali bertanya. "Memang bagian mana yang bisa kamu simpulkan kalau aku belum move on?"
"Kalau pun aku masih menyukai kamu, apa kamu enggak merasa muak setelah tahu aku semenyedihkan itu. Kenapa kamu masih mau ketemu bahkan setelah kejadian kemarin malam?" tanya Tetto mengatakannya dengan tegas tanpa ada keraguan. Sang pengacara berupaya memastikan mengenai alasan kenapa gadis itu masih mau menemuinya, karena itu sangat mengusiknya saat ini.
"Hubungan profesionalitas." Balas Jenisa setelah terlebih dulu terdiam. "Apa itu cukup untuk menjadi alasan?"
"Itu belum cukup. Sedikitpun belum menjawab rasa penasaran ku"
"Lalu apa yang kamu harapkan?" balas gadis itu bertanya.
Seketika Tetto benar-benar dibuat bungkam tidak memberikan bisa menjawab. Apa yang Jenisa tanyakan, bahkan Tetto sendiri tidak memiliki jawabannya. Dia bahkan tidak bisa memahami dirinya sendiri dan apa yang dirinya diinginkan, bahkan Jenisa yang sebelumnya duduk sambil bersandar pada punggung kursi kini mulai sedikit mencondongkan badan ke depan. Seolah sadar sang lawan bicara tidak akan buka suara dalam waktu dekat, gadis itu lebih dulu menyela dan kembali melanjutkan.
"Tetto, aku benar-benar mau minta maaf. Soal sikapku yang terkesan disturbed sama kehadiran kamu beberapa hari ke belakang."
Di tempatnya sang pengacara masih kebingungan, ia benar-benar tidak mengerti apa yang merasuki gadis itu hingga akhir-akhir ini sering sekali mengungkapkan permintaan maaf. Namun meski begitu Tetto tetap membiarkan gadis di depannya menyelesaikan maksud dari kalimat permintaan maaf yang disampaikan
"Tetto sikapku yang antipati sama kamu dan selalu merasa enggak nyaman selama ini, kamu sadar itu, kan?"
Sang pengacara tetap tidak memberikan tanggapan meski jelas jawaban dari pertanyaan itu hanya satu kata, yaitu 'iya'. Tetto sadar bila Jenisa secara terang-terangan berusaha menghindarinya semenjak gadis itu menyadari siapa sosok yang ditolong dari guyuran hujan di malam itu, sejak saat itu pula sang gadis pemilik restoran Italia yang tulus memberi bantuan pada orang asing mulai berubah saat mengetahui yang ditolong adalah mantan kekasihnya di masa lalu. Tetto selalu ingin memprotes pada sikap gadis itu yang selalu membedakan dirinya dari yang lain, bahkan sudah jelas bila Jenisa masih bisa bersikap lebih baik pada orang asing dari pada dirinya. Namun Tetto tak tahu jika apa yang hendak gadis itu katakan selanjutnya akan sangat mengusik ketenangan hatinya kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS WOMAN
RomanceBagi Tetto menjalani hidup dengan tenang dan menghindari masalah adalah pilihan, itu karena Tetto remaja dengan sukarela menjerumuskan diri dalam sebuah masalah tanpa peduli resiko yang bisa saja menimpa. Karena kenaifan-nya dulu yang mempercayai se...