75. How to Be Ex? (3)

9 1 0
                                    

Hari itu, menjadi hari yang sangat membahagiakan bagi Tetto. Setelah dua minggu tak bertemu, berkencan menikmati waktu berdua seolah membayar waktu mereka yang hilang. Senyum bahagia terus terpatri di wajahnya tak surut akan waktu, bahkan Tetto berharap waktu bisa berhenti meski itu mustahil untuk terjadi. Namun tak kehabisan akal, pemuda itu dengan sengaja mengambil potret sang kekasih guna mengabadikannya dalam sebuah foto yang bisa disimpan.

"Tetto?"

"Hmm, kenapa?" tanya pemuda itu menoleh saat mereka tengah duduk berdua kursi taman. Jenisa terlihat mencari-cari sesuatu di dalam tas yang dikenakan, membuat Tetto mengerutkan dahi kebingungan.

"Ini buat kamu." Lanjut Jenisa sambil menyerahkan sebuah kotak.

Melihat itu, Tetto tak langsung menyambut apa yang kekasihnya berikan. Pemuda itu sejenak terdiam di tempat dengan mata menatap lurus pada barang yang berada di genggaman Jenisa. Ia tak bodoh untuk tahu isi dari kotak kecil tersebut, namun entah kenapa perasaan yang sebelumnya membuncah dengan penuh akan rasa bahagia mulai merasakan firasat yang membuat hatinya tidak nyaman.

"Kamu, gimana bisa?" keraguan terdengar jelas dalam nada suara pria kutu buku tersebut.

Tanpa mengatakan sepatah kata, Jenisa sudah lebih dulu membuka isi kotak yang di bawa, seolah tahu bila menunggu lebih lama hanya akan berakhir sia-sia karena pemuda itu tak terlihat akan mengambil barang yang diberikan. Tak kurang Jenisa juga berinisiatif memasangkan eyeglasses pemberiannya di mata sang kekasih.

Sementara itu di tempatnya Tetto hanya bisa terpaku dalam kebisuan, pasalnya dia masih harus memproses informasi mengenai kapan Jenisa menyiapkan hadiah ini dan sejak kapan pula kekasihnya itu menyadari jika dia tak memakai kacamata sementara mereka bahkan baru kembali bertemu hari ini. Tetto yang hanya diam dan tak kunjung memberi respons seketika merasa jantungnya mulai berdebar abnormal. Hal itu kian diperkuat saat tangan Jenisa yang semula memasangkan kacamata kini mulai turun merangkum wajahnya dan mulai mendekatkan bibir mereka, saat itu dia sadar bila dirinya sudah tidak lagi sanggup bertahan. Kebahagiaan yang tuhan beri hari ini, semuanya terlalu berlebihan. Tak ingin menolak dengan bertingkah selayaknya lelaki suci yang tidak paham hal-hal yang biasa dilakukan pasangan, pemuda itu tanpa berpikir dua kali mengambil langkah terekstrem dalam hidupnya meski sadar mereka tengah berada di taman yang masih merupakan tempat umum. Tetto tak peduli, dia lebih memilih menenggelamkan diri merasakan luapan kebahagiaan yang kian meletup di hati dan sejenak melupakan segala pemikiran mengenai Jenisa dan hadiah yang didapatkan.

"Mau pulang?" tanya Tetto canggung saat tautan bibir mereka terlepas.

Saat ajakannya disambut baik sang kekasih, tanpa berpikir panjang pemuda itu sudah melangkah riang menuju motornya guna mempersiapkan terlebih dahulu si Juki agar tidak bermasalah dalam mengakhiri kencan mereka. Sementara itu Jenisa yang memang sengaja memperlambat langkah tanpa sadar kakinya sudah berhenti di tempat. Gadis itu menunduk, menarik napas panjang sebelum memanggil nama sang kekasih dari kejauhan.

"Tetto..."

"Ya?" tanya pemuda itu dengan hanya berjarak beberapa langkah di depan.

"Aku... sudah lelah."

Mendengar itu Tettoyang sebelumnya berniat mendekati motornya mulai melangkah mendekati sang kekasih dengan tidak lagi mementingkan si Juki yang kadang-kadang sering bermasalah tanpa tahu tempat dan situasi.

"Apa kamu mau aku gendong?" tanya pemuda itu dengan senyumnya yang lebar. Tetto mengabaikan raut Jenisa yang entah kenapa terlihat tengah berusaha menahan tangis. Dia hanya berpikir jika gadis itu memang benar-benar keletihan karena menghabiskan waktu berkencan dengannya. Karena itu Tetto berinisiatif menjadi sosok pacar yang perhatian dengan menawarkan punggungnya untuk menjadi tumpangan.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang