BAB 56

5.3K 481 13
                                    

Dirga tengah berada dirumah orang tuanya di Bogor. Diruang tamu yang masih terdapat beberapa dekorasi khas ulang tahun yang belum selesai dibereskan. Duduk di sana sambil memainkan kunci mobilnya dengan jari telunjuk. Mengistirahatkan tubuhnya karena baru saja sampai usai mengantarkan Yoana pulang ke Jakarta.

"Loh, ada yang ketinggalan atau gimana? Kok balik lagi. Yoana nya mana,  Bang?"

Dirga kembali menegakkan punggungnya yang semula bersandar pada punggung sofa ketika menyadari kehadiran sang Mama.

"Nggak ada yang ketinggalan kok, Mam. Yoana juga sudah aku antar pulang ke Jakarta dengan selamat."

"Terus ini kenapa kamu balik lagi? Katanya nggak menginap, langsung mau pulang ke apartemen."

"Masih kangen Mama." Jawabnya sambil memeluk sang Mama yang sudah duduk disampingnya.

"Kalau sedang manja seperti ini, pasti ada maunya. Iya kan?"

Dirga terkekeh lalu mengangguk, "You know me too well, Mam." Dan kembali meletakkan dagunya di pundak mamanya.

"Iyalah, aku Mama mu. Mama yang sudah melahirkan kamu. Merawat kamu dari yang semula hanya sebesar biji kacang merah diperut Mama, sampai  sebesar sekarang."  Dielusnya pelan pipi putra sulungnya itu.

"Thanks for everything you've done for me, Mam."

"Apasih kamu, Rea aja nggak pernah semanja ini ke Mama loh. Jangan bikin Mama takut ya, Bang."

"Dia kan manjanya ke Papa. Tuh, lihat kemanapun Papa pergi pasti Rea ada disekitarnya." Balas Dirga sambil memperhatikan adik perempuan dan papanya yang baru saja masuk dari halaman samping rumah.

"Gue dengar loh, Bang." Sahut Audrea dengan tatapan mata mengarah pada Dirga.

"Bang, sampaikan ke Yoana, Papa suka kadonya. Tadi sudah Papa buka, kado dari kamu juga Papa suka." Ujar papanya yang kini duduk di seberangnya, memperlihatkan jam tangan pemberiannya yang sudah lama papanya itu inginkan.

"Iya, nanti aku sampaikan."

"Udah ini tanganmu singkirin dulu, Mama mau lanjut beberes dapur. Rea, bantu Mama yuk!" Ujar Mamanya membuat Dirga mau tidak mau menguraikan pelukannya. Membiarkan sang Mama pergi yang diikuti oleh adiknya hendak membersihkan dapur.

"Jadi kapan kamu balik ke Boston lagi? Papa dengar jadwalnya dimajukan." Tanya papanya kembali membuka obrolan.

"Iya, Pa. Seharusnya tiga Minggu lagi. Tapi dapat kabar terbaru, tanggalnya jadi dimajukan, kemungkinan jadi dua Mingguan lagi."

"Bakal jarang bertemu lagi kita ya,Bang. Nanti Rea juga mulai sibuk, tinggal Mama dan papa yang di Bogor."

Dirga mengangguk, "Apa aku minta untuk dipindahkan di Jakarta aja?" Tanya Dirga, mencoba meminta saran pada papanya.

Papanya terdiam sejenak, "Tiba-tiba ingin pindah?"

"Sudah sejak lama sebenarnya aku ingin pindah, Pa. Tapi saat itu baru sebatas ingin saja. Dan sekarang... sepertinya memang sudah saatnya aku disini. Jagain Mama dan papa."

" Kalau dulu kan masih ada Rea yang jaga kalian. Aku jadi masih bisa tenang di Boston. Lain halnya sekarang, Rea udah sibuk. Jadi sekarang giliran ku."

Pria bernama Harja Diprasetya itu tertawa mendengar perkataan putranya, "Mama dan papa masih sehat bugar. Kamu nggak perlu khawatir, nak."

"Ada satu alasan lain sebenarnya, Pa..."

Papa memicingkan sebelah matanya, "Biar Papa tebak... karena Yoana?"

Dirga mengangguk singkat.

"Apa yang membuat kamu ragu meninggalkan Yoana?"

Dirga menundukkan kepalanya, "...karena hubungan kami yang masih belum jelas kemana arahnya?"

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang