Tak banyak yang dilakukan selain Tetto yang mencoba menjaga fokusnya pada jalanan yang bisa buyar kapan saja. Itu karena sepasang lengan yang setia memegangi bagian samping kemejanya. Jika dia saat ini berada di tempat lain dan tidak sedang menyetir, bisa dipastikan Tetto akan pingsan di tempat saat itu juga. Tapi tidak untuk sekarang, ia tak ingin mempertaruhkan keselamatan Jenisa.
"Kamu kenapa tadi mikir aku minta di jemput pakai mobil?" di tengah perjalanan, Jenisa buka suara membuat Tetto menggigit bibirnya pelan. Pemuda itu kebingungan harus memikirkan jawaban seperti apa sementara di lain sisi kepalanya harus fokus pada jalanan.
"Hmmm?" Alhasil hanya sebuah gumaman tak jelas yang bisa Tetto berikan.
"Kamu jangan suka negatif thinking duluan. Kamu tahu, ayahku pencinta vespa sejati?"
"Serius?" balas Tetto yang dengan suara pelan yang lebih seperti bergumam sendiri karena kalimatnya teredam suara angin jalanan dan tak sampai terdengar oleh Jenisa.
"Ahh, iya. Tetto, hari minggu ini kamu sibuk?" tanya Jenisa kembali dengan nada antusias. "Aku ada undangan dari teman yang baru buka restoran. Kamu..."
Ckitttttt......
Motor vespa yang sedari tadi berjalan layaknya siput kini sudah benar-benar berhenti mendadak tepat di pinggir jalan.
"Kak Jenisa." panggil pemuda itu dengan nada serius.
"Ya?"
"Apa kak Jenisa enggak malu jalan sama saya? Maksudku..." belum sempat menyelesaikan kalimatnya hingga rampung, Jenisa sudah lebih dulu memotong.
"Kenapa kamu ngomong begitu. Kenapa aku harus malu? Coba kasih aku alasan kenapa aku harus merasa seperti yang kamu pikirkan?"
"I'm not enough proper for you." Bala Tetto mengungkapkan keresahannya. Bukan tanpa alasan, ajakan Jenisa yang dengan santai mau membawanya pada salah satu acara grand opening sebuah usaha milik teman dari gadis itu cukup membuat sang pemuda berkacamata sedikit tidak habis pikir, pasalnya hubungan mereka yang bahkan untuk Tetto sendiri masih sering merasa tidak percaya lalu apa kabar dengan niat Jenisa yang berpikir untuk mempublikasikan hubungan mereka di depan banyak mata terlebih di depan teman gadis itu sendiri.
Jenisa yang diam membuat Tetto yakin jika gadis itu saat ini memang tengah menimbang untuk memikirkan keputusannya dua kali. Dia yakin saat ini pasti Jenisa sudah sadar dengan siapa gadis itu menjalin hubungan, pria yang sedikit pun tidak ada pantasnya menjadi kekasih seorang Jenisa yang merupakan primadona kampus mereka.
"Bisa kamu bilang sama aku tolak ukur derajat seseorang bisa dikatakan pantas itu seperti apa? Sampai kamu bisa dengan yakin mengatakannya."
"Aku..."
"Kenapa kamu bilang seperti itu. Tentu saja aku sadar saat memutuskan semuanya. Aku sadar saat memilih kamu, aku sadar jika masih banyak pria yang lebih tampan, kaya, bahkan memiliki ferarri untuk mengantarku pulang. And tell me, apa mereka layak?"
"Maaf. Aku hanya bingung." Entah kenapa Tetto merasa sakit saat Jenisa membandingkan dia yang memang sudah jelas jauh dengan lelaki yang memiliki banyak kelebihan di segala bidang.
"Kalau begitu, apa aku boleh tanya?" Tetto buka suara dengan ragu setelah sebelumnya dia membuka obrolan yang berakhir membuat gadis itu marah.
"Tentu" balas Jenisa yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS WOMAN
RomanceBagi Tetto menjalani hidup dengan tenang dan menghindari masalah adalah pilihan, itu karena Tetto remaja dengan sukarela menjerumuskan diri dalam sebuah masalah tanpa peduli resiko yang bisa saja menimpa. Karena kenaifan-nya dulu yang mempercayai se...