"Maaf," adalah kata pertama yang Yoana ucapkan setelah Dirga menjelaskan semua yang menjadi penyebab utama kesalahpahaman yang terjadi pada Yoana selama ini.
Dirga menjelaskan semuanya pada Yoana, tentang Audrea yang sebenarnya adalah adik kandung Dirga.
Dirga terkekeh, sampai Yoana bisa dengan jelas melihat mata milik Dirga yang menyipit, membentuk seperti bulan sabit, "Kenapa harus minta maaf? Gue yang seharusnya minta maaf, pasti lo pikir Rea pacar gue karena kejadian waktu di rumah sakit kan?"
Yoana mengangguk, "Rea memang selalu seperti itu pada perempuan yang dia pikir sedang dekat dengan gue." Jelas Dirga.
"Ya, that's a normal thing. Rea ingin yang terbaik untuk kakaknya. Gue paham." Yoana meringis, mengingat kebodohannya selama ini yang selalu saja mudah mengambil keputusan, "How stupid I am. Harusnya gue sadar dari awal lo mengenalkan Audrea ke gue waktu itu. Your name looks similar each other, Audirga and Audrea."
Yoana mengusap bahunya yang terbuka, karena kebetulan dress yang dikenakannya memiliki model off shoulder, memperlihatkan bahu hingga leher jenjangnya.
Dirga yang menyadari Yoana yang sepertinya tengah merasa kedinginan pun segera membuka jasnya, lalu meletakkannya pada bahu Yoana, yang tentu saja membuat Yoana terkejut, "Sorry, seharusnya kita mengobrol di dalam aja." Ujar Dirga menyesali keputusannya yang mengajak Yoana untuk berbincang di bagian restoran yang bertema outdoor di lantai tiga, atau bisa dibilang bagian rooftop yang sengaja Calvin buat untuk seseorang yang menginginkan tema garden tanpa menghilangkan tema Yunani dari Hutama's kitchen. Pilar-pilar tinggi, patung dewa-dewi mitologi Yunani, dan juga sebuah air mancur besar di tengah-tengahnya. Dirga pikir akan lebih nyaman dengan mengajak Yoana berbincang di sana karena tempatnya yang tidak terlalu ramai juga dapat menikmati suasana city light kota Jakarta pada malam hari. Tapi ternyata ia salah, cuaca malam ini cukup tidak mendukung, angin berhembus cukup kencang.
"Mau ke dalam aja? Gabung dengan teman-teman gue yang lain." Tawar Dirga pada Yoana.
"Di sini aja nggak apa-apa, di dalam berisik gue nggak suka." Ujar Yoana yang tentu saja di setujui oleh Dirga, karena sebenarnya Dirga sendiri juga tidak menyukai suasana yang ramai, telinganya suka berdenging jika mendengar suara yang terlalu kencang. Sama seperti jika ia pergi ke klub.
"By the way, gue pakai dulu nggak apa-apa?" Tanya Yoana dengan menunjuk jas Dirga yang terpasang di bahunya.
"Ya, pakai aja."
"Thanks." Yang dibalas Dirga dengan anggukan lalu kembali meneguk cocktail nya.
Hening sejenak, hanya terdengar gemericik air mancur juga suara musik yang samar-samar terdengar dari dalam restoran. Keduanya terdiam, berkelana pada pikiran mereka masing-masing, dengan sesekali Dirga juga sempat bertegur sapa pada orang-orang yang menyapanya, dan diikuti Yoana dengan senyuman ramahnya ikut menyapa walaupun tidak mengenal orang-orang tersebut.
"Gue cukup terkesan dengan circle pertemanan lo dengan geng lo itu," ujar Yoana mencoba kembali membuka perbincangan.
"Maksud lo kami berlima?" Kami yang Dirga maksud adalah ia, Calvin, Rendi,Nico dan Elang.
"Ya, apakah ada seleksi khusus untuk bergabung dalam circle kalian? Seperti misalnya memiliki penampilan yang good looking? Memiliki prestasi dalam berkencan dengan perempuan atau syarat yang lain?" Tanya Yoana yang berhasil membuat Dirga terkekeh geli. Seperti itukah penilaian orang-orang terhadap gengnya itu?
"Sebenarnya nggak ada syarat apapun. Kebetulan aja kami berlima memiliki selera humor yang sama, hobi yang sama, lalu bisa nyambung dan asik kalau ngobrol. Jadi ya udah, jadilah kami berlima dekat dan jadi sering ngumpul."
Yoana mengangguk paham, "Ah, apa kalian berniat untuk merekrut member baru?" Guraunya.
"Siapa saja bisa masuk geng kami, Ana. Lo tertarik?"
Yoana mendengus, "No, thanks. Tapi sepertinya orang-orang udah terlanjur segan untuk masuk dalam geng kalian itu."
Dirga mengerutkan keningnya, "Why? Kami nggak gigit." Gurau Dirga yang dibalas Yoana dengan memutar bola matanya.
"Look! Siapa yang nggak segan kalau geng kalian aja isinya bukan orang sembarangan. Yang paling jelas, karena adanya Calvin. Dan gue juga percaya kalau kalian berlima berasal dari golongan yang sama. I mean, you guys from first class people."
Dirga menyugar rambutnya, lalu menolehkan wajahnya sepenuhnya kearah Yoana, "Sebelumnya gue mau minta maaf. Tapi dari apa yang lo sampaikan, gue bisa simpulkan kalau lo mengira pertemanan kami hanya sebatas karena berasal dari keluarga yang, well, keluarga terpandang atau kaya raya. Begitu?"
Yoana tersenyum, dan mengendikan bahunya, "Mungkin seperti itu? It's just my thoughts. Kalau itu nggak benar, I'm truly sorry. Maaf, kalau pendapat gue menyinggung kalian."
Dirga tersenyum, mengibaskan tangannya, mengisyaratkan tidak mempermasalahkan pendapat Yoana terhadapnya, "It's okay. Gue juga nggak terlalu peduli pendapat orang lain terhadap gue, begitu pula teman-teman gue. Banyak diluar sana menganggap kami hanyalah anak-anak yang memanfaatkan nama belakang kami untuk mencapai kesuksesan."
Dirga menatap manik Yoana yang juga sedang menatapnya, "Ya mungkin banyak yang seperti itu. Tapi bagi kami berlima, hal semacam itu haram hukumnya." ujar Dirga diikuti kekehan kecil setelahnya.
"Asal lo tau," Yoana menaikan sebelah alisnya menanggapi perkataan Dirga, yang kemudian laki-laki itu kembali melanjutkan kalimatnya, "Kami berlima memang berasal dari keluarga yang berada. Tapi kami mendapatkan kesusksesan kami sekarang, ya dengan hasil usaha kami sendiri."
"Calvin contohnya, dia mengembangkan usahanya sendiri, dengan namanya sendiri, Prahasa. Padahal kalau dia mau, tinggal pakai nama Hutama juga pasti dia nggak perlu susah-susah cari kolega."
"Kecuali untuk yang satu ini, Hutama's kitchen sengaja Calvin persembahan untuk hadiah ulang tahun pernikahan orangtuanya. Jadi sengaja pakai nama Hutama."
Yoana mengangguk, baru saja akan menanyakannya, namun Dirga sudah lebih dulu menjelaskan.
"Waktu kuliah di London, Calvin bahkan pernah kerja jadi barista di kedai kopi. Gajinya nggak seberapa, padahal dia kalau butuh uang juga bisa tinggal minta. Setau gue, selama kuliah itu Calvin dapat uang saku dari hasil dia part time."
"Dulu lo sekampus dengan Calvin?" Tanya Yoana.
"Iya."
"Lalu bagaimana dengan lo?"
Dirga menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum tipis, "Fun fact, gue pernah hampir gila dulu."
-
Update lagiii!! Nggak gumoh kan kalian dapet triple update? Hihi
Info update atau spoiler cek,
ig: _raawwrr.rr

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
Ficción GeneralGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022