53. Life (1)

16 2 0
                                    

Menjadi pusat perhatian dan menerima semua sorotan dari banyak orang tidaklah semudah apa yang dibayangkan, namun menjalani hidup dengan kepopularitasan yang dimiliki jauh lebih sulit dari pada saat pertama kali menjadi pusat perhatian semua orang. Akan ada titik di mana seseorang yang selalu menjadi pusat perhatian akan merindukan bagaimana rasanya menjalani kehidupan normal, atau bahkan di titik yang lebih jauh orang tersebut bukan tidak mungkin akan bertanya-tanya bagaimana rasanya menikmati hidup.

Jenisa salah satunya sekalipun sosoknya bukanlah seorang artis, selebriti, anak seorang pejabat, atau bahkan sejenis profesi lain yang membuat gadis itu bisa menjadi pusat perhatian seperti sekarang, bukan ingin terlalu percaya diri namun kenyataan yang berbicara di setiap tempat dimana pun gadis itu berada setidaknya ada beberapa pasang mata yang melirik diam-diam pada kehadirannya di tempat tersebut. Jenisa hanya seorang busnisswoman dibidang kuliner yang mengelola restoran dengan sajian utama masakan Italia. Awalnya hidup yang dijalani terasa normal -atau mungkin itu hanya sugesti yang ditanamkan dalam kepalanya sendiri untuk menyakinkan bahwa selama ini kehidupan yang dijalani justru mencoba untuk menjadi normal- karena Jenisa sendiri bahkan tidak tahu definisi dan standar normal yang sebenarnya itu seperti apa, hanya saja bila dibandingkan dengan kehidupan orang lain pada umumnya maka akan terdapat perbedaan yang cukup signifikan sehingga orang lain bisa langsung menyimpulkan hal tersebut tanpa banyak berpikir panjang. Segala sesuatu yang dilakukannya kerap kali menjadi sorotan publik dan seolah menjadi hal yang luar biasa -walau kenyataannya tidak lebih dari sekedar hal sederhana dan dilakukan orang lain pada umumnya- karena itu ia tidak pernah mengerti arti dari kata normal yang sebenarnya.

Jenisa sadar betul apa yang menjadikannya populer, ia tidak bodoh untuk mengetahui jika itu semua karena wajahnya yang banyak dikatakan orang memiliki kecantikan di atas rata-rata, yang Jenisa sendiri bahkan tidak tahu standar rata-rata kecantikan itu seperti apa sehingga menyebut wajahnya di atas rata-rata. Tak berhenti sampai di situ, orang-orang bahkan sampai memberikan julukan Dangerous Women. Ia tak tuli untuk mendengar desas-desus mereka membicarakannya, bahkan dari apa yang sekelebat dia dengar julukan itu diberikan karena dirinya berhasil mematahkan hati banyak mahasiswa kampus tempatnya belajar.

Hidup menjadi pusat perhatian bukan hal baru, kehidupan seperti itu sudah Jenisa jalani sejak lama bahkan bukan tidak mungkin ia sudah menjalaninya sejak sedari lahir dengan menjadi pusat perhatian. Bukan tanpa alasan, sang ibu bahkan bercerita sendiri bila dulu saat masih balita beberapa ibu dari anak lain yang tengah menengok kelahirannya pernah menawarkan untuk melakukan perjodohan dengan putra mereka bila sudah dewasa. Benar saja, menginjak dewasa seorang pria paruh baya yang mengaku kenalan sang ayah kembali mengungkit kisah lama tentang kalimat gurauan yang berniat menjodohkan Jenisa yang masih bayi dengan putra mereka. Beruntung ayah dan ibunya bukan orang yang yang masih memegang kuat pola pemikiran yang kolot dengan menjodohkan anak gadisnya di usia balita sehingga tawaran tersebut tidak ditanggapi dengan serius oleh ayahnya, bahkan pasangan suami-istri tersebut cukup memberi kebebasan pada anak-anak mereka untuk memilih sendiri pasangan yang akan mendampingi mereka seumur hidup. Sekalipun bila kedua orang tuanya menerima baik tawaran tersebut, tentu saja Jenisa akan menolak tanpa berpikir panjang karena bagaimanapun saat itu dirinya masih bayi dan tidak memiliki kemampuan untuk menyatakan penolakan.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang selalu memimpikan kehidupan dengan popularitas sehingga dikenal banyak orang, nyatanya menjadi pusat perhatian menjadi sesuatu yang tidak diharapkan untuk dimiliki dalam hidup seorang Jenisa Alicia Jhonnsy. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dimana menjadi terkenal itu sama saja dengan siap menerima banyak perhatian dan kehidupan yang dimiliki menjadi bahkan konsumsi publik, tak tanggung-tanggung hal privasi sekalipun yang harusnya menjadi rahasia untuk disimpan sendiri seolah sudah tidak ada lagi. Privasinya menjadi rahasia umum, tidak ada lagi rahasia yang bisa disimpan seolah seperti di telanjangi secara tak langsung.

Akibat dari popularitas yang dimiliki, ia tidak bisa mengetahui bagaimana rasanya hidup damai, bagaimana rasanya bisa saling bercerita lepas dengan seseorang, atau bagaimana rasanya memiliki kisah asmara yang membuat jantung berdebar. Orang-orang mungkin banyak mengelilingi dan tidak sedikit pula yang ingin menjadi temannya, tapi Jenisa sadar jika tidak semua dari mereka yang mengatakan pertemanan bisa dianggap sebagai seorang teman. Pada kenyataannya banyak dari mereka yang memasang wajah palsu dengan mengatakan teman tapi jelas-jelas merundungnya dari belakang.

Gadis dengan julukan Dangerous Woman itu pernah beberapa kali berpacaran, sekalipun berangan ingin memiliki kisah asmara mendebarkan bukan berarti Jenisa tidak pernah berpacaran. Nyatanya itu sebuah kesimpulan yang salah besar, bahkan mungkin setiap saat selalu ada ajakan tersebut diucapkan begitu saja oleh seorang lelaki sekalipun mereka tak saling mengenal. Jenisa ingat ajakan berpacaran pertama kali didengarnya saat masih berusia sembilan tahun oleh seorang bocah sekolah dasar, Jenisa kecil yang saat itu tidak banyak mengerti mengenai kata berpacaran hanya menyetujui ajakan tersebut begitu saja. Beranjak remaja, ia juga pernah menerima ajakan dari seorang kakak kelas dengan julukan badboy karena merasa tertekan dan terbawa suasana. Pemuda dengan reputasi buruk nan mencekam itu seolah mengintimidasi dan memaksanya hingga Jenisa merasa tidak memiliki pilihan yang tersedia selain 'iya' atau 'iya'. Lalu kisah selanjutnya bermula dengan sosok yang tidak pernah disangka, pemuda pendiam dengan kacamata juga tampilan membosankan nan kuno. Dia Tetto Tegar Sebastian.

Entah kenapa Jenisa sendiri tak tahu alasannya, hanya saja dia bukan bocah lagi yang bisa menerima tawaran berpacaran tanpa berpikir panjang, atau seorang remaja yang terbawa suasana saat menerima ajakan menjalin hubungan. Tapi Tetto juga bukan sosok populer yang mungkin bisa membuat mereka saling memahami dan menjadi dekat karena berasal dari latar belakang yang sama, mungkin jawaban cukup masuk akal dan bisa Jenisa berikan ialah karena sebuah rasa penasaran. Kesan pertama yang bisa digambarkan untuk sosok Tetto sendiri ialah, pria aneh yang bahkan tidak terlihat ingin mendekatinya seperti kebanyakan pria lain. Pemuda itu selalu ingin terlihat sendiri dan mencoba untuk tak terdeteksi, tapi entah bagaimana caranya sosok itu seolah nyaman dengan dunianya. Mungkin itu yang membuat Jenisa tertarik, rasa penasaran akan sesuatu yang tidak pernah dimiliki seseorang yang menjadi pusat perhatian seperti dirinya. Lalu kisah terakhir jatuh pada Yoga, pemuda idaman kaum hawa yang cukup berkuasa dengan reputasi dan latar belakang dari keluarga terpandang.

Sayangnya semua kisah yang sebelumnya sudah diceritakan berakhir dengan tidak menyenangkan. Itu kenapa Jenisa selalu bertanya-tanya sendiri mengenai bagaimana rasanya hidup normal, pertanyaan yang terkesan sederhana namun memiliki makna yang sungguh sangat berarti. Ia pikir, kini hatinya sudah mati, Jenisa bahkan pernah kesulitan untuk bisa membedakan teman atau justru sosok gunting dalam lipatan. Jadi tidak heran bila gadis itu bahkan masih dibuat kebingungan untuk menyadari sosok yang berarti selama ini.

Mungkin ini hidup yang harus di jalaninya, menjadi seorang gadis menyedihkan.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang