BAB 25

6.9K 682 26
                                    

Yoana tidak pernah melihat apalagi memainkan polo sebelumnya. Olahraga tersebut terlalu asing baginya. Yang ia tau ketika sang penjaga gawang mengibarkan bendera, itu berarti bola berhasil masuk. Dan dilihat dari ekspresi wajah Dirga yang sumringah menandakan bahwa tim dari Dirga lah yang memenangkan pertandingan kali ini.

Hanya perasaannya saja atau memang melihat Dirga dan para sahabatnya yang memainkan olahraga beregu tersebut, entah mengapa ia merasa bahwa laki-laki itu tampak terlihat seperti seorang bangsawan. Aura Dirga yang sedang menunggang kuda dengan keringat mengucur deras di dahinya terlihat sangat tampan.

Terlihat laki-laki itu tengah mentertawakan kekalahan Calvin dan Nico yang kebetulan berada di tim yang sama. Ya, Nico sudah tiba tadi pagi buta bersama dengan seseorang yang dikenalkannya bernama Gladista. Kedatangannya cukup menganggu semua orang yang saat itu masih tertidur. Bayangkan saja pukul dua dini hari dimana di jam itu seharusnya semua orang masih lelap tertidur namun harus terpaksa bangun ketika mendengar suara bel yang ditekan tidak sabaran oleh seseorang.  Apalagi bagi para laki-laki yang sepertinya baru saja beristirahat. Terlihat dari mata merah mereka yang membuktikan bahwa mereka masih sangat mengantuk.

"Lo sengaja ya?" Tanya Calvin setelah menutup pintu, lalu diamatinya Nico yang tengah membaringkan tubuhnya di sofa.

"Sengaja?"

"Datang pagi buta. Asal lo tau gue baru tidur satu jam yang lalu."

Nico membuka matanya dan mengendikan bahunya acuh. Malas meladeni omelan Calvin dan sahabatnya yang lain, ditambah seluruh tubuhnya yang terasa pegal setelah perjalanannya dari Jogja ke Jakarta dengan menyetir mobilnya sendiri.

"Ngomelnya besok aja. Demi tuhan gue butuh istirahat sekarang."

Dan permintaan Nico tadi pagi benar benar dikabulkan oleh Calvin kali ini. Laki-laki itu sudah menerima sumpah serapah dari Calvin yang menyalahkan Nico atas kekalahan tim mereka. Dan mengakibatkan Calvin yang harus merelakan uangnya untuk membayar perawatan kuda milik para sahabatnya itu.

"Uang lo nggak akan habis hanya untuk membayar perawatan kuda milik mereka bertiga." Balas Nico dengan entengnya.

"Bukan masalah uang. Tapi harga diri gue. Selama ini gue nggak pernah kalah. Lo tau itu kan?"

Leona yang tepat berada di samping Yoana hanya memutar bola matanya. Perempuan itu merasa sikap bosnya itu sangat kekanak-kanakan.

"Apa kalau di kantor Kak Calvin seperti itu juga?" Tanya Audrea.

"Lebih menyebalkan dari itu. Sampai rasanya gue ingin mencekik dia."

"Halah! Seperti lo berani aja. Diancam potong gaji aja lo langsung diam." Ujar Yoana yang dibalas dengusan oleh Leona.

"Eh, ngomong-ngomong lo beneran manager artis yang lagi naik itu ya?" Tanya Leona pada Gladista, mengingat perempuan itu yang mengenalkan dirinya bekerja sebagai manager dari seorang aktris ternama.

"Iya." Jawab perempuan berambut blonde itu.

"Gimana bisa kenal Nico? Lo model?"

Gladista menggeleng cepat, "Bukan. Ceritanya panjang. Intinya gue disini gara-gara nggak sengaja ngerusak kamera tuh orang."

"Bisa dibilang gue diminta pertanggungjawaban atas kecerobohan gue. Dia takut gue lari dari tanggung jawab. Makanya dia bawa gue kesini."

Leona mengangguk paham, "Gue pikir lo pacarnya Kak Nico." Sahut Audrea.

"Gue sudah punya pacar." Jawab Gladista sembari menunjukkan lockscreen pada  ponselnya yang memperlihatkan foto perempuan itu yang tengah tersenyum dengan seorang laki-laki berlesung pipi yang merangkulnya.

"Tapi dia di Amerika." Tambahnya lalu tersenyum tipis.

***

Dirga mengerutkan dahinya ketika melihat sosok Yoana yang tengah mengelus kepala seekor kuda poni.

Dirga yang baru saja selesai membersihkan dirinya seketika melangkahkan kakinya menuju ke tempat perempuan itu berada.

"Tertarik naik kuda?"

Yoana seketika menolehkan wajahnya, "Gue nggak bisa berkuda."

"Dengan gue."

Yoana hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Sebentar," ujar Dirga yang setelahnya pergi entah kemana.

Yoana juga tidak terlalu peduli kemana perginya laki-laki itu, ia memilih kembali menyibukkan dirinya dengan mengelus kepala seekor kuda poni dihadapannya, hingga suara Dirga kembali terdengar mengambil seluruh atensinya.

"Ayo."

Yoana mengerutkan dahinya, "Kemana?" Diperhatikannya sosok Dirga yang berdiri dengan menuntun seekor kuda berwarna coklat disampingnya.

"Keliling aja sebentar. Jalan-jalan."

Dirga mengulurkan tangannya pada Yoana membuat perempuan itu menyambut uluran tangan tersebut walaupun sebenarnya merasa sedikit ragu.

"Dirga!" Yoana seketika memekik saat dengan tiba-tiba Dirga mengangkat tubuhnya, membantu Yoana menaiki kuda yang laki-laki itu bawa.

Dirga terkekeh kecil, "Relax, Ana. Kalau lo takut, kudanya ikutan takut."

Yoana hanya mengangguk lalu memejamkan matanya sejenak guna menenangkan dirinya.

Lalu tindakan Dirga yang selanjutnya membuat Yoana terkejut bukan main.

Yoana pikir laki-laki itu hanya akan menuntun kuda tersebut, membawa Yoana berkeliling, membiarkan Yoana merasakan sensasi menaiki kuda. Namun nyatanya laki-laki itu ikut menaiki kuda tersebut, duduk tepat di belakang Yoana dengan tangan yang terulur melewati tubuhnya memegang kendali. Jika seseorang melihatnya pasti akan berpikiran bahwa Dirga tengah memeluknya.

Dengan posisi ini Yoana dengan jelas dapat mencium aroma tubuh Dirga. Juga hembusan nafas laki-laki itu yang menerpa sisi samping wajahnya.

Yoana merasa kosong seketika.

Ditambah laki-laki itu yang tiba-tiba saja berbisik, "Jangan lupa bernafas, Ana." Lalu terkekeh kecil.

Sial pipinya memerah.

-

Info update atau spoiler cek,
ig: _raawwrr.rr

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang