56. Life (4)

13 2 0
                                    

Di tempatnya duduk, Tetto tak bisa untuk banyak berekspresi. Selain karena sudah lama tidak pernah menunjukkan emosi, seseorang yang kini tengah duduk dengan santai berhadapan langsung dengan hanya dibatasi meja tersebut memiliki andil yang cukup besar hingga sang pengacara harus menjelma seperti patung bernapas. Hal tersebut terjadi karena kalimat Jenisa yang sebelumnya sukses mengejutkan semua orang juga berhasil membuat keteguhan hati Tetto dibuat terguncang. Setelah gadis di depannya -yang tengah menyiapkan santap siang mereka itu- berkoar di depan seluruh rekan sekantornya jika mereka kini tengah dalam tahap pendekatan, gadis itu masih tampak santai dan sibuk sendiri dengan kegiatannya menyiapkan makanan sementara di tempatnya Tetto bahkan tidak bisa tenang di saat telinganya seolah selalu mendengar kalimat yang sama terngiang-ngiang dalam kepala.

'Dan satu hal lagi. Tentang hubungan kami. Kami dalam proses pendekatan.'

Benarkah Jenisa mengatakan itu? Benarkah yang mengatakan mereka dalam pendekatan ialah gadis yang sama yang dikenalnya lima tahun lalu, jangan salahkan Tetto karena sulit mempercayai bila Jenisa yang antipati terhadap dirinya mengatakan hal yang mungkin menjadi satu yang paling mustahil untuk diucapkan. Apa yang gadis itu katakan benar-benar membuatnya kebingungan, bahkan masih segara dalam ingatannya bila dulu gadis itu yang memutuskannya secara sepihak dengan sangat kejam. Saat itu menjadi titik balik bagi Tetto yang terlelap dalam buaian mimpi indah dan dipaksa untuk sadar, bahwa selama ini bisa Jenisa tidak pernah benar-benar menaruh hati selama mereka menjadi sepasang kekasih. Lalu apa yang mendasari gadis itu berkata demikian. Apa karena Jenisa kembali mengasihaninya, seperti kejadian lima tahun lalu. Ingin rasanya menolak mempercayai asumsi tersebut, namun justru hal itulah yang paling masuk akal yang dapat Tetto pikirkan mengenai motif Jenisa yang mengumbar kejelasan status mereka yang tengah dalam masa pendekatan di depan banyak orang.

Sampai kapan pun Tetto tidak akan pernah tahu perasaan gadis di depannya, mungkin benar pepatah yang mengatakan bila isi hati wanita lebih rumit dari soal matematika. Jenisa itu bagaikan sebuah labirin yang sulit untuk dijelajahi, sekali mencoba masuk dengan bermodal kenekatan maka seseorang harus siap untuk menanggung resiko paling buruk yaitu tersesat tanpa menemukan jalan keluar. Mungkin Tetto menjadi salah satu bukti nyata seseorang yang dengan nekat menjelajahi sang labirin berjalan, hasilnya bahkan setelah lima tahun berlalu Tetto bahkan tidak pernah bisa menemukan cara untuk melupakan gadis itu.

"Apa memang selalu seperti itu?" cetus Jenisa buka suara membuat sang pengacara yang tengah termenung mengerjap sesaat. Pemuda itu tak tahu apa yang dibicarakan gadis di depannya karena terlalu sibuk melamun.

"Kenapa?" tanya Tetto balik.

"Apa memang selalu seperti tadi?" tanya Jenisa mengulang pertanyaannya.

Satu detik, dua detik, hingga lima detik berlalu, Tetto masih dibuat berpikir akan maksud dari pertanyaan tersebut. Saat mendapati Jenisa yang menatapnya secara tiba-tiba sukses membuat sang pengacara dibuat kelabakan karena tertangkap basah tengah mengamati gadis itu. Mungkin gadis itu kehabisan kesabaran, karena helaan napas lelah seolah menjadi petunjuk yang jelas bila Jenisa tampak kebosanan menunggu jawaban dari sang pengacara yang terlalu lama hingga gadis itu mau tak mau mengangkat kepala dari kesibukannya menyiapkan santap siang mereka.

"Kejadian tadi." Jelas Jenisa akan pertanyaannya.

"Ahh, kejadian barusan." Gumam Tetto sendiri. "Kamu mungkin terkejut karena baru pertama kali, tapi tenang saja karena hal seperti tadi enggak terlalu sering terjadi. Sebenarnya mereka mungkin hanya sedang bergurau, jadi jangan terlalu dianggap serius dan diambil hati."

Tetto mencoba mengelak terlebih ia sadar bila harga dirinya sebagai seorang lelaki merasa tidak nyaman saat orang lain melihatnya dipermalukan di depan umum seperti apa yang terjadi barusan. Sejujurnya Tetto sudah biasa dengan menulikan telinga, ia tak peduli pada komentar orang lain pada dirinya terlebih jika itu hanya orang luar. Hanya saja Tetto merasa terusik saat orang luar itu ialah Jenisa, ada kekhawatiran tersendiri baginya untuk mendengar opini gadis itu.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang