76. How to Be Ex? (4)

9 1 0
                                    

Kantor Firma hukum Ahmad Tcokoatmojo & Partners -atau orang awam biasa menyebutnya ATP- hari itu cukup sibuk dengan karyawannya yang hilir mudik. Namun semua kegiatan itu berhenti sejenak saat suara pintu terbuka menyita perhatian orang-orang yang tengah bekerja, sontak mereka yang semula terkesan acuh langsung tercengang melihat penampilan seseorang yang baru melewati pintu berbahan kaca tersebut. Di sana Tetto berjalan dengan santai menenteng tas yang bisa dipastikan berisi berkas-berkas penting kasus persidangan, pemuda itu tak memedulikan reaksi sekitarnya dengan tetap berjalan lurus menuju pintu di ujung ruangan. Tak lama setelah membuka pintu Rendi yang semula duduk dengan nyaman langsung berdiri tegap dengan rasa shock yang tidak dapat ditutupi, begitu pun dengan Lina yang entah sedang apa di meja sekretarisnya tersebut. Gadis itu juga nampak tak kalah terkejut melihat penampakan Tetto yang memakai pakaian serba hitam.

Menyadari kehadiran dua orang tersebut, Tetto berdehem singkat dan berbasa-basi sejenak sebagai bentuk sapaan. "Langitnya cerah, ya. Kayaknya bakal terik nanti siang, sebaiknya kalian juga pakai kacamata hitam kalo gak mau silau." Celutuk sang pengacara lalu beranjak pergi dari sana, meninggalkan dua orang yang nampak cengo di tempatnya.

Sepeninggalan Tetto, Lina yang masih penasaran langsung mengarahkan matanya pada sang sekretaris yang sudah kembali duduk di kursi dengan napas yang lebih wajar. Sambil sedikit merundukkan badan, gadis berambut bob tersebut berupaya mencari posisi bergosip yang paling nyaman.

"Ren, bos lo kenapa?" tanya Lina heran. "Dia masih waras, kan? Orang dari pagi mendung begini dibilang cerah."

Namun Rendi yang mendengarnya memilih tak terlalu serius menanggapi. Pemuda itu sejenak menoleh ke belakang di mana Tetto sudah duduk manis membaca laporan-laporan masih dengan kacamata hitam besar yang bertengger di hidungnya.

"Gak tahu." jawab Rendi asal.

Sejujurnya pemuda itu tahu betul alasan Tetto memakai kacamata yang tak lain untuk menutupi matanya yang bengkak karena semalaman menangis. Menyadari itu Rendi jadi tak tega sendiri untuk menceritakan pada Lina dan mengumbar aib sang atasan, terlebih dirinya sendiri belum tahu pasti apa penyebab Tetto menangis semalam. Prinsip yang Rendi pegang hanya satu, jika ingin bergosip setidaknya harus menyampaikan sesuai fakta yang valid dan terpercaya.

"Lo pasti bohong, gue yakin sebenernya lo tahu." tuduh Lina dengan satu jari telunjuk terangkat. Sementara itu dalam hati Rendi hanya bisa mencibir keahlian Lina yang seperti cenayang, seolah gadis itu selalu tahu kapan dirinya tengah berbohong dan tidak.

"Ishh... Udahlah. Bukan urusan gue juga. Lagian lo ke sini juga kan mau kasih laporan sama Pak Tetto." usir Rendi halus.

Di tempatnya Lina kembali menegakkan badan yang semula membungkuk, gadis itu mencibir pada Rendi yang tidak bisa di ajak berkompromi. Namun sadar tak akan mendapat informasi apa pun dengan mengorek dari pemuda itu, Lina lebih memilih melangkahkan kaki menuju ruang Tetto yang diberi sekat berupa dinding kaca.

"Oke, gue bakal cari tahu sendiri. Awas lo kepo." Rendi yang ikut penasaran dan sedikit terusik akhirnya memilih mengikuti Lina tepat di belakang gadis itu.

Belum sempat melangkahkan kaki memasuki ruangan dengan hanya sebelah tangan mendorong pintu, Lina sudah lebih dulu di berondong pertanyaan dengan Tetto yang mendahului tanpa harus menoleh dan membuat gadis berambut bob tersebut harus menelan kalimatnya kembali. "Lin, elo udah follow up kasus penipuan pak Revin? Gimana hasil penyelidikannya?"

"Iya, gue udah selidiki temennya yang melakukan penipuan, dia punya rekening bank luar negeri dan info terakhir yang bisa gue dapet dia udah kaburduluan, tepatnya ke Maldives, dan itu udah sebulan yang lalu. Kita gak tahu dia udah lari ke mana lagi. Pak Revin terlalu telat, dia terlalu lembek untuk langsung melaporkan kasus. Kenapa juga dia minta bantuan pengacara bukannya lapor polisi." kesal Lina bersungut-sungut dan melupakan tujuan awalnya mengenai alasan pakaian yang dikenakan sang pengacara

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang