15. Devil Angel (1)

64 13 0
                                    

Menjadi seorang business woman di usianya yang masih muda sudah menjadi sebuah impian seorang Jenisa. Baginya, seorang pebisnis tidak harus selalu diperuntukkan bagi kaum adam, Jenisa menjunjung tinggi persamaan derajat di mana lelaki dan wanita itu setara tanpa membedakan gender terlebih untuk suatu pekerjaan. Dari dulu Jenisa mengagumi ibunya sebagai seorang wanita independen dengan paras cantik yang menyandang status sebagai seorang ibu dari dua orang anak, namun di saat bersamaan wanita hebat tersebut juga mengemban tanggung jawab sebagai gendral manager di sebuah hotel. Jenisa sangat mengidolakan ibunya yang tanpa lelah bekerja meski dibebani dengan tanggung jawab sebagai seorang istri dari seorang suami yang berprofesi sebagai seorang polisi juga anak-anak mereka. Meski sang ayah mampu mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya, namun ibunya tetap mau membantu menyokong ekonomi keluarga dengan ikut bekerja. Sedari dulu pasangan suami-istri itu selalu memberikan Jenisa dan adiknya yang terbaik, bahkan bisa Jenisa katakan apa yang mereka lakukan kerap kali tergolong berlebihan.

Mengingat sepasang suami istri itu membuat Jenisa merindukan suasana rumah, atau bertanya-tanya bagaimana kabar Pak Susanto -maniak burung berkicau tetangga mereka- juga kabar si kecil Vina -anak Pak Susanto- yang selalu mengikutinya kemana-mana. Gadis kecil yang saat ditanya alasan mengapa selalu mengikutinya itu selalu menjawab ingin menjadi seperti Jenisa saat sudah dewasa nanti agar semua teman lelakinya tertarik.

Kini ia sudah mewujudkan impiannya. Menjadi wanita mandiri seperti ibunya dengan mendirikan sebuah bisnis restoran dengan berbekal gelar S.M.B setelah menempuh pendidikan selama empat tahun di perguruan tinggi negeri juga keahlian memasak dari kursus selama hampir satu setengah tahun di benua biru. Karena itu meski bertitel sebagai owner restoran, tidak heran bila Jenisa kerap kali berada di dapur dari pada di ruangan pribadinya untuk memantau atau memikirkan strategi promosi untuk meningkatkan penjualan.

Il passato nama dari restoran yang Jenisa jalankan, yang juga memiliki arti masa lalu dalam bahasa Italia, dengan harapan bahwa para pelanggan yang tengah berkunjung bisa menikmati waktu mereka dengan mengenang kenangan masa lalu yang memang sengaja digunakan sebagai strategi pemasaran dengan mengusung interior restoran yang mengambil tema retro untuk menarik perhatian pelanggan. Sajian menu masakan Italia menjadi daya tarik utama yang membedakan Il passato dan restoran lain dengan selalu menyajikan menu utama pasta yang selalu berganti setiap hari membuat pelanggan tidak pernah bosan untuk datang.

Memperkerjakan seorang Chef eksekutif ahli yang juga seorang blasteran langsung Italian-Indonesia dan merangkap sebagai teman Jenisa saat menempuh kursus selama hampir satu setengah tahun di luar negeri, di bantu Jenisa sendiri sebagai sous Chef di sela tugasnya sebagai manager dan pemilik restoran, lalu dua orang juru masak dan dua orang asisten juru masak menggenapkan jumlah personel staf back of house menjadi enam orang sebagai satu kesatuan tim, sementara empat orang lain di tempatkan di bagian depan untuk melayani pelanggan dan pemesanan dengan tugasnya masing-masing. Ramainya restoran selalu bisa membuat Jenisa -yang seharusnya memikirkan berbagai strategi promosi dan event yang biasanya dilakukan berbagai restoran untuk menarik pelanggan- lebih memilih bekerja dengan berbagai pisau dan bahan makanan untuk menyajikan berbagai menu masakan.

"Pesanan baru meja no 11, dua Ravioli, dessertnya satu panna cotta." Pinta Adif salah satu pramusaji yang baru saja menjelaskan pesanan baru sambil menyerahkan catatan kecil. "Mas Arif, pizza buat meja lima udah ready?" lanjut pemuda itu bertanya pada salah satu juru masak mereka.

"Iya, satu cheeseburger extra mozzarella, kan? Tinggal elo serve aja di meja." balas Arif tanpa mengalihkan perhatian dari memberi topping di atas adonan pizza baru yang hendak di panggang.

Setelah mengantongi informasi tersebut Adif yang mendapat persetujuan kembali dengan membawa pizza pesanan, meninggalkan setiap orang di dapur dengan kesibukannya masing-masing. Kebisingan di dapur sudah menjadi hal yang lumrah entah itu pada suara teflon anti lengket dengan spatula yang berbentur, atau api dari kompor yang berkobar, dan masih banyak kebisingan lain yang identik dengan dapur sebuah restoran. Hingga sebuah suara asing yang tidak seharusnya berada di dalam dapur restoran kian menambah kebisingan yang ada, suara yang tidak lain merupakan dering panggilan yang berasal dari ponsel sang pemilik restoran. Gadis dengan rambut yang sengaja di cepol ke atas -guna memudahkan-nya dalam bekerja di dapur- itu mengambil ponsel yang seolah tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti berdering dalam waktu dekat dari balik saku celana yang terbalut apron yang dipakai. Di sana matanya mendapati nama Arin, salah satu temannya, sebagai ID caller di layar ponsel sebagai identitas sang pemanggil. Tanpa berpikir panjang gadis itu segera menerima panggilan berharap dering-nya yang berisik segera berhenti dan tidak mengganggu aktivitas karyawannya yang lain dalam menyiapkan makanan. Namun tanpa Jenisa duga yang menunggunya setelah detik pertama panggilan mereka terhubung bukanlah kalimat sapa menyapa antara sahabat yang sudah lama tidak berjumpa, melainkan semburan kemarahan seorang Arin yang Jenisa sendiri tidak tahu pasti apa alasannya.

"Hallo, ada apa, Rin?" sapa Jenisa buka suara.

"Pake tanya ada apa, situ yang minta gue dateng, sekarang tanya ada apa?" tanya Arin balik dengan nada yang mencoba menahan emosi. "Sampe kapan gue harus nunggu, JENISA!" Jenisa segera menarik ponselnya menjauh dari telinga, lalu menatap horor benda pipih tersebut setelah mendengar teriakan Arin yang menggelora dan berpotensi mengganggu indra pendengarannya.

"A-arin, sabar ya. Ini gue keluar, mau gue bawakan apa?."

"Lo niat meres sama bikin gue gemuk, ya? Ini udah dua piring ravioli gue makan. Cepet ke sini atau gue makan juga ini restoran." Ancam Arin dengan nada kesal.

Jenisa tersenyum sebelum mematikan sambungan komunikasi mereka. Tanpa berpikir panjang, gadis itu segera melepas apron yang dikenakan dan meminta terlebih dulu salah seorang asisten juru masak untuk menggantikan pekerjaannya.

"Marissa, bisa ganti hendel ini dulu sebentar?" tunjuk gadis itu pada pekerjaannya.

"Iya, mbak."

Menoleh sejenak pada seorang pria yang tengah melakukan inspeksi dengan sibuk mencicipi rasa setiap hidangan, Jenisa mencoba memanggil sang pemilik nama "Ato?" panggil Jenisa pelan. Sadar pria itu sudah berhenti dari kegiatannya dan mengalihkan perhatian, Jenisa kembali melanjutkan. "Titip dapur."

"secondo i vostri desideri, signorina" jawab Ato yakin.

(sesuai keinginan anda, nona).

Jenisa tersenyum manis pada pria blasteran Italia-Indonesia itu. Pemuda bernama asli Alberto, atau Jenisa sendiri lebih akrab memanggilnya Ato, balas tersenyum menampakkan deretan giginya yang putih dan tersusun rapi. Ato a.k.a Alberto merupakan salah satu koki muda berbakat yang pernah Jenisa temui dan juga merangkap sebagai salah satu teman Jenisa saat gadis berjulukan Dangerous Woman itu memulai kursus memasaknya di Italia. Ibu Ato yang merupakan orang Indonesia begitu ramah padanya dan selalu menyambutnya hangat ketika ia bermain mengunjungi kediaman pemuda itu di Italia, sementara ayah Ato sendiri merupakan seorang Head chef di salah hotel ternama di Italia. Karena itu tidak heran jika sang anak ingin mengikuti jejak orang tuanya.

Namun melupakan sejenak perihal Ato dan latar belakangnya, sepertinya Jenisa harus lebih mempersiapkan diri pada apa yang akan dia hadapi sebentar lagi. Saat baru melangkahkan kaki keluar dapur restoran melalui pintu yang biasanya digunakan para pramusaji mengantarakan makanan, gadis itu harus kembali dikejutkan akan penampakan Arin dengan mata melotot tajam. Bahkan mungkin jika digambarkan lewat animasi manga, sosok di depan sana yang tengah duduk dengan tangan terlipat itu bukan tak mungkin sudah mengeluarkan asap dari atas kepala. Sejujurnya harus Jenisa akui bila dalam hal ini dirinya memang bersalah karena melupakan fakta bila sudah memiliki janji temu dengan sang sahabat.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang