Satu setengah jam sudah mobilnya tidak bergerak barang satu meter pun. Dirga mengetuk-ngetukkan jarinya pada roda kemudi, entah sampai kapan ia harus terjebak disini. Padahal ia sudah ada janji makan siang bersama dengan Yoana. Pun ditambah baterai handphone nya yang habis, membuatnya tidak bisa menghubungi Yoana. Salahnya karena lupa membawa kabel USB dan meninggalkannya di dalam tas.
Dirga menurunkan kaca mobilnya saat seorang polisi berjalan disisi samping mobil.
"Permisi, kalau boleh tau ini macet karena apa ya, Pak?''
"Di depan ada demo, Mas. Sudah ada peralihan jalur tapi ternyata masih saja macet. Dikarenakan masa yang ikut lebih dari perkiraan." jawab polisi bername tag Ridwan itu.
Ah, ada demo ternyata.
Dirga mengangguk, "Jadi ini harus menunggu sampai demonya selesai, atau bagaimana?"
Polisi itu menggeleng, "Di depan sana sedang diatur supaya ada jalur untuk putar balik. Mas nya nanti bisa lewat jalan alternatif yang sudah kami siapkan."
Syukurlah, ia tidak perlu terjebak disini lebih lama lagi.
"Oh, begitu ya. Terimakasih atas informasinya, Pak."
Polisi yang sekiranya berumur setengah abad itu mengangguk, "Ya, Mas. Sama-sama."
"Sebentar, Pak.." ujar Dirga menghentikan polisi tersebut yang hendak pergi, mengambil satu botol isotonik yang ia simpan bersama beberapa camilan yang memang sengaja ia siapkan untuk menghadapi situasi seperti sekarang ini.
"Ini untuk Bapak."
"Wah, makasih Mas. Kalau begitu saya permisi. Sekali lagi terimakasih banyak." Balas polisi tersebut setelah menerima pemberian dari Dirga.
"Ya, selamat kembali bertugas, Pak."
Dan benar saja, tidak berselang lama kemudian––sekitar lima belas menitan, mobilnya bisa kembali bergerak. Dirga langsung saja melajukan mobilnya menuju kantor Yoana berada. Walaupun harus memutar sedikit lebih jauh, tapi tak masalah, yang penting ia bisa segera menemui Yoana.
Setibanya Dirga di kantor Yoana, ia buru-buru turun usai memarkirkan mobilnya.
Kalau sesuai dengan apa yang Yoana sampaikan, berarti Yoana menunggu nya di cafe yang tak jauh dari tempatnya sekarang. Itupun kalau perempuan itu masih mau menunggunya yang terlambat hampir dua jam.
Dirga mengusap wajahnya putus asa. Bagaimana kalau sampai Yoana marah padanya? Dan mengira kalau Dirga ialah laki-laki yang tidak bisa menepati janji.
Astaga! Dirga tidak berani menebak-nebak reaksi apa yang akan Yoana berikan kalau benar Yoana masih setia menunggunya disana.
Marah itu pasti, dan Dirga akan memakluminya. Ia mengaku salah.
"Yoana," panggil Dirga membuat si pemilik punggung menolehkan wajahnya.
Perempuan itu bangkit dari duduknya, mendekati Dirga, mengamati penampilan Dirga dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Aku pikir kamu kenapa-napa dijalan. Ponsel mu juga nggak bisa dihubungi. Aku telfon Calvin, dia bilang seharian ini kalian nggak ada telfonan."
"Tadi aku juga suruh Adrian buat tanya ke Nico, dan Nico juga bilang nggak tau kamu dimana."
"Aku panik. Kamu beneran nggak apa-apa kan?" Tanya Yoana beruntun dengan tangan menggenggam erat jemari milik Dirga.
"As you can see, aku nggak apa-apa." Balas Dirga sembari tersenyum, menuntun Yoana agar kembali duduk. Mencoba menenangkan Yoana yang sepertinya masih begitu mengkhawatirkan dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/241733234-288-k390105.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
Aktuelle LiteraturGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022