BAB 23

7.5K 711 9
                                    

Dirga sudah menunggunya di lobby.

Itu yang Yoana dapati setelah membaca pesan yang beberapa menit yang lalu laki-laki itu kirimkan ke nomornya.

Tepat pukul lima sore. Sesuai dengan apa yang laki-laki itu janjikan siang tadi.

Yoana terkesan.

Selain seorang yang cerdas dan menyenangkan, ternyata laki-laki Diprasetya itu juga orang yang disiplin. Begitu pikir Yoana menilai seorang Dirga.

Tentang janji tadi siang, kebetulan tadi siang timnya memang ada jadwal  meeting dengan BCG, dan sudah dipastikan Dirga lah orang yang dikirim untuk mewakili perusahaannya. Jadilah usai meeting Dirga mengajaknya berbincang sejenak saat di meeting room hanya tersisa mereka berdua. Uhm, lebih tepatnya sepertinya laki-laki itu memang sengaja menunggunya. Laki-laki itu hanya mengatakan kalau nanti pukul lima ia akan menjemput Yoana. Hanya itu, dan setelahnya Dirga langsung pamit, bahkan menolak tawaran makan siang bersama dari Yoana. Masih ada urusan lain dikantor yang belum diselesaikannya. Begitu katanya.

Walaupun sejujurnya Dirga sungguh ingin menyanggupi ajakan tersebut. Kalau saja  bukan karena ada meeting lain yang harus dihadirinya. Sudah dipastikan Dirga tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Semoga saja kesempatan itu datang lagi di lain waktu.

"Astaga!!" Pekik Yoana.

Bagaimana Yoana tidak terkejut, disaat ia baru saja membuka pintu, ia langsung mendapati sosok tinggi berdiri di hadapannya.

Dirga.

"Katanya di lobby," ucap Yoana setelah menormalkan kembali degup jantungnya.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Yoana, laki-laki itu malah tersenyum. Lalu tangannya terulur meraih tas milik Yoana dari tangan perempuan itu.

"Let me," ujarnya, yang membuat Yoana mau tidak mau membiarkan laki-laki itu mengambil alih tasnya.

"Masa gue tega membiarkan perempuan membawa bawaan seberat ini sendirian." Ujarnya menambahi.

Yoana terkekeh, "Nggak seberat itu juga padahal." Sahut Yoana menanggapi.

"Ini udah yakin nggak ada yang ketinggalan?" Tanya Dirga memastikan, sebelum mereka benar-benar meninggalkan apartemen Yoana.

"Iya. Kalaupun ada yang ketinggalan nanti bisa beli."

Dirga mengangguk, "Oke," lalu mereka berjalan bersama menuju lift.

"Gue nggak perempuan sendiri kan nanti?" Tanya Yoana yang seketika teringat akan hal tersebut, yang bisa dikatakan sebenarnya sudah sangat terlambat. Karena seharusnya Yoana menanyakan hal itu sejak awal ketika Dirga menawarkan untuk berlibur bersama satu minggu yang lalu.

"Nggak. Setahu gue Calvin mengajak Leona juga. Eh, sepertinya gue belum ngasih tau itu ke lo?"

Yoana terkejut sekaligus senang ketika mendengar kalau ternyata sahabatnya itu juga ikut bergabung, "Jadi Leona ikut juga?"

Dirga mengangguk, "Mungkin lebih tepatnya dipaksa ikut Calvin. Seperti lo nggak tau Calvin aja." Yang Yoana balas dengan kekehan juga anggukan kepala.

Obrolan mereka terhenti ketika tiba-tiba Yoana menolehkan kepalanya pada seseorang yang Dirga pikir memang sedang menyapa Yoana dengan panggilan...Alya?

"Sore Mbak Alya,"

"Sore juga, Pak." Ujar Yoana membalas sapaan dari seorang sekuriti yang dikenalnya, lalu meluangkan waktunya untuk berbincang sejenak dengan Pak Kardi, setelah sebelumnya meminta izin pada Dirga dan dibalas anggukan oleh laki-laki itu. Dirga juga sesekali ikut menyahuti ketika Pak Kardi melontarkan beberapa pertanyaan padanya.

"Saya pikir Mbak Alya bakal sama Mas Drian. Eh, tapi jodoh emang nggak ada yang tau." Ujar Pak Kardi tiba-tiba.

Dirga mengerutkan dahinya,

Drian itu Adrian? Teman kantor Yoana yang itu?

Sedangkan Yoana tertawa membalas perkataan Pak Kardi, sembari mengibaskan tangan, menyangkal

"Nggak mungkinlah, Pak. Kalau gitu saya pamit pergi dulu ya Pak, takut kemalaman." Pamit Yoana yang diikuti oleh Dirga kemudian.

"Saya juga pamit ya, Pak. Kapan-kapan kalau saya kesini lagi kita ngopi bareng." Ujar Dirga lalu terkekeh.

"Siap, Mas. Sepertinya sih bakal sering ngopi bareng. Iya kan Mbak Alya?"

"Hah? Iya." Jawab Yoana sekenanya, karena ia baru saja mengirimkan pesan pada Leona.

***

"Rest area sebentar ya?" Tanya Dirga pada Yoana sesaat mobilnya mulai mendekati rest area.

Yoana seketika mengecek jam di pergelangan tangannya, sebentar lagi waktunya Maghrib, "Mau Maghrib an dulu?"

"Iya, takutnya telat kalau nunggu sampai disana."

Lalu setelahnya Yoana memutar tubuhnya kebelakang untuk meraih tas di jok belakang, diambilnya tas mukena dari sana.

"Na,"

"Ya?"

"Habis Maghrib, nanti makan dulu nggak apa-apa?"

"Boleh, biar lo bisa istirahat juga. Pasti capek nyetir dari tadi. Salah sendiri diajak gantian nggak mau." Sindir Yoana pada Dirga.

"Gue udah biasa perjalanan jauh. Nyetir dari Jakarta ke Bogor belum ada apa-apanya." Diliriknya sekilas sosok Yoana yang sibuk mengamati lalu lalang kendaraan dari jendela disampingnya.

"Boleh minta tolong chat Calvin? Bilang kalau kita bakalan sedikit telat sampainya."

"Boleh, nomornya Calvin masih yang itu kan? Nggak ganti."

Dirga menolehkan wajahnya pada Yoana yang kebetulan juga tengah menatapnya, lalu mengangguk, dan kembali memfokuskan perhatiannya mencari tempat untuk memarkirkan Range Rover nya.

Iya, Range Rover.

Saat diparkiran apartemen, pada awalnya Yoana juga sempat terkejut saat tiba-tiba saja Dirga menghentikan langkahnya di samping Range Rover yang terparkir disana, kemudian membuka pintu bagian belakang dan meletakkan tas miliknya yang laki-laki itu bawakan di jok bagian belakang.

Yoana menautkan kedua alisnya,

Seingatnya mobil Dirga bukan ini, melainkan Audi berwarna hitam yang pernah dilihatnya kala itu.

"Ganti mobil?" Tanya Yoana.

"Nggak, yang biasanya masih ada. Cuma kalau perjalanan jauh mending pakai yang ini, lebih enak." Jelas Dirga pada akhirnya. Yang seketika dapat Yoana simpulkan bahwa laki-laki itu memiliki lebih dari satu unit mobil.

Hah! Tidak heran sih, anak BCG kan gajinya dolar. Batin Yoana memaklumi.

-



Info update atau spoiler cek,
ig: _raawwrr.rr

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang