Yoana berdecak pelan dan terus berjalan mengikuti Leona yang tampil anggun mengenakan dress keluaran brand ternama—yang sudah pasti harganya bisa menguras isi dompetnya.
Memasuki sebuah restoran mewah yang Yoana lihat banyak berjajar karangan bunga berisi ucapan selamat atas dibukanya Hutama's kitchen dari nama-nama yang sudah sangat familiar baginya. Mulai dari artis, kalangan pejabat, hingga nama-nama para konglomerat negeri ini.
Hanya dengan membaca nama restorannya saja Yoana sudah dapat mengetahui siapa pemiliknya.
Siapa lagi kalau bukan salah satu dari keluarga Hutama, kemungkinan besarnya adalah Calvin. Ya, laki-laki itu memang sedang gencar-gencarnya membuka berbagai usaha baru di tahun ini. Namanya disebutkan di banyak artikel bisnis edisi terbaru yang Yoana sering baca tiap pagi. Bayangkan sekaya apa laki-laki itu sekarang, di usianya yang baru memasuki awal kepala tiga, namun ia sudah memiliki berbagai aset yang dapat mengucurkan uang untuk mengisi dompet dan saldo di rekeningnya. Pantas saja laki-laki itu digilai para wanita.
"Mana yang katanya hanya makan malam biasa," sindir Yoana. Dengan berbisik pada Leona.
"Hehe, I'm sorry girl. Kalau nggak gitu lo pasti menolak terus. Nanti pekerjaan gue yang jadi taruhannya." Balas Leona juga dengan berbisik.
"I bet, semalam lo kesal bukan karena kalah main game kan? Tapi karena Calvin, am I right?" Tebak Yoana setelah keduanya mengambil gelas yang berisi cairan berwarna oranye yang baru saja ditawarkan oleh seorang laki-laki dengan pakaian khas pramusaji—setelan kemeja putih dengan celana hitam dan tak lupa dasi kupu-kupunya.
Leona terkekeh kecil kemudian mengangguk, "Enjoy the party. Gue mau mencari si bos dulu. Laporan kalau gue bisa membujuk lo."
"Ya, tapi jangan lama-lama." Yang dibalas Leona dengan kedipan mata juga sign oke dengan jarinya.
Yoana mengedarkan pandangannya, grand opening Hutama's kitchen tidak bisa di bilang hanya pembukaan restoran biasa. Lebih terlihat seperti pesta formal yang dihadiri para orang-orang penting. Sungguh kehormatan baginya bisa ikut dalam acara ini, karena tidak semua orang bisa menghadirinya.
Tidak berbeda dengan klub yang pernah Yoana datangi tempo hari. Suasana Hutama's kitchen tidak kalah mewahnya dari klub milik Calvin. Kalau klub milik Calvin lebih cenderung bertema industrial, mengedepankan warna gelapnya. Sedangkan Hutama's kitchen memadukan warna putih gading dan juga gold. Ditambah Pilar-pilar marmer semakin menambah kesan mewahnya. Sudah terlihat seperti bangunan Yunani kuno. Dan Yoana sangat menyukai designnya.
"Terpesona dengan designnya?"
Eh?
Yoana menyipit, mengamati wajah seorang laki-laki yang tiba-tiba mengajaknya berbincang, nampak tidak terlalu asing baginya, "If I'm not mistaken, are you Rendi? Calvin's and also Dirga's friend."
Laki-laki itu mengangguk, "Lo pasti sedikit pangling, karena gue lepas kacamata kan?"
Yoana tersenyum, "Ya. Dan jawaban dari pertanyaan lo tadi, ya gue terkagum dengan design dari Hutama's kitchen ini. The architec and also Calvin has a good taste."
"Glad to hear that,"
Yoana seketika teringat kalau Rendi adalah seorang arsitek, mungkin ini adalah salah satu hasil karyanya. "Is this your design?"
Rendi mengangguk, "Atas permintaan dari Calvin. Selera Calvin memang cukup tinggi, gue akui itu."
Yoana mengangguk setuju.
"Lo datang ke sini sendiri?" Tanya Rendi.
"Nggak, gue dengan Leona. Tapi dia sedang mencari Calvin."
"Oh, got it." Jawab Rendi dengan menganggukkan kepalanya.
"How about you?"
"Gue datang dengan... nah itu dia." Yoana seketika mengalihkan pandangannya, mengikuti kemana arah tatapan Rendi mengarah, dan betapa terkejutnya ia melihat seorang perempuan dengan balutan dress warna biru tuanya itu yang kini berjalan ke arahnya.
How can?
Bagaimana bisa perempuan itu datang bersama dengan laki-laki lain? Padahal kemungkinan besar Dirga juga ada disini.
"Audrea?"
Perempuan itu tersenyum, "Mbak Yoana juga di undang? So glad to meet you again, Mbak."
"Kalian saling kenal?" Tanya Rendi.
"Ya. She is Dirga's girlfriend right?" Jawab Yoana dengan melirik Audrea yang kini berdiri bersebelahan dengan Rendi.
"Oh, ternyata kalian di sini," ketiganya sontak menoleh pada seseorang yang baru saja tiba.
Laki-laki yang mengenakan setelan jas two piece nya. Bahkan nampak terlihat biasa saja ketika melihat keberadaan Audrea yang berdiri di sebelah Rendi. Dan malah menunjukkan senyum lebarnya pada Yoana,
Dirga.
Dirga yang merasa melihat kejanggalan dari ekspresi wajah Yoana pun seketika menyadari apa yang ada dalam pikiran perempuan yang tampak cantik dengan balutan dress warna merahnya itu. Lalu tersenyum,
"Sepertinya ada kesalahpahaman disini." Ujar Dirga sembari melirik Yoana.
-
Masih pengen bikin Yoana salah paham atau pengen cepet-cepet di jelasin nih? 😏
Oh, dan buat kemarin-kemarin tanya kok Dirga Yoana belum ada pertemuan yang proper, alasannya ya karena kalo di kehidupan nyata juga gitu kan? Awal awal belum terlalu intens ketemu (nggak sengaja ketemu). Nah baru nanti tukaran nomor telepon, lama-kelamaan janjian, ngobrol-ngobrol, mulai tau sifat satu sama lain, baru deh deket. Singkatnya sih semuanya butuh proses, nggak usah buru-buru, Katanya Dirga gitu.
Info update atau spoiler cek,
ig: _raawwrr.rr

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
Ficción GeneralGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022