71. Reuni Para Mantan (1)

13 1 0
                                    

Malam hari itu terasa berbeda bagi seorang pria. Berdiri di depan lemari dengan dagu bertopang pada sebelah tangan, Tetto menyipitkan mata menilai beberapa pakaian yang tersedia di lemarinya. Satu setelan kemeja salur stripe lengan panjang berwarna navy juga celana bahan menjadi item pilihan. Tak menunggu lama sang pengacara segera mengganti kaos putih polos yang sebelumnya dikenakan. Setelah pakaian melekat sempurna di tubuh, pemuda itu langsung beralih pada cermin panjang yang ditaruh di sudut ruangan guna menilai dan menata kembali rambutnya yang berantakan. Sentuhan terakhir, menyemprotkan parfum favorit ke seluruh tubuh.

Menarik napas panjang terlebih dulu coba dilakukan, setelahnya sang pengacara segera menyambar kunci mobil di atas meja. Sebuah restoran mewah di pusat kota yang menjadi tujuannya, Tetto sendiri tak mengerti kenapa Jenisa meminta tempat pertemuan mereka diadakan di restoran yang bisa di bilang cocok untuk pasangan kekasih berkencan. Salahkah bila dia yang semula sudah berniat membatasi kedekatan mereka harus kembali berharap pada sesuatu yang bisa mengecewakan. Namun meski begitu, setidaknya ia harus terlihat sedikit pantas untuk menginjakkan kaki di restoran tersebut, penampilan yang dipersiapkan juga tak lebih agar dirinya tidak diusir dari sana oleh satpam karena dikira gelandangan. Bukan dengan tujuan untuk membuat seseorang terkesima.

Benar-benar keterlaluan, sebenarnya apa yang dipikirkan Jenisa hingga melakukan reservasi di restoran semewah ini. Sedari tadi Tetto bahkan masih belum beranjak dari tempatnya berdiri dengan mata sibuk melihat sekeliling, kentara sekali dirinya yang hanya datang sendiri terlihat sangat berbeda dibanding pengunjung lain yang datang membawa pasangan. Melihat itu mau tak mau membuat sang pengacara tersenyum sendiri, bahkan bisa dipastikan bila kini telinganya sudah memerah karena malu.

Di tengah ruangan yang seluas ballroom sebuah hotel dengan di isi beberapa meja, matanya mengedar mencari posisi Jenisa berada. Namun seluas mata memandang, pemuda itu tak kunjung menemukan sosok gadis yang dicari, hingga sebuah suara sukses mengalihkan fokusnya dari mengamati isi restoran. Di sana seorang wanita yang memakai seragam pramusaji tengah berjalan mendekat dengan senyum ramah.

"Maaf, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Atau Anda sudah melakukan reservasi sebelumnya?"

"Oh, itu. Reservasi atas nama Jenisa?" jawab Tetto cepat.

Sang pramusaji tak langsung menuntunnya menemui gadis yang dicari, wanita berseragam dominan hitam putih itu sejenak mengerutkan dahi tampak berpikir, lalu sesaat kemudian memilih undur diri. Tak lama berselang sosok yang sama kembali dan membawa informasi yang dibutuhkan.

"Maaf Pak, tapi tidak ada reservasi atas nama Jenisa."

Saat itu senyum Tetto sudah tidak lagi mengembang selebar sebelumnya. Kebingungan seketika melanda saat sang pelayan mengatakan bila reservasi atas nama gadis yang berniat ditemui justru tidak ada dalam daftar. Jika bukan Jenisa yang melakukan reservasi lantas siapa yang melakukan pemesanan tempat di restoran ini, karena setahunya untuk bisa melangsungkan makan malam di restoran ini harus melakukan reservasi dari jauh-jauh hari. Tak ingin menahan malu Tetto mencoba menghubungi kontak Jenisa, menunggu gadis itu mengabarinya. Tak butuh waktu lama karena sambungan langsung terhubung, tak ingin dikira sebagai penyusup karena masih diawasi sang pramusaji Tetto langsung mengaktifkan fitur loud speaker dan tanpa basa-basi langsung menanyakan posisi gadis itu.

"Aku sudah di King's hell. Kamu di mana Jenisa?" tanya Tetto membuka pembicaraan.

"Oh, oke. Tunggu sebentar biar ku jemput..."

Tak membiarkan Tetto mengetahui lokasi si gadis dengan menanyakan posisi pastinya. Jenisa sudah lebih dulu menutup sambungan komunikasi mereka secara sepihak. Di tempatnya Tetto hanya bisa menghela napas pelan, lalu menoleh pada sang pelayan yang masih sedia menunggu seakan siap kapan saja untuk memanggil satpam.

"Maaf, sepertinya ada sedikit kesalahpahaman. Teman saya sedang datang kemari." papar Tetto memberikan penjelasan.

Benar saja, tak berselang lama gadis yang sedari tadi dicari sudah muncul. Di sana Jenisa berjalan, terlihat cantik dengan dress dan sentuhan motif batik modern juga rambut bergelombang yang tergerai indah. Tetto merasa waktu seakan berhenti untuk sesaat, seolah hanya ada dia dan Jenisa di sana, hanya ada mereka berdua di ruangan yang luasnya bisa untuk menggelar resepsi pernikahan. Jika begini caranya, Tetto tak yakin bisa membatasi diri dan menjaga hatinya tetap aman.

"Tetto?" panggil gadis itu yang entah sejak kapan sudah berada di depannya.

"Hah?" balas Tetto bingung. "Ah, iya. Kenapa?"

"Ayo."

Semua terasa lebih sempurna saat Jenisa menarik sebelah tangannya begitu saja. Tetto yang tak siap hanya bisa berpasrah saat sebelah lengannya digenggam, bahkan untuk sadar dari rasa terkejut pun ia masih belum bisa percaya bila apa yang kini tengah dialaminya merupakan kenyataan. Semua terasa seperti deja vu, seakan mereka seperti terlempar kembali ke masa lalu, tepat saat Jenisa menarik tangannya membelah kerumunan manusia yang hendak keluar dari auditorium setelah selesai mendengarkan seminar. Bolehkah Tetto bermimpi sekali lagi, bila waktu bisa berhenti. Ia ingin menikmati kebersamaan mereka walau hanya sejenak, tanpa harus repot memberikan penjelasan logis atas rasa tertarik yang kini matanya jelas ditunjukkan. Namun semua tak bertahan lama, Tetto tak tahu bila apa yang dipikirkan mengenai mereka yang seakan mengalami deja vu dan terkesan seolah mengulang waktu di masa lalu justru sesaat kemudian ia harus dihadapkan pada situasi seolah mereka memang benar-benar telah melintasi waktu saat melewati pintu sebuah ruang yang lebih privasi.

Di sana hanya ada satu meja yang tersedia, sebuah kursi di tempati satu orang yang bisa ditebak sebagai seorang pria dari perawakannya. Sosok berbalut jas itu menoleh seolah sadar jika sang tamu dan Jenisa tengah berjalan mendekat dari arah belakang. Tetto tak tahu jika hari ini dia akan terjebak di situasi mengerikan dengan sosok-sosok yang sama dari masa lalu, matanya bahkan tak bisa untuk berkedip melihat sosok pria yang baru saja membalikkan badan di hadapannya. Tangan yang sebelumnya bertaut dengan Jenisa entah sejak kapan mulai terlepas hingga kini menggantung di samping tubuh. Melihat pria itu yang masih bisa tersenyum ramah, darah dalam dirinya serasa bergejolak. Tanpa sadar tangannya sudah terkepal kuat, rahangnya sudah mengeras menahan amarah. Tetto tak akan lupa sosok itu, sampai kapan pun, dia benar-benar tidak akan bisa melupakan wajah lelaki itu.

"Yoga"

Sosok lelaki yang pernah memaksanya secaraterang-terangan untuk memutuskan hubungan dengan Jenisa, lelaki yang jugamenjadi pasangan sang mantan setelah dikabarkan putus darinya. Sialnya seolahtakdir tengah mempermainkan, kini mereka bahkan harus beramah tamah melakukanmakan malam dengan tujuan Tetto yang membutuhkan bantuan pria itu untukmenyelesaikan kasus perihal Bu Desi. Sebenarnya apa rencana yang sudah tuhansiapkan dengan membuat mereka berkumpul layaknya melakukan reuni antar paramantan.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang