Sepi, begitulah kondisi apartemennya saat ini tanpa kehadiran Leona yang sudah dua minggu meninggalkannya.Yoana yang sudah terbiasa repot dengan berbagai macam omelan dari Leona, hingga teriakan dari perempuan itu, menjadi merasa seperti ada yang kurang saat tidak ada sosoknya.
Yoana meluruskan kakinya pada sofa, berselimutkan kain guna menghalau udara dingin akibat hujan yang turun cukup deras diluar sana. Kopi latte dan sepiring kue kering menjadi teman menonton serial Netflix untuk menghabiskan waktu senggang nya kali ini, sendirian. Sebelum..
"Sebentar," ujar Yoana setelah meletakkan mugnya keatas meja ketika mendengar bel pintu apartemennya berbunyi.
Siapa yang mengunjunginya?
Leona? Apa ada barang yang tertinggal?
Atau...
Yoana meringis melihat kondisi orang yang berdiri di balik pintu apartemennya saat ini.
Dirga dengan penampilan basah kuyup, berdiri di hadapannya.
"Masuk dulu!" Yoana melebarkan pintunya, memberi jalan agar Dirga masuk kedalam apartemennya.
"Udah tau musim hujan, tapi nggak bawa payung. Jadi basah gini kan." Ujar Yoana setelah menutup kembali pintu.
"Dari parkiran ke lobby dekat, ngapain pakai payung. Laki masa takut hujan."
Yoana menepuk lengan Dirga sedikit keras, "Nanti sakit lagi, siapa yang repot?" Omelnya.
"Baginda Ratu Yoana."
Dirga terkekeh. Laki-laki itu sengaja langsung ke tempat Yoana usai bekerja. Setelah siang tadi Tian memberitahunya kalau Yoana mencarinya, tidak, maksudnya Yoana datang mengembalikan kacamatanya yang tertinggal. Dan karena Yoana yang harus segera pergi, jadilah tidak bisa menunggu Dirga lebih lama, dan akhirnya menitipkan kacamata Dirga pada Tian.
"Kemejanya lepas aja, pakai kaus dalam kan?"
Dirga menyipitkan matanya, "Pakai nggak ya? Mau bantu mengecek?"
Yoana yang sudah kebal dengan seribu satu jurus gombalan Dirga hanya bisa mendengus, "Nggak usah gaya mau pamer abs. Nanti yang ada masuk angin, minta kerokin."
Dirga tertawa, "Tau dari mana gue punya abs? Pernah mengintip, ya?"
"Oh, atau kerasa saat dipeluk?" Tambah Dirga sembari melepaskan satu persatu kancing kemejanya. Lalu tangannya mengusap naik turun perut kotak-kotak nya yang tercetak dibalik kaos putih yang ia kenakan setelah seluruh kancingnya sudah terlepas.
Kebetulan hari ini ia memakai kaus dalam, mengingat akhir-akhir ini sudah memasuki musim hujan. Dirga memakai dalaman di balik kemejanya supaya saat hal serupa ini terjadi, kemejanya tidak langsung menampakkan kulit tubuhnya.
"Gue nggak mau punya pacar buncit." Ujar Yoana sambil menerima uluran kemeja dari Dirga.
Mendengar jawaban Yoana membuat tawa Dirga semakin keras, bahkan air mata sampai keluar dari ujung-ujung matanya, "Nggak, nggak, gue rutin olahraga setiap pagi. Renang, atau kadang joging, weekend gue juga ke gym. Calon pacarmu ini nggak buncit. Gue jamin." Ujar Dirga menjelaskan jadwal olahraganya tanpa diminta.
"Iya, terserahlah." balas Yoana lalu berlalu menuju ruang laundry.
"Kesepian nggak semenjak Leona pindah?" Tanya Dirga yang ikut menyusul Yoana ke dapur usai perempuan itu mencuci kemejanya.
"Begitulah, kembali ke kondisi awal sebelum Leona datang." Jawab Yoana.
"Kopi atau teh?" Tanyanya pada Dirga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
General FictionGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022