CLOSER | revised

30.6K 1.4K 14
                                        

Datang ke sebuah club malam bukanlah gaya seorang Yoana. Walaupun umurnya sudah menginjak akhir dua puluhan, tapi jujur saja ini pertama kalinya ia datang ke tempat seperti ini. Kalau bukan untuk mengantarkan sahabatnya, Yoana tidak akan mau.

Yoana mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru klub, terkesan mewah dan elegan. Tentu saja karena pengunjungnya pun bukan kelas kaleng-kaleng. Bahkan tadi saat akan masuk kedalam klub, ia sempat berpapasan dengan beberapa artis ternama. Maka tidak heran kalau penjagaannya pun sangat ketat, sampai harus melakukan reservasi beberapa hari sebelum datang. Kalau tidak? Bisa saja masuk tanpa reservasi, asalkan termasuk pengunjung VIP, yaitu memiliki akses khusus. Lalu bagaimana Yoana bisa masuk? Tentu saja akses dari sahabatnya.

"Sepertinya ini pertama kalinya lo datang kesini?" Ujar seseorang sembari mengulurkan gelas berisi cairan berwarna orange, yang dipastikannya adalah jus jeruk. Iya, jus jeruk. Kalian tidak salah kok.

Biarlah. Yoana hanya ingin tetap waras, tidak mungkin ia menyetir mobil dengan keadaan mabuk kan? Yang ada bukannya sampai rumah, ia malah berakhir ke rumah sakit.

"Ya, lo benar. Gue nggak suka datang ke tempat seperti ini." Jawab Yoana setelah mengucapkan terima kasih, kemudian meneguk orange juicenya.

"Terlalu ramai, bikin pusing."

"Ehm...lo ada urusan juga dengan Calvin?" Tanya Yoana pada laki-laki yang tadi dengan tiba-tiba menawarinya untuk berdansa, yang tentu saja Yoana tolak. Dan berakhir dengan keduanya duduk di bar.

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya singkat, usai menuang non-alcoholic beer nya pada gelas berisi es batu, "Nggak, gue sekedar mau say hi aja sih."

Sahabat Calvin? Tebaknya.

Seketika muncul sinyal siaga satu di kepalanya.

Meskipun mereka belum lama mengenal, namun Yoana sudah paham betul seperti apa seorang Calvin itu. Dan bisa saja laki-laki yang bersama denganya ini juga tipikal orang yang sama. Tipikal laki-laki berbahaya, yang biasa memanfaatkan wajah tampan, uang, dan status sosialnya untuk mendapatkan segalanya. Sifat seseorang dalam satu kelompok tidak akan jauh berbeda, bukan?

Yoana lantas memerhatikan lebih teliti penampilan laki-laki itu. Semua yang laki-laki itu kenakan, from head to toe, semuanya merupakan brand brand ternama, yang Yoana tau betul tidak semua orang sanggup untuk membelinya, termasuk Yoana.

He is might be the same as his friend. A womenizer.

Tapi setelah diperhatikannya lagi lebih lama, ada satu hal yang sangat berbeda diantara mereka berdua, totally different. Yaitu sikap laki-laki itu, he is so gentle. He always act like a gentleman. Bahkan cenderung hati-hati ketika berbicara denganya. Ya, sangat berbeda dengan Calvin yang ia ketahui gemar merayu para perempuan.

"Ana!" Panggil seseorang yang Yoana sangat kenali suaranya.

Yoana menoleh ke arah tangga, dan menemukan Leona disana, di anak tangga terakhir tengah menatapnya dengan tatapan yang menurut Yoana sangat menyebalkan itu.

"Jangan telat pulang, Princess. Remember, before midnight you must go home." Ucap Leona setibanya ia di hadapan Yoana dan sesekali melirik ke arah laki-laki yang menurutnya cukup familiar itu.

Yoana memutar bola matanya, "Lo udah selesai?"

"Udah, tapi kayaknya gue nggak pulang bareng lo deh. Gue duluan ya?"

Yoana menahan tangan Leona, "Lo kan nggak bawa mobil,"

"Gue dijemput. Lo kalau mau lanjut ngobrol nggak apa-apa kok. Gue duluan,"

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang