Hanya perasaannya saja atau memang Yoana menjadi sedikit lebih pendiam saat ini.
Selama perjalanan Dirga sama sekali tidak mendengar Yoana mengatakan satu kalimat pun. Yang terdengar hanya helaan nafas, entah apa yang membebani benak perempuannya itu. Jujur, itu sedikit mengganggu Dirga. Apa masalah yang Yoana hadapi saat ini berhubungan dengan dirinya? Hingga Yoana mendiamkan dirinya seperti ini?
Sejak di apartemen Leona pun, Yoana tampak tidak seperti biasanya. Semua ekspresi yang ditunjukkan nampak palsu. Seolah ia terpaksa melakukannya. Senyumnya hampa, matanya tak berbinar, bahkan saat ia menggenggam tangan Yoana yang terasa dingin tadi pun, Yoana tidak balas menggenggamnya.
Sebenarnya apa yang tengah Yoana pikirkan?
"Yoana?" Panggilnya, tidak ada sahutan.
"Ana?" Dua kali, dan masih sama.
Yoana masih belum menanggapinya. Perempuan itu masih memandang keluar jendela yang sebenarnya tidak terlihat jelas karena air hujan juga embun yang menghalangi.
Apa Leona tau masalah apa yang tengah Yoana hadapi saat ini? Jika benar Leona tau, pasti dia sudah memarahinya tadi. Seperti saat dimana Dirga membawa Yoana pergi semalaman kala itu. Tapi nyatanya Leona tidak melakukan apapun. Apa itu berarti masalah Yoana tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya?
Masalah pekerjaan? Rasanya bukan.
...lalu apakah masalah keluarga?
"Yoana, are you good?"
Dirga menggenggam jemari tangan Yoana yang terasa dingin itu setelah menghentikan mobilnya tak jauh dari apartemen Yoana.
"Eh, udah sampai ya?" Tanya Yoana yang terkejut dengan raut kebingungan.
"Belum."
Yoana terdiam, tidak dapat mengalihkan tatapannya dari mata Dirga yang begitu intens menatapnya.
Suasana di dalam mobil terasa begitu dingin, ditambah sikap Dirga yang tiba-tiba... entahlah, Yoana tidak dapat mendeskripsikannya dengan benar.
Tatapan matanya begitu menakutkan. Bukan, bukan karena tatapannya yang di penuhi amarah. Melainkan tatapan yang begitu dingin, tatapan yang tidak dapat Yoana tebak apa yang tengah Dirga pikir dan rasakan sekarang. Dirga tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ini lah yang sejak awal Yoana takut dan khawatirkan mengenai Dirga. Dirga ialah seorang yang pandai menyembunyikan, bukan, mungkin mendeskripsikannya dengan itu terdengar kurang tepat. Dirga bukan hanya pandai menyembunyikan, namun juga pandai mengatur dan mengontrol emosinya. Ya, sehingga laki-lakinya itu sangat tidak mudah ditebak.
"Do I make some mistakes?" Tanya Dirga tiba-tiba.
"What are you talking about?"
Dirga mengusap punggung tangan Yoana dengan ibu jarinya, "Aku tanya, do I make some mistakes?"
"You don't."
Dirga menghembuskan nafasnya sejenak berharap dengan itu beban di dadanya sedikit berkurang. Tapi ternyata hal itu tidak berpengaruh apa-apa.
"So, is everything alright?"
Yoana mengerutkan dahinya, "Ya.... Ga, Kenapa?"
Dirga melepaskan genggamannya pada tangan Yoana, kemudian menggelengkan kepalanya, "Nggak, kamu pasti nggak enak badan habis kehujanan kan? Makanya diam sedari tadi."
Yoana terpaku mendengar pernyataan yang Dirga ucapkan. Apa Dirga menyadarinya?
"Ah, iya."
Dirga menempelkan punggung tangannya pada dahi Yoana, "Hmm, hangat. Tapi tanganmu dingin. Aku belikan obat, ya? Tapi aku antar kamu dulu, biar bisa istirahat di apartemen."
![](https://img.wattpad.com/cover/241733234-288-k390105.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
Ficción GeneralGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022