"Dir..."
Dirga mengerjapkan matanya perlahan, saat merasakan tepukan pelan dipundaknya.
"Oh, Yan. Gue ketiduran ya? Sorry..sorry,"
"Santai. Capek banget kelihatannya, kemarin gue lihat di story Instagram lo lagi di bandara, mau kemana atau dari mana?" Tanya Tian setelah menarik salah satu kursi dan duduk di hadapan Dirga.
"Weekend, pasti habis liburan sama pacar sih." Tebak Tian.
Dirga terkekeh menanggapi, "Nggak, itu ada lah urusan." Jawab Dirga singkat karena urusannya itu di luar pekerjaan jadi tidak perlu lah untuk diceritakan pada Tian, selain itu karena jujur saja ia masih sangat mengantuk, jadi merasa sedikit malas untuk berbicara.
"John dari tadi ngomel-ngomel terus, panas kuping gue dengarnya. Kenapa sih itu orang, lo tau?"
"Itu karena sabtu kemarin gue jadi merekomendasikan dia ke Pak Arya." Dirga bangkit dari duduknya guna melakukan sedikit perenggangan, "Where is he?"
"Orangnya sibuk, banyak kerjaan. Laporan yang harusnya bisa gue selesaikan minggu depan, mau nggak mau sekarang harus gue beresin, gara - gara lo. Sialan emang lo! Nambah - nambahin kerjaan gue aja." Omel John yang tiba-tiba saja masuk kedalam ruangan, lalu meletakkan sebuah berkas secara kasar keatas meja kerjanya.
Tian dan Dirga secara kompak saling melirik satu sama lain, "Need some help?" Tawar Dirga.
John menatap Dirga sengit, "Kenapa nggak lo aja sih, Dir? Kan dari awal harusnya lo. Kenapa tiba-tiba gue? Pak Arya kenapa juga harus setuju?"
Tian tertawa terbahak-bahak, sungguh bahagia melihat wajah John yang terlihat sangat kacau, "Lo lupa, Dirga kan anak emas disini."
Dirga yang tidak setuju dengan pendapat itu langsung saja melempar gumpalan kertas sticky note yang diremasnya pada Tian, "Watch your mouth, dude!"
John berdecak, "My head is about to explode right now."
"Gue juga berangkat kok. Nggak lo aja."
John sontak menolehkan wajahnya pada Tian, "Pardon?"
"Yeah, I'm coming with you. Lo pikir lo aja yang pusing, also me, bro!"
Kini giliran Dirga yang tertawa, "Congrats to you guys! I know, you guys can make it."
John menyipitkan matanya, "Ulah Dirga juga?"
Tian menggeleng, "Justru gue yang minta ke Dirga supaya merekomendasikan lo ke Pak Arya."
"What?!! You guys....oh fuck it!" John menyandarkan kepalanya pada kursi, pening yang ia rasakan rasanya semakin menggila. Tega sekali dua temannya itu, batinnya.
"Ngebakso yuk! Udah lama nggak makan bakso gue. Gimana?" Tanya Dirga usai menggulung lengan kemeja abu - abunya sebatas siku, lalu dilihat jam di ponsel yang ternyata sudah menunjukkan waktu makan siang.
"Ngikut aja gue sih. Lo oke, nggak?"
John membuka matanya yang semula terpejam, "Boleh, pas banget gerimis - gerimis gini. Tapi gue lagi malas nyetir, nggak kuat kalau harus macet-macetan lagi. Bisa - bisa kepala gue meledak beneran."
Dirga mengambil dompet dan kunci mobilnya yang berada di atas meja, "Pakai mobil gue aja, sekalian nanti gue yang traktir."
John langsung bangkit dari duduknya saat mendengarnya, "Nah gitu dong!"
"Memang lo doang yang gajinya udah dua digit tapi masih gila traktiran." Komentar Tian yang heran dengan tingkah teman satu kerjaannya itu.
"Hemat pangkal kaya, bro. It's a must."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
General FictionGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022