46. Lawyer (2)

9 6 0
                                    

Tetto mengerutkan kening kebingungan, seingatnya dia tak punya janji temu dengan seorang wanita juga tidak memiliki kenalan wanita cantik seperti yang dikatakan Rendi barusan. Pergaulannya dengan wanita bahkan tergolong terbatas dan masih bisa dihitung menggunakan jari tangan, itu pun dengan memasukkan Nyonya Tegar di dalam hitungannya.

"Kalau begitu saya permisi dulu, sepertinya pacar kamu sedang mencari."

Rafi sengaja menengahi untuk berpamitan dengan kalimat menyindir, pria paruh baya yang awalnya menaruh sedikit rasa respek pada pengacara yang di sewa karena berpikir jika pemuda di depannya berbeda dengan pria kebanyakan merasa dibohongi akan pengakuan yang mengatakan bila lelaki itu tidak memiliki pasangan. Ternyata lelaki di depannya ini sama saja, terbukti dari kabar yang mengatakan jika seorang wanita cantik yang disebutkan tengah mencari lelaki tersebut, terlebih melihat respons pengacara bernama Tetto yang seolah kebingungan dan mencoba menyangkal, sehingga bisa Rafi simpulkan jika pemuda itu seorang pemain wanita bahkan hingga tidak ingat siapa wanita saat ini yang saat ini tengah mencari karena mungkin terlalu banyak memiliki kekasih. Memang, pada dasarnya masa muda itu penuh petualangan dan sepertinya stok pria alim masih sangat jarang ditemukan.

Rafi yang mulai beranjak pergi tak berniat untuk Tetto tahan dan melanjutkan berdiskusi tentang kasus perceraian yang mereka hadapi. Tetto tak menjamin jika orang tua itu tidak akan bertingkah menyebalkan lagi ke depannya hingga bisa membuat tensi darahnya tiba-tiba naik.

"Sekarang dia ada di mana?"

"Di ruangan Anda, Pak."

"Kamu tahu kan, saya paling gak suka kalau ruangan saya itu dimasuki sembarang orang. Kenapa kamu bisa ceroboh kayak begitu."

"Maaf, Pak. Dia memaksa untuk bertemu dan mengaku sebagai kenalan Anda." Ungkap Rendi menyesali keputusannya yang membiarkan orang asing memasuki ruangan sang atasan. "Kalau begitu biar saya usir sekarang."

Rendi beranjak pergi lebih dulu namun Tetto segera menahan pemuda itu, Tetto melepaskan kacamatanya dan memasukkan ke dalam tempat yang semestinya sebelum ikut beranjak dan mulai berbicara.

"Kita bareng. Saya juga mau balik ke ruangan." Tetto bangkit dari duduknya, berjalan lebih dahulu. "Omong-omong, petisi yang saya minta untuk kasus perundungan milik Reza yang siswa SMA itu sudah kamu dapatkan?"

"Ada di meja Anda, Pak."

Belum sampai mereka menuju ruangan, sang pengacara kembali membalikkan badan dengan sorot mata menyipit tajam menatap sekretarisnya. Masih belum dapat dia lupakan keputusan Rendi yang mengambil klien sembarangan dan membuatnya terjebak dengan kasus yang menyebalkan.

"Satu hal lagi, kenapa kamu ambil kasus perceraian?"

"Gimana, Pak?"

Menyadari bila Rendi merupakan anak magang yang bahkan belum mengetahui peraturan saat bekerja dengannya membuat Tetto hanya bisa menghela napas pelan, setidaknya ada sedikit yang bisa dia maafkan dari tindakan yang pemuda itu lakukan terlebih di sini mungkin Tetto juga lupa dalam menjelaskan terlebih dulu perjanjian kontrak kerja dengannya.

"Lupakan saja." Balas Tetto tidak berminat.

Hari ini cerah dengan awan putih yang menghiasi langit biru, hari indah yang dan sayang untuk dihancurkan hanya dengan meluapkan emosinya dengan memarahi Rendi. Namun Tetto tak tahu harus menikmati dengan cara seperti apa selain bergelut dengan setumpuk laporan yang singgah di mejanya, bukan karena dia malas dan membuat semuanya menumpuk tanpa dikerjakan melainkan karena Tetto yang dengan sengaja meminta tambahan tanggungan pekerjaan. Pengacara itu tak punya firasat apa pun di hari yang cerah ini, karena tanpa tahu jika apa yang menunggunya di balik pintu kaca ruangan ternyata akan begitu mengejutkan untuknya. Tetto bahkan sampai lupa caranya berkedip untuk tak melepaskan bayangan sosok di depan matanya karena takut jika sedikit saja matanya berkedip apa yang ada di depannya saat ini memang akan hilang.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang