BAB 71

5.5K 479 46
                                    


The number you are trying to call is not reachable. Please, try again....

Ck!

"Kenapa nggak bisa bisa!!" Dicengkeramnya roda kemudi sampai buku jarinya memutih.

"Dirga, Kamu dimana?" Monolognya sambil terus mencoba tetap fokus menyetir.

Dicobanya lagi menghubungi nomor Dirga untuk kesekian kali,

The number you are trying to call..

"Argh!"

Dan hasilnya masih tetap sama. Hanya terdengar suara operator yang menyahuti panggilannya.

Yoana menggigit bibirnya, matanya bergerak tak tentu arah, jemari tangannya pun tak hentinya membuat ketukan konstan pada kemudi.

Dihelanya nafasnya sejenak, "Tenang, Yoana. Tenang. Lo harus tenang, jangan lagi termakan dengan sesuatu yang belum tentu benar."

Tarik nafas panjang, dan hembuskan.

Tarik nafas panjang dan hembuskan. Dan begitu terus menerus sampai dirasa dirinya mulai tenang.

"Lo harus memastikannya sendiri, Yoana."

"Dirga nggak bisa dihubungi karena mungkin Dirga sedang tidur dan ponselnya mati. Iya, Dirga sedang tidur." Ocehnya mencoba untuk menenangkan diri.

Yoana menegakkan kembali tubuhnya. Sebisa mungkin untuk terus fokus, walaupun sebenarnya pikirannya telah melalang buana entah kemana.

Sudah lewat tengah malam membuat jalanan ibu kota menjadi lebih lenggang, dan hal ini cukup membantu Yoana disituasinya seperti sekarang ini.

Jarak apartemennya dengan apartemen Dirga sebenarnya tidak begitu jauh. Tidak sampai memakan waktu setengah jam. Tapi kenapa kali ini rasanya Yoana seperti sedang mengendarai mobilnya selama berjam-jam.

Drt...drt...drtt!!!

Yoana menghentikan mobilnya saat lampu berubah warna menjadi merah. Dan dimanfaatkannya untuk menerima panggilan dari Leona yang sebenarnya sudah sedari tadi sahabatnya itu terus menerus menghubunginya.

"Lo gila! Lo mau mati, hah?!" Tembak Leona langsung tanpa berbasa-basi.

Bagaimana tidak marah. Leona tidak habis pikir dengan Yoana. Di kondisinya yang seperti ini, ditambah gerimis yang membuat jalanan licin, Yoana melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sesaat setelah mengetahui bahwa ada kemungkinan mengenai Dirga yang bisa saja sudah pergi sejak dua hari yang lalu. Karena saat mengantarkan access card ke kantor Calvin, Dirga terlihat tidak mengenakan setelan kerjanya seperti biasa, padahal hari itu masih hari kerja. Jadi Leona pikir, bisa saja setelah mengantarkan titipannya itu, Dirga langsung menuju ke bandara.

Padahal itu baru dugaannya saja, tapi respon Yoana sungguh diluar dugaan.

Perempuan itu tanpa mengganti pakaiannya-mengenakan piyama-rambut berantakan, wajah sembab, bahkan tidak memakai alas kaki, berlari begitu saja usai menyambar kunci mobilnya dari atas meja.

Tentu saja Leona panik melihatnya.

"Gue hanya mau memastikan, Le."

Diseberang sana Yoana dapat mendengar Leona tengah mengumpatinya , "Gue bisa mengantar lo ke sana, astaga! Nggak seharusnya lo nyetir saat keadaan lo kaya gini."

"Gue nggak apa-apa."

"Stop bilang nggak apa-apa! Tapi pada kenyataannya lo kenapa-napa!"

"..."

"Na, gue mohon lo tetap di situ. Biar gue jemput lo. Kita ke tempat Dirga sama-sama, oke?" Bujuk Leona dengan nada suara yang lebih rendah dari sebelumnya. Berharap semoga saja kali ini Yoana mau mendengarkannya.

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang