66. Mimpi Buruk Lain dari Masa Lalu (2)

9 1 0
                                    

Masa lalu...

Di satu malam itu, seorang pemuda dengan vespanya tak bisa berhenti tersenyum sepanjang jalan, seolah kebahagiaan yang tengah dirasakan terlalu sayang bila tidak dibagikan pada dunia dengan senyum yang mengembang setelah mengantarkan sang kekasih pulang.

"Begini ternyata rasanya pacaran." Gumam pemuda itu sendiri.

Sedari dulu Tetto selalu merasa heran saat melihat orang lain sibuk berpacaran dari pada belajar, karena hal tersebut justru akan merusak fokus seseorang menuntaskan pendidikan dengan nilai yang memuaskan. Namun saat justru dia akan senang hati mengatakan bahwa seorang yang hidup tanpa pernah merasakan berpacaran memiliki hidup yang suram dan membosankan.

Hingga tak terasa vespa yang dibawa kini sudah memasuki pekarangan sebuah rumah bertingkat yang dijadikan sebuah indekos. Pemuda berkacamata itu masuk dengan bersenandung ringan, namun alunan merdu yang digumamkan justru harus berubah menjadi pekikan terkejut saat satu langkah diambil kakinya setelah melintasi pintu kamar.

"YAAAKKK..." Tetto tak bisa untuk tidak berteriak mendapati seluruh penghuni isi kost kini sudah berkumpul di dalam kamarnya. Bodohnya dia bahkan tidak menyadari kejanggalan di mana tidak satupun penghuni yang menunjukkan batang hidungnya sedari tadi.

"Kalian semua kenapa kumpul di sini?" tanya pemuda itu tak kuasa untuk tak berteriak. Bahkan Dendi yang bukan salah satu penghuni di sini sudah bertengger manis di atas kasurnya.

Mas Ilham, Mas Dimas, Aji, Dendi, bahkan Mas Jo a.k. a Mas Joko penjaga kos mereka ikut-ikutan menatapnya seperti tersangka yang harus diinterogasi, hanya kurang Bang Rama untuk melengkapi formasi lengkap penghuni kost. Seakan tidak membiarkan waktu untuk Tetto memproses apa yang sedang terjadi, Mas Dimas dan Mas Ilham sudah lebih dulu menahan masing-masing satu lengannya yang mana membuat Tetto kembali memberontak sebagai bentuk perlawanan. Tetto yakin ia tidak berbuat salah atau dosa belum lama ini. Pemuda itu juga yakin hari ini bukan hari ulang tahunnya, tapi kenapa kini dirinya hendak diikat dengan tali rafia dan didudukkan di tengah lantai seperti sekarang.

"Mas lepas, ini ada apa. Mas Jo, ji."

Namun berbanding terbalik dengan Tetto yang berteriak meminta untuk dilepaskan, sebaliknya mereka semua seolah kompak dengan menutup mulut serentak mengawasi Tetto yang hendak diikat dengan tali rafia yang entah dari mana datangnya. Kontan itu membuat Tetto langsung berpikiran buruk, ditambah Mas Dimas yang kini tengah melilitkan tali namun sesekali menyenggol di bagian sensitif yang membuat Tetto kegelian.

"Kalian mau apa sih? Hahaha... Aduh, Mas stop, gue masih suci, masih normal. Gak doyan jeruk." keluh Tetto sedikit memberi perlawanan meski nyatanya tak berdampak banyak.

Selesai mengikat Tetto, Dimas yang semula sedikit kewalahan memilih mundur dengan menarik napas lega. "Gila nih bocah. Siapa juga yang doyan sama elo." Balas Dimas heran. Mendengar hal itu semua yang ada di sana tergelak tak bisa ditahan, sementara Tetto sendiri masih kebingungan tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi di sini.

"Ini sebenarnya ada apa?" tanya Tetto terengah.

"Jelaskan sama kita, apa maksudnya yang tadi sore itu?" cetus Dendi yang menjadi orang pertama yang bertanya.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang