BAB 60

5.3K 515 24
                                    

Beberapa hari terakhir setiap malam selalu saja hujan. Begitupun sekarang, diluar hujan cukup deras, padahal di bulan ini sudah tidak seharusnya turun hujan.

Yoana mengamati rintik hujan yang membasahi kaca jendela apartemennya. Banyak orang membenci hujan karena hujan membatasi aktivitas mereka, namun berbeda halnya dengan Yoana.  Yoana selalu menyukai suasana seperti ini. Damai dan tenang.

Suara pintu yang terbuka menginterupsi kegiatan melamunnya. Dirga keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah, pakaian kantornya juga sudah berganti dengan pakaian yang lebih santai.

Yoana tersenyum memperhatikannya, "Ini diminum dulu kopinya, nanti keburu dingin." Ujar Yoana saat Dirga ikut duduk bergabung bersamanya di sofa.

"Thank you."

"Maaf ya, akhir-akhir ini aku sering ngerepotin kamu." Sambung Dirga usai meyesap kopinya.

"Ngerepotin gimana? Nggak tuh." Tanya Yoana sambil menautkan kedua alisnya.

Dirga terkekeh kecil kemudian mendekatkan duduknya dengan Yoana, membawa tubuh perempuannya itu untuk bersandar di dadanya, "Dingin ya?" Yang dibalas Yoana dengan anggukan kepala.

Mendapatkan jawaban seperti itu dari Yoana membuat Dirga semakin berani mengeratkan pelukannya, "Iya ngerepotin, soalnya beberapa hari terakhir aku numpang makan malam di sini terus."

Hujan dan pelukan Dirga merupakan kombinasi sempurna. Yoana tidak akan pernah menyangkalnya lagi. Karena dua hal itu mungkin sudah mulai menjadi kesukaannya.

Jujur saja beberapa hari yang lalu Yoana masih sangat ragu dengan jawaban yang telah ia berikan pada Dirga. Saat mengatakannya di hari itupun sebenarnya Yoana masih diambang keraguan. Hanya saja, Yoana berani mengatakan iya, karena tidak ada salahnya untuk memberi Dirga kesempatan lebih kan?

Dirga seorang laki-laki yang baik, selama ini dia juga selalu memperlakukannya dengan sangat baik, Dirga tidak pernah mengecewakannya. Dan itu berarti Dirga memang benar-benar serius. Lalu apa lagi yang harus Yoana khawatirkan? Tidak ada kan?

Yoana mendongakkan wajah, menatap Dirga yang kini tengah asik memejamkan kedua matanya, "Apaan deh. Kenapa sekarang kamu malah ngerasa sungkan gini? Kemarin-kemarinnya, sebelum kita pacaran aja kamu suka seenaknya main kesini."

Dirga membuka mata saat hidungnya mendapatkan hadiah cubitan kecil dari Yoana, "Memangnya sekarang kita pacaran ya?"

Menggoda Yoana adalah kegiatan favoritnya. Apalagi saat Yoana mengatakan kata kita untuk menggambarkan mereka berdua.

Yoana tersentak sejenak, merenungkan maksud perkataan dari Dirga.

Kalau bukan pacar, lalu apa?

Dirga tersenyum semakin lebar ketika menyadari kernyitan dalam pada dahi Yoana, "Kita bukan lagi remaja Yoana. Kata pacaran sepertinya kurang tepat, aku lebih suka mengatakan kalau hubungan kita ini lebih dari itu."

Dirga menyelipkan anak rambut Yoana yang menutupi sebagian wajah ayunya. Kemudian kembali melanjutkan kalimatnya, "Terserah kalau kamu mau anggap hubungan kita ini pacaran atau apa. Tapi ada satu hal yang perlu kamu tau, Na. I want you to be my wife. Only you."  Dirga menatap kedua mata beriris coklat dihadapannya itu penuh harap, "Jadi...kalau kamu udah siap, bilang ya? Kapan pun. Aku akan langsung datang ke rumah papa mama mu."

Tatapan mata itu. Baru kali ini Yoana melihatnya.

Rasanya Yoana sangat ingin menangis sekarang. Yoana tidak pernah menyangka kalau perasaan Dirga untuknya memang sedalam ini.
Yoana tidak pernah merasakan bagaimana rasanya dicintai seseorang selain ibunya setulus dan sebesar ini.

Dan setelah mengalaminya sendiri, Yoana menjadi penasaran juga bertanya-tanya. Jasa apa yang pernah dilakukannya dulu, di kehidupannya yang sebelumnya sampai-sampai di hidupnya kini ia dipertemukan dengan orang seperti Dirga yang begitu besar mencintainya.

Pantaskah dirinya?

Yoana membawa tangannya untuk membelai lembut wajah tampan lelakinya, dengan mata yang saling berpandangan, Yoana menganggukkan mantap kepalanya.

"Terima kasih, Dirga. Terima kasih  karena sudah mau menunggu sampai detik ini."

Dirga tersenyum, lalu menurunkan pandangannya pada benda yang sudah cukup lama di idam-idamkannya itu.

Bibir tipis berwarna pink tanpa polesan yang selalu menyunggingkan senyum manis untuk menyapanya. Dan dari sana pula namanya selalu terlantun merdu setiap kali Yoana memanggilnya.

Dirga mengusap sudut bibir itu dengan ibu jarinya, "Kalau aku bilang aku mau ini sekarang, apa kamu mengizinkan?" Tanyanya dengan nafas yang mulai memberat.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Yoana saat ini. Yoana tidak sanggup mendeskripsikannya. Jantungnya berdegup sangat cepat, kelewat cepat. Seolah dirinya baru saja menyelesaikan lari maraton tanpa mengambil waktu istirahat. Rasanya sangat gila.

Yang bisa Yoana lakukan sekarang hanyalah memejamkan matanya. Lalu mengangguk samar. Berharap semoga saja Dirga mengerti kalau ia sudah mengizinkan laki-laki itu untuk melakukannya tanpa berkata.

Perlahan namun pasti, Yoana dapat merasakan hembusan hangat nafas Dirga semakin dekat menerpa wajahnya. Lalu seketika pipinya terasa panas, saat bibir Dirga mulai mengecup lembut bibir miliknya. Ya, hanya kecupan. Dirga beberapa kali memberinya sebuah kecupan manis di bibirnya. Kecupan ringan yang syarat akan rasa kasih sayang.

Yoana perlahan kembali membuka matanya saat dirasa Dirga telah selesai dengan itu semua, namun nyatanya salah. Dirga terkekeh kecil, "Belum selesai, sayang."

Dan lagi, Dirga kembali mendekatkan wajahnya pada Yoana, mempertemukan bibir keduanya dalam sebuah ciuman mesra. Sangat manis, tidak terburu-buru, Dirga benar-benar memperlakukannya dengan begitu lembut. Yoana juga dapat merasakan ditengah ciuman itu Dirga sempat tersenyum.

Damn, he is a good kisser. Batin Yoana.

Ini memang bukan ciuman pertamanya, namun Yoana berani mengatakan kalau Dirga lah yang terbaik.

"I love you." Bisik Dirga tepat setelah melepaskan pangutan bibir mereka ketika dirasa Yoana yang mulai kehabisan nafas.

Berbeda dengan Dirga yang terlihat begitu tenang, Yoana yang masih dengan nafas memburunya memeluk tubuh beraroma musk kesukaannya itu. Membenamkan wajah semerah tomatnya itu pada dada bidang Dirga.

"I love you too."

Dirga terkekeh melihat tingkah malu-malu Yoana.

"You're so cute."

Yoana memukul pelan dada Dirga karena tidak suka digoda seperti itu,  "Menyebalkan!"

"Kok menyebalkan? Seriusan kamu lucu. Aku muji kamu, bukan godain kamu." Ujar Dirga membela diri.

"Ngomong - ngomong kamu mau pulang atau menginap?"

Dirga bergumam sendiri, menautkan kedua alisnya, terlihat begitu serius memikirkan jawaban apa yang akan diberikannya.

"Menginap, aku tidur di sofa." Putusnya.

"Sana kamu ke kamar, tidur. Jangan lupa kunci pintu!" Tambahnya sambil mengusak rambut Yoana.

-

Tetap update walaupun komennya belum sampai 50. Gak nyangka votenya bisa tembus lebih dari 50 dalam sehari. Terharuuuu :') makasih banyak ya support nya!!

Jujur aku baper nulis part ini:)
Dirga manis bangettttt. Madu aja kalah manis kayanya.

Yang belum tidur, dan sempat baca ini, semoga nanti mimpi indah ya. Dan buat kalian yang baru baca paginya, semoga part ini bisa buat kalian semangat beraktivitas hahaha

Happy weekend

Info update atau spoiler cek,
ig: _raawwrr.rr

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang