77. Disconcerted

15 1 0
                                        

Masa lalu...

Tetto benci hujan, Tetto sangat benci yang namanya hujan. Sejak hari itu ia mendeklarasikan jika hujan adalah musuhnya, karena hujan adalah saksi di mana dia berada di titik paling menyedihkan dalam hidupnya. Dinginnya hujan yang menusuk kulit tak dihiraukan pemuda tersebut, kakinya terus berjalan dengan menuntun si Juki di bawah guyuran hujan. Setidaknya itu bisa membantu Tetto menjaga kewarasan, atau menghalanginya yang bisa bertindak bodoh dan berakhir kian menyedihkan. Tak menghiraukan kondisinya yang basah kuyup, Tetto masih saja terus memaksa berjalan. Tak juga memedulikan sapaan dari beberapa orang, pun mereka yang bertanya tak juga pemuda itu indahkan.

"Den Tetto? Lagi apa hujan-hujanan dorong si Juki? Lagi mogok?" tanya seorang pria berpayung.

Melirik sejenak, pemuda itu mengetahui jika mas Jo a.k.a Joko yang bisa ditebak hendak membeli makanan di persimpangan jalan tengah kebingungan melihatnya. Namun Tetto lebih memilih tak menjawab, meski begitu ia tak ingin terlalu mengabaikan Mas Jo seperti kebanyakan orang yang bertanya dan tak dikenalnya sepanjang jalan. Pemuda itu hanya mengangguk sopan dan terus melanjutkan langkah.

Membuka gerbang dan memarkirkan vespanya, Tetto bergegas naik menuju kamarnya di lantai dua. Namun langkah kaki pemuda itu harus terhenti saat membuka pintu depan dan berpapasan dengan Ilham.

"Wihh, dari mana aja nih sampe hujan-hujanan? Gue nggak sengaja lihat elo sama Jenisa tadi. Habis kencan ya, seneng banget kelihatannya." canda Ilham dengan segala kelakarnya berniat menggoda.

"Maksud lo apa, Mas? Lo mau ledek gue?" tanpa aba-aba Tetto yang sudah menggunakan nada tinggi dalam kalimatnya langsung mencengkeram kerah baju Ilham.

Entah apa yang terjadi, dan entah apa yang salah. Namun satu yang Ilham tahu pasti, jika Tetto yang sudah menggunakan lo-gue dalam kalimatnya, maka pemuda itu tidak sedang dalam mode bersahabat untuk diajak bergurau. Beruntung Dimas yang tengah memakan keripik ikut terkejut dan siaga memisahkan.

"Ehh, To. Sabar-sabar, kalem. Lo kenapa,l dah?" lerai Dimas.

Mendengar itu Tetto seolah kembali tersadar, matanya menatap kedua lengannya yang sudah mencengkeram kerah baju temannya tersebut. Entah kenapa tanpa sadar ada sebuah keinginan untuk melampiaskan kemarahannya pada seseorang.

"Maaf." gumam pemuda berkacamata itu pelan lalu pergi berlalu meninggalkan dua orang yang masih tampak penasaran.

"Oi, si Tetto kenapa?" tanya Rama yang baru keluar dari dapur dengan segelas kopi. Matanya sibuk memperhatikan Tetto yang tengah berjalan menaiki tangga yang bisa dipastikan menuju kamar pemuda itu di lantai dua.

"Gak tahu tuh, dia lagi mode senggol bacok. Galak banget kayak singa betina." Balas Dimas dengan segala perumpamaannya.

Malam itu suasana indekos cukup ramai dengan hampir semua penghuninya berkumpul di satu ruangan untuk bercengkerama bersama dalam rangka begadang malam minggu ala jomblo bersama. Mas Jo a.k.a Joko sebagai pemelihara kost yang baru saja datang membawa pesanan makan malam para penghuni disambut antusias oleh semua orang. Kontan saja kericuhan terjadi dengan saling berebut ketoprak dalam bungkus plastik yang dibawa pria awal tiga puluhan tersebut.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang