BAB 16

9K 724 30
                                    

"It's such an honor to have you as a part of the team, Mr. Dirga."

"Ah, thank you so much. Dan tidak, it's my honor. Saya yang sangat berterimakasih pada anda yang sudah percaya pada perusahaan kami, sir."

Sosok yang Dirga panggil sir itu seketika tersenyum dan menepuk pundak Dirga, "Seperti yang sebelum-sebelumnya. Sepertinya memang kami selalu berjodoh dengan orang-orang dari BCG. Tidak pernah mengecewakan." Ujarnya yang dibalas anggukan oleh Dirga.

"Kalau begitu saya pamit. Enjoy your lunch."

"Ya, begitupun anda." Sahut Dirga sebelum akhirnya bos dari perusahaan tempat Yoana itu berlalu meninggalkannya dan menyisakan Dirga dengan teamnya.

Ya, Dirga memang tengah berada di perusahaan tempat Yoana bekerja, usai melakukan meeting. Namun sayangnya kali ini ia tidak bisa bertemu dengan perempuan itu. Padahal Dirga sudah menyiapkan seribu satu macam topik pembicaraan untuk sekedar berbincang dengan Yoana di beberapa kesempatan.

"Lo gabung kita makan siang di tempat biasa atau gimana, Dir?" Tanya Tian. Salah satu rekan setimnya yang ikut mewakili perusahaan.

Dirga melirik jam tangannya, lalu menggeleng, "Ehm, kalian duluan aja. Gue dhuhur dulu disini. Waktunya mepet, takut nggak kekejar." Ujar Dirga pada Tian dan John. Mengingat kedua temannya itu tidak mungkin ikut dengannya.

Tian mengangguk paham.

"Oke, kalau gitu kita duluan Dir." Pamit John yang diangguki Dirga.

"Yo! Hati-hati."

Setelah memisahkan diri dari kedua temannya, Dirga memutuskan untuk menuju mushola yang berada di sisi barat gedung.

Dengan menenteng jas hitamnya, masih dengan lengan kemeja yang digulung hingga siku, Dirga yang baru saja akan melangkahkan kakinya usai memakai kembali sepatunya seketika mengurungkan niatnya saat suara seseorang menyapanya.

"Gue nggak salah orang berarti." Ujar seseorang itu yang kini sudah berdiri di samping Dirga.

"Adrian?" Tanya Dirga memastikan laki-laki yang sepertinya sama seperti Dirga—baru selesai dengan kewajibannya.

"Ya. Gimana meeting tadi?" Tanya Adrian mencoba berbasa-basi.

"Well, sejauh ini oke. Cuma tadi ada sedikit miss, karena beberapa data penting ada di Yoana yang kebetulan lagi tugas di luar."

"Ah, iya. Gue baru ingat kalau selama tiga hari kedepan Yoana ada tugas di luar kantor."

Adrian menolehkan wajahnya kearah Dirga, "Lalu, how about you and Yoana?"

Dirga mengernyit, "Sorry?"

Adrian mendengus, "Come on! Lo nggak perlu repot-repot menyembunyikannya dari gue."

Dirga masih diam membiarkan Adrian kembali melanjutkan kalimatnya.

"Cara lo memperlakukan Yoana itu sama dengan apa yang gue lakukan ke Yoana."

Adrian tersenyum kecut, "Tapi sayangnya Yoana nggak pernah menganggap semua perlakuan gue itu serius."

Apa maksud Adrian menyampaikan semua ini padanya, batin Dirga.

"Mungkin karena gue yang terlalu sering menjahili dia, jadi Yoana merasa kalau semua tingkah gue itu hanya sebatas bercandaan."  Tambah Adrian lagi.

"You like her, right?" Tanya Adrian tiba-tiba pada Dirga.

Dirga membasahi bibirnya yang terasa kering.

Apa yang harus ia katakan? Kalau ia jawab iya, maka secara langsung Dirga akan mengajak Adrian untuk bersaing. Dirga juga masih punya hati untuk tidak menyakiti perasaan Adrian yang lebih dulu menyukai Yoana, daripada ia sendiri yang entahlah perasaan apa yang dimilikinya terhadap Yoana.Tapi kalau dijawab tidak, bisa-bisa ia kalah start.

"You know the answer." Jawab Dirga akhirnya. Terserah apa kesimpulan Adrian.

Adrian tersenyum lalu mengangguk, "Sesuai perkiraan gue."

"Ah, gue ingat. Beberapa hari yang lalu lo bertemu dengan Yoana di pembukaan restoran Calvin kan?" Tanya Adrian yang diiyakan oleh Dirga.

"Lo ada disana juga?" Tanya Dirga.

Adrian terkekeh, "Ngapain gue disana? Nggaklah. Gue nggak ada alasan buat ada disana."

"Yoana yang cerita." Sambungnya.

Tanpa sadar Dirga menarik tipis sudut bibirnya.

Mengetahui kalau Yoana menceritakan pertemuan mereka kala itu pada seseorang, itu berarti Yoana menganggap pertemuan keduanya berkesan kan?

"Dia bilang ke gue kalau....

Dirga menaikkan sebelah alisnya.

Sial! Sepertinya sahabat dari Yoana ini sengaja membuatnya penasaran, dengan sengaja menjeda kalimatnya cukup lama seperti ini.

"Kalau selera humor lo buruk."

"Hah?"

Adrian tertawa terbahak, padahal tidak ada hal lucu sama sekali.

Atau ekspresi wajahnya terlalu berlebihan dan terlihat konyol dimata Adrian? Hingga membuat laki-laki itu mentertawakannya.

"Gue juga nggak paham. Yoana sepertinya kesal dengan lo." Ujar Adrian ditengah sisa tawanya.

Kesal? Hal apa yang membuat Yoana kesal padanya, batin Dirga.

Seingatnya malam itu ia tidak sekalipun melakukan hal yang bisa mengakibatkan seseorang kesal padanya. Apa iya mengobrol panjang lebar termasuk suatu hal yang membuat Yoana kesal? Tapi malam itu Yoana terlihat biasa saja. Bahkan perempuan itu yang banyak bertanya.

Adrian menepuk dahinya pelan, "Gue lupa lo pasti belum makan siang kan? Gue malah ngajakin lo ngobrol."

Dirga terkekeh kecil, sifat Adrian hampir mirip seperti Calvin. Garis bawahi, banyak bicara. Tapi bagi Dirga itu bukanlah masalah yang besar, hal itu malah membuat Dirga merasa nyaman dan tidak merasa canggung.

"Nggak apa-apa, gue masih ada waktu."

"Tapi sayangnya gue keburu ada meeting. So, see you next time bro!" Pamit Adrian.

"Eh, kelupaan," ujar Adrian lagi setelah melangkah beberapa meter dan kembali membalikkan badannya menghadap Dirga.

"Well, kalau lo benar-benar menyukai Yoana. Jangan pernah sekalipun lo membuat dia kecewa. Cuma itu yang bisa gue bilang."

-

Anggap ini part pertanda aku yang kembali aktif setelah sebulan menghilang.

So how r u guys? Yang puasa masih kuat kan?

Ayo comment yang banyakkkk!! Aku suka tau berinteraksi sama kalian di disini. Aku serasa jadi punya banyak teman baru.

Info update atau spoiler cek,
ig: _raawwrr.rr

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang