Dirga tidak tau pasti apa yang terjadi padanya beberapa saat yang lalu—setelah kembali membaringkan tubuhnya di sofa, dan penglihatannya yang memburam lalu menjadi gelap seketika, entah karena tertidur atau tidak sadarkan diri, pingsan. Karena setelah kembali membuka mata, punggung lebar laki-laki yang tak lain adalah milik Elang lah yang didapatinya, yang sepertinya sedang berbincang dengan,
"Yoana?"
Si pemilik nama menggeser sedikit tubuhnya karena terhalang tubuh tinggi Elang yang menjulang dihadapannya. Dan terlihatlah Dirga yang tengah berusaha bangkit mendudukkan tubuhnya.
"Jangan memaksakan diri, Dir. Gue tau lo masih pusing." Ujar Elang ikut menyusul Yoana mendekati Dirga.
"I'm okay." Lalu diperhatikannya sekitar, gorden yang sebelumnya terbuka lebar memperlihatkan view gelapnya langit malam kini sudah tertutup. Lampu ruangan yang seingatnya ia biarkan mati juga sudah dalam keadaan menyala. Oh, tak lupa memperhatikan kondisinya, yang sekarang tubuhnya dalam balutan selimut juga merasa suhu tubuhnya tak setinggi seperti terakhir kali dirasakannya.
"Ah, maaf tadi gue lancang masuk ke kamar lo untuk ambil selimut. Dan pakai dapur lo buat masak." Jelas Yoana tanpa diminta.
Dirga menarik sudut bibirnya, "Anggap rumah sendiri, Ana. Nggak perlu minta maaf." Lalu menaikkan sebelah alisnya saat pandangannya beralih pada Elang yang juga kini ikut menaikkan sebelah alisnya. Seolah bertanya 'apa?' lalu tak lama setelahnya mengangguk-anggukkan kepalanya saat mengerti maksud dari Dirga.
"Calvin. Sebelumnya gue minta tolong Calvin kesini untuk memastikan keadaan lo. Karena tadi gue yang tiba-tiba ada urusan dan nggak bisa segera kesini. Tapi karena dia juga sibuk, jadi ya...lo taulah." Terang Elang selepas Yoana yang pamit kedapur sebentar untuk menyelesaikan urusannya.
Dirga menghela nafasnya, tidak tau harus merasa senang atau malah sebaliknya ketika mendapati Yoana berada disini disaat dirinya tidak dalam keadaan baik.
Sepertinya nanti ia perlu membicarakan hal ini dengan Calvin juga para sahabatnya yang lain, agar kejadian serupa tidak terulang lagi di lain hari.
Yang dimaksudkannya adalah Yoana yang mungkin saja merasa tidak enak, atau mungkin tidak nyaman, atau bahkan merasa terbebani atas permintaan seperti ini dari sahabatnya.
Ya, Dirga memang menaruh rasa pada seorang Yoana, dan tentu saja ingin dekat dengan sosoknya. Tapi kalau sampai seperti ini, rasanya terlalu berlebihan. Apalagi dalam kasusnya mereka belum lama mengenal. Dan akan membuat Dirga terlihat seolah-olah mencari-cari kesempatan.
"Lo ganti baju, gih! Perlu gue bantu ke kamar?"
Dirga mencebik, "Gue bisa sendiri." Dan sendiri yang Dirga maksud adalah dirinya yang memang dapat berjalan ke kamarnya seorang diri, namun dengan Elang yang disuruhnya untuk memungut semua kekacauan yang diperbuatnya. Jas, dasi, sepatu bahkan selimutnya. Dengan argumen 'Bontot harus nurut dengan yang lebih tua'.
***
"Eh, gue pikir lo sudah tidur." Yoana yang sebelumnya ingin membuka pintu kamar Dirga jadi terhenti saat si pemilik kamar sudah lebih dulu keluar dari kamarnya.
Yoana tersenyum, "Uhm, belum."
Dirga mengangguk, lalu berdehem singkat. Kenapa rasanya sangat canggung, batinnya.
"Tadi lo mau apa? I mean, lo tadi mau ke kamar gue pasti karena ada perlu sesuatu kan?"
"Ah, itu..gue hanya mau tanya kalau mungkin lo butuh sesuatu, sekalian gue mau minta izin pinjam bajunya Audrea."

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
Fiksi UmumGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022